Belum diketahuinya bagaimana tingkat pengetahuan para mahasiswa AKBID Helvetia Medan tentang herpes simpleks yang dapat menular melalui
kontak kulit daerah genital.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap para mahasiswa AKBID Helvetia Medantentang herpes simpleks.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
menilai pengetahuan
para mahasiswa
akademi kebidananHelvetia Medan tentang herpes simpleks.
2. Untuk mengetahui sikap para mahasiswaakademi kebidananHelvetia Medan untuk mencegah penularan herpes simpleks.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi penambah pengetahuan tentang gambaran pengetahuan para mahasiswa AKBID Helvetia Medantentang
herpes simpleks dan dalam upaya pencegahan penularannya. 2.
Bidan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para
mahasiswaakademi kebidanan agar lebih memperhatikan perilaku apa saja yang dapat mencegah penularan herpes simpleks.
BAB 2
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
2.1.1. DefinisiKulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m
2
dengan berat
kira-kira 15 berat badan Wasitaatmadja, 2010. 2.1.2
Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri
atas: 1 Stratum korneum lapisan tanduk merupakan lapisan kulit yang
terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan keratin.
2 Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah menjadi protein.
3 Stratum granulosum lapisan keratohialin yaitu dua atau tiga lapis sel- sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya.
4 Stratum spinosum stratum Malphigi terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya
proses mitosis. 5 Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus kolumnar yang
tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar palisade. Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal
daripada lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu: 1 Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
2 Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan yang berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut kolagen, elastin,
dan retikulin. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan getah bening Wasitaatmadja, 2010.
2.1.3 Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar kulit di lapisan dermis terdiri atas:
1 Kelenjar keringat glandula sudorifera ada dua jenis yaitu kelenjar ekrin yang kecil terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer
dan kelenjar apokrin yang lebih besar terletak lebih dalam dengan sekret lebih kental.
2 Kelenjar palit glandula sebasea terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga
kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekretnya berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku nail
root, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku nail plate, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang
bebas. Kuku tumbuh dengan kecepatan sekitar 1mm per minggu. Rambut memliki bagian yang terbenam dalam kulit akar rambut dan
bagian yang berada di luar kulit batang rambut. Ada dua tipe rambut, yaitu lanugo merupakan rambut halus tidak berpigmen pada bayi dan terminal
merupakan rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen serta mempunyai medula pada orang dewasa. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen
pertumbuhan berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan sekitar 0.35mm per hari.
Universitas Sumatera Utara
Fase telogen istirahat berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen Wasitaatmadja, 2010.
2.1.4 Faal Kulit
1. Fungsi proteksi, menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas,
dan gangguan infeksi luar dengan adanya bantalan lemak.Menurut Menurut Lazarus 1999 bahwa stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. 2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan
dan benda padat dengan permeabilitas terhadap O
2
, CO
2
, dan uap air sehingga kulit ikut ambil bagian dalam fungsi respirasi. Penyerapan
berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. 4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris di
dermis dan subkutis. Rangsang panas oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis, rangsang dingin oleh badan-badan Krause di
dermis. Badan Meissner di papila dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis berperan terhadap rabaan. Sedangkan rangsang tekanan
oleh badan Paccini di epidermis. 5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat
dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6. Fungsi pembentukan pigmen.
7. Fungsi keratinisasi.
Universitas Sumatera Utara
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol melalui pertolongan sinar matahari Wasitaatmadja,
2010.
2.2 Herpes Simpleks
2.2.1 Definisi Herpes Simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus HSV tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan Handoko, 2010.
2.2.2 Epidemiologi Herpes Simpleks
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh herpes
simpleks virus HSV tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas seksual Handoko, 2010. Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II pada daerah
genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I di daerah genital; dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe
II di daerah oral.Walaupun begitu infeksi dapat terjadi di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak menutup kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar
ke bagian lain Habif, 2004.
2.2.3 Etiologi Herpes Simpleks
Herpes simpleks virus HSV tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi Handoko, 2010. HSV tipe I sering dihubungkan dengan
infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah
Universitas Sumatera Utara
oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital Habif, 2004.
Menurut Wolff 2007 infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90, urogenital 10-30, herpetic whitlow pada usia 20 tahun, dan neonatal 30.
Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20, urogenital 70-90, herpetic whitlow pada usia 20 tahun, dan neonatal 70.
2.2.4 Patogenesis Herpes Simpleks
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus
bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di
ganglia sensoris Sterry, 2006. Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam
rangsangan sinar UV, demam sehingga menyebabkan gejala klinis Sterry, 2006.
