Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penderita Tb Paru Di Puskesmas Helvetia Kota Medan

(1)

(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera, Denganhormat,

Saya yang bernama Ida Sharina Razali, adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB paru. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan kepada pihak puskesmas tentang pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB paru dan dapat menambah studi kepustakaan dan diharapkan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian kepada subjek penelitian.

Pada awalnya, calon subjek akan diwawancara, calon subjek yang memenuhi criteria penelitian akan menandatangani informed consent. Kemudian partisipan akan diberi lembar kuesioner untuk diisi. Waktu untuk subjek di perkirakan sekita 10 sampai 15 menit. Petugas wawancara adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU bersama peneliti.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dapat dirahsiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini dapat menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.


(3)

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Medan, 2016

Peneliti


(4)

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN

I. DATA IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor :

2. Tanggal wawancara:

3. Nama :

4. Umur :

5. Jenis Kelamin : Laki laki/Perempuan 6. Pendidikan :

1. Tidak sekolah 4. Tamat SLTA 2. Tamat SD 5. Tamat D3/PT 3. Tamat SLTP

7. Pekerjaan Responden :

1. PNS/Pensiunan PNS 2.POLRI/TNI/Pensiunan

3. Pegawai Swasta/Wiraswasta

4. Pedagang 5. Petani 6. Buruh 7. Lain-lain


(5)

8. Penghasilan Keluarga :

1. < Rp.1.050.000

2. Rp.1.050.000 –Rp. 2.000.000 3. >Rp.2.000.000


(6)

A. PENGETAHUAN

Mohon diisi dengan memberikan tanda checklist ( / ) pada pernyataan yang sesuai dengan persepsi yang anda miliki.

No Penyataan Benar Salah

1 Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa.

2 Bakteri Mikrobakterium tuberkulosa merupakan penyebab penyakit tuberkulosis paru.

3 Gejala yang dirasakan penderita tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 3 minggu, demam dan disertai infulensa.

4 Nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah adalah gejala yang dirasakan penderita tuberkulosis paru.

5 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan bukan merupakan gejala-gejala dari tuberkulosis paru.

6 Penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin penderita tuberkulosis paru

7 Minum obat dengan teratur bukan termasuk kedalam pencegahan penyakit tuberkulosis paru

8 Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin termasuk dalam pencegahan tuberkulosis paru.

9 Pencegahan penyakit tuberkulosis paru dengan cara tidak meludah sembarang tempat.

10 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi termasuk kedalam pencegahan penyakit tuberkulosis paru


(7)

B. SIKAP

Mohon diisi dengan memberikan tanda checklist ( / ) pada pernyataan yang sesuai dengan persepsi yang anda miliki.

No Pernyataan Benar Salah

1 .

Melalui penggunaan peralatan makan bersama dengan penderita dapat menularkan penyakit tuberkulosis.

2. Penyakit tuberkulosis paru dapat menular apabila tidur sekamar dengan penderita tuberkulosis paru,

3. Dengan menutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin dapat menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru terhadap orang lain.

4. Tidak meludah disebarang tempat dapat menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru terhadap orang lain.

5. Penyakit tuberkulosis paru dapat disembuhkan melalui pengobatan teratur

6. Dengan melakukan perbaikan lingkungan misalnya dengan membuat ventilasi dapat membantu mengurangi penularan penyakit tuberkulosis paru.

7. Luas ruangan tidur minimal 8m2, untuk tiap 2 orang dewasa atau tiap anggota keluarga.

8. Luas ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai.

9. Lantai rumah yang baik adalah kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan.

10. Pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk ke ruangan dan menyebar merata supaya dapat mencegah kuman tuberkulosis berkembang biak.


(8)

C. TINDAKAN

Mohon diisi dengan memberikan tanda checklist ( / ) pada pernyataan yang sesuai dengan persepsi yang anda miliki.

No Pernyataan Benar Salah

1. Menutup mulut waktu batuk dan bersin, tidak meludah sebarang tempat, makan makanan yang bergizi dapat mencegah terkena penyakit tuberkulosis paru.

2. Dengan berobat ke puskesmas/ instansi kesehatan dapat mendapat pengobatan tuberkulosis paru.

3. Makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan dapat adalah anjuran yang dilakukan dalam pengobatan tuberkulosis paru.

4. Mengisolasi diri tanpa perlu berobat dapat menghindarkan penularan penyakit tuberkulosis paru.

5. Membuka jendela kamar tidur setiap hari dapat menghambat pembiakan kuman tuberkulosis di dalam kamar tidur.

6. Memisahkan peralatan makanan anggota keluarga yang lain dengan pasien tuberkulosis dapat menghidari penularan penyakit tuberkulosis.

7. Ventilasi yang memenuhi syarat (luas ventilasi permanen 10% dari luas lantai) adalah pengaturan sirkulasi udara dalam rumah yang sangat diperlukan.

8. Apakah dengan memilih lantai rumah displester/ ubin/ seramik/ papan (untuk rumah panggung) dapat mencegah kuman

tuberkulosis berkembang biak.

9. Dengan besar luas kamar tidur 8m2 untuk 4 orang dapat

menghindari penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain.