Menurut Habif 2004 infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya
penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan
infeksi virus, keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau
kontak dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri,
parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah karakteristik
gejala prodormal. Vesikel pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar
dibandingkan infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar, berlawanan dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam ukurannya. Mukosa
membran pada daerah yang lesi mengeluarkan eksudat yang dapat mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
terjadinya krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut Habif, 2004.
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan
masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal misalnya: paparan sinar ultraviolet, abrasi atau perubahan sistemik misalnya: menstruasi, kelelahan,
demam akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang akan berjalan turun melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi
rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit.
Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan reepitelisasi dan berwarna merah muda Habif, 2004.
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya: mengenai jari-jari tangan herpetic whitlow terutama pada dokter gigi dan
perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi
Habif, 2004. Bisa juga mengenai para pegulat herpes gladiatorum maupun olahraga lain yang melakukan kontak tubuh misalnya rugby yang dapat
menyebar ke seluruh anggota tim Sterry, 2006.
2.2.5 Gejala Klinis Herpes Simpleks
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I
tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya
daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik,
misalnya demam, malaise dan anoreksia.Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan
Universitas Sumatera Utara
jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi Handoko, 2010.
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
Handoko, 2010. Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif
di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang
lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul
pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya Handoko, 2010.
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks
Herpes simpleks virus HSV dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV.Dengan tes
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear Handoko, 2010.
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar
vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan 5
methylene blue, Wright, Giemsa selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya
berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru Frankel, 2006.
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur Sterry, 2006. Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay ELISA
spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi McPhee, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7 Diagnosa Banding Herpes Simpleks
Herpes simpleks pada daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo vesikobulosa.Pada daerah genital harus dibedakan dengan ulkus
durum, ulkus mole dan ulkus mikstum Handoko, 2010. Pada Barankin 2006 diagnosa banding HSV tipe I yaitu stomatitis
aftosa, penyakit tangan-kaki-mulut, dan impetigo.Sedangkan diagnosa banding HSV tipe II yaitu chancroid, sifilis, dan erupsi oleh obat-obatan.
2.2.8 Penatalaksanaan Herpes Simpleks
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salapkrim yang mengandung preparat idoksuridin stoxil, viruguent, virunguent-P atau preparat
asiklovir zovirax.Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang
masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid vitarabin dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada
organ dalam Handoko, 2010. Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir.
Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama
satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena Sterry, 2006.
2.2.9 Komplikasi Herpes Simpleks
Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum, herpeticwhithlow, herpes gladiatorum pada pegulat yang menular melalui kontak, esophagitis,
infeksi neonatus, keratitis, dan ensefalitis McPhee, 2007. Menurut Hunter 2003 komplikasi herpes simpleks adalah herpes
ensefalitis atau meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar luas ke seluruh tubuh, ekzema herpeticum, jaringan parut, dan eritema
multiforme.
Universitas Sumatera Utara
2.2.10 Prognosis Herpes Simpleks
Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang.Pada orang
dengan gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa Handoko, 2010. Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap
akut sampai lesi sembuh sempurna. Infeksi di daerah genital pada wanita hamil dapat menyerang bayinya, dan wanita tersebut harus memberi tahu pada dokter
kandungannya jika mereka mempunyai gejala atau tanda infeksi HSV pada daerah genitalnya Shaw, 2006.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan
berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat
memperoleh pengetahuan baru tentang suatu obyek.Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan
lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu.
Tingkat Pengetahuan
Notoadmodjo 2007 menyatakan tingkat pengetahuan terbagi enam yaitu:
1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari.
2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
Universitas Sumatera Utara
3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain.
5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru.
6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengetahuan sebagai intermediateimpact atau hasil jangka menengah memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku.Perilaku ialah kegiatan atau
aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat diamati secara langsung, maupun tidak langsung.Perilaku manusia meliputi hal-
hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi Notoatmodjo, 2007.Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat
Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama.Sebaliknya, bila perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama Notoatmodjo, 2007.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari-hari Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport 1954 dalam Notoatmojo 2007 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan keyakinan,
ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh totalattitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.
2.4.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo 2007 menjelaskan bahwa seperti halnya dengan pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:
1. Menerima receiving diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon responding yang berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing yang berarti mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung Jawab responsible yaitu bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Adapun indikator untuk mengetahui tingkat sikap terhadap kesehatan, antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala
atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit.
2. Sikap tentang cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara
memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan
Universitas Sumatera Utara
lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi istirahat atau istirahat cukup.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan tentang herpes simpleksyaitu segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang penyakit herpes simpleks.
Cara ukur dengan kuesioner. Alat ukur berdasarkan kuesioner, yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan
tiga pilihan jawaban, yaitu: 1. Benar
2. Salah 3. Tidak Tahu
Jawaban yang tepat diberi nilai 2, jawaban yang tidak tepat diberi nilai 1, dan jawaban tidak tahu diberi nilai 0. Selanjutnya, Arikunto 2007 menjelaskan
bahwa penilaian dibagi sama rata sesuai dengan jumlah kategori sehingga dikategorikan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan baik skor jawaban responden 13-20 75 dari nilai tertinggi.
2. Tingkat pengetahuan sedang skor jawaban responden 5-12 40-75 dari nilai tertinggi.
3. Tingkat pengetahuan kurang skor jawaban responden 0-4 40 dari nilai tertinggi.
Skala pengukuran berupa ordinal. Herpes Simpleks
Pengetahuan dan sikap
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Sikap
Sikap tentang herpes simpleks yaitu segala tindakan atau reaksi responden untuk mencegah penularan herpes simpleks.
Cara ukur dengan kuesioner. Jumlah pertanyaan untuk mengukur sikap ada 5.Jawaban yang benar
diberi nilai 1 dan diberi nilai 0 jika jawaban salah sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka sikap responden dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Nilai baik, apabila responden memperoleh nilai 5 atau melebihi 75 dari total nilai.
2. Nilai sedang, apabila responden memperoleh nilai 2-4 atau 40-75 dari total nilai.
3. Nilai kurang, apabila responden memperoleh nilai 0-1 atau kurang dari 40 total nilai.
Skala pengukuran berupa ordinal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif denganpendekatan desain penelitian potong lintang cross sectional karena data diambil secara
langsung pada sekali pengambilan dan bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa AKBID Helvetia Medan mengenai penyakit
Herpes Simpleks
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2012 di AKBID Helvetia Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III AKBID Helvetia Medan sebanyak 365 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Penarikan sampel penelitian sering dilakukan dalam suatu penelitian oleh beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga seluruh
populasi tidak mungkin diperiksa karena memakai waktu yang lama, adanya homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap
pengukuran sampel akan lebih baik dibandingkan populasi. Alasan lain berupa lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, lebih spesifik, dan mewakili
populasi Wahyuni, 2007. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik randomisasi
sederhana Simple Random Sampling. Metode ini mengambil sampel dari semua mahasiswa
tingkat IIIAKBID
Helvetia Medan
tanpa mempedulikan
cirikarakteristik responden sampai jumlah sampel terpenuhi Wahyuni, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus menurut Wahyuni 2007 sebagai berikut:
N . Z
2
1- α2 p. 1-p
N-1 d
2
+ Z
2
1- α2 p. 1-p
365 . 1.96
2
. 0.5 . 1-0.5 365-1.0.1
2
+1.96
2
.0.5
2
Keterangan n
= Besar sampel minimum. Z1-
α2 = Nilai distribusi normal baku tabel Z pada α tertentu 1,96. p
= Harga proporsi di populasi 0,5. d
= Kesalahan absolut yang dapat ditolerir 10 = 0,1. N
= Jumlah populasi 365.
Maka besar sampel minimal yang diperlukan adalah 76 orang.
Kriteria Inklusi a.
Bersedia mengisi dan menyelesaikan kuesioner. b.
Mampu berbahasa Indonesia dengan baik. c.
Mampu membaca dan menulis.
Kriteria Eksklusi a.
Menolak berpartisipasi dalam pengisian kuesioner. b.
Pengisian kuesioner tidak lengkap. n =
n = n = 76
Universitas Sumatera Utara
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu akan diuji
validitas dan reliabilitasnya dengan aplikasi program komputer. Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil
pengukuran yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan Notoatmodjo, 2009. Uji validitas yang digunakan adalah dengan teknik moment product
correlationpearson correlation
sedangkan uji
reliabilitasnya dengan
menggunakan Alpha Cronbach.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel
Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status
Cronbach’s Alpha
Status
Pengetahuan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 0,534
0,557 0,732
0,660 0,755
0,523 0,623
0,454 0,526
0,639 Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid 0,831
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
11 12
13 14
15 0,801
0,581 0,842
0,852 0,736
Valid Valid
Valid Valid
Valid Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Sikap 16
17 18
19 20
0,648 0,599
0,889 0,737
0,597 Valid
Valid Valid
Valid Valid
0,679 Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Adapun kesimpulan dari hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Nilai r tabel pada jumlah data n=20 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,444.
2 Untuk validitas, seluruh nilai r hitung yang didapat adalah lebih besar dari nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. 3 Untuk reliabilitas, seluruh nilai Alpha yang didapat adalah lebih besar dari
nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur yang sahih.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data