10. Tidak perlu mengupayakan masuknya sinar matahari ke dalam rumah dengan membuka jendela rumah untuk mencegah kuman tuberkulosis paru berkembang biak.


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <20 tahun 6 6.2 6.2 6.2

21-30 tahun 13 13.4 13.4 19.6

31-40 tahun 16 16.5 16.5 36.1

41-50 tahun 32 33.0 33.0 69.1

>50 tahun 30 30.9 30.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 54 55.7 55.7 55.7

Perempuan 43 44.3 44.3 100.0

Total 97 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 1 1.0 1.0 1.0

SLTP 16 16.5 16.5 17.5

SLTA 58 59.8 59.8 77.3

Perguruan Tinggi 22 22.7 22.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS/Pensiunan 13 13.4 13.4 13.4

Pegawai Swasta 17 17.5 17.5 30.9

Wiraswasta 22 22.7 22.7 53.6

Petani 22 22.7 22.7 76.3

Buruh 10 10.3 10.3 86.6

Lain-lain 13 13.4 13.4 100.0


(21)

PenghasilanKeluarga

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <Rp.1.050.000,- 47 48.5 48.5 48.5

Rp.1.050.000 - Rp.2.000.000,- 48 49.5 49.5 97.9

>Rp.2.000.000,- 2 2.1 2.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 26 26.8 26.8 26.8

Cukup 48 49.5 49.5 76.3

Kurang 23 23.7 23.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 19 19.6 19.6 19.6

Kurang Baik 78 80.4 80.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 12 12.4 12.4 12.4

Kurang Baik 85 87.6 87.6 100.0


(22)

Jawaban Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 45 46.4 46.4 46.4

Benar 52 53.6 53.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 43 44.3 44.3 44.3

Benar 54 55.7 55.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 29 29.9 29.9 29.9

Benar 68 70.1 70.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 36 37.1 37.1 37.1

Benar 61 62.9 62.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 34 35.1 35.1 35.1

Benar 63 64.9 64.9 100.0


(23)

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 49 50.5 50.5 50.5

Benar 48 49.5 49.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 49 50.5 50.5 50.5

Benar 48 49.5 49.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 40 41.2 41.2 41.2

Benar 57 58.8 58.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 49 50.5 50.5 50.5

Benar 48 49.5 49.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 65 67.0 67.0 67.0

Benar 32 33.0 33.0 100.0


(24)

Jawaban Responden berdasarkan Sikap

S1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 58 59.8 59.8 59.8

Benar 39 40.2 40.2 100.0

Total 97 100.0 100.0

S2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 61 62.9 62.9 62.9

Benar 36 37.1 37.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

S3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 40 41.2 41.2 41.2

Benar 57 58.8 58.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 41 42.3 42.3 42.3

Benar 56 57.7 57.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 50 51.5 51.5 51.5

Benar 47 48.5 48.5 100.0


(25)

S6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 50 51.5 51.5 51.5

Benar 47 48.5 48.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

S7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 68 70.1 70.1 70.1

Benar 29 29.9 29.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 67 69.1 69.1 69.1

Benar 30 30.9 30.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

S9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 77 79.4 79.4 79.4

Benar 20 20.6 20.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

S10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 65 67.0 67.0 67.0

Benar 32 33.0 33.0 100.0


(26)

Jawaban Responden berdasarkan Tindakan

T1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 44 45.4 45.4 45.4

Benar 53 54.6 54.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 33 34.0 34.0 34.0

Benar 64 66.0 66.0 100.0

Total 97 100.0 100.0

T3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 37 38.1 38.1 38.1

Benar 60 61.9 61.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

T4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 50 51.5 51.5 51.5

Benar 47 48.5 48.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

T5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 69 71.1 71.1 71.1

Benar 28 28.9 28.9 100.0


(27)

T6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 73 75.3 75.3 75.3

Benar 24 24.7 24.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

T7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 70 72.2 72.2 72.2

Benar 27 27.8 27.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

T8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 68 70.1 70.1 70.1

Benar 29 29.9 29.9 100.0

Total 97 100.0 100.0

T9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 72 74.2 74.2 74.2

Benar 25 25.8 25.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

T10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 80 82.5 82.5 82.5

Benar 17 17.5 17.5 100.0


(28)

Crosstabs

Umur * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

Umur <20 tahun Count 0 5 1 6

% of Total .0% 5.2% 1.0% 6.2%

21-30 tahun Count 1 6 6 13

% of Total 1.0% 6.2% 6.2% 13.4%

31-40 tahun Count 4 9 3 16

% of Total 4.1% 9.3% 3.1% 16.5%

41-50 tahun Count 10 15 7 32

% of Total 10.3% 15.5% 7.2% 33.0%

>50 tahun Count 11 13 6 30

% of Total 11.3% 13.4% 6.2% 30.9%

Total Count 26 48 23 97

% of Total 26.8% 49.5% 23.7% 100.0%

Umur * Sikap Crosstabulation Sikap

Total Baik Kurang Baik

Umur <20 tahun Count 2 4 6

% of Total 2.1% 4.1% 6.2%

21-30 tahun Count 0 13 13

% of Total .0% 13.4% 13.4%

31-40 tahun Count 3 13 16

% of Total 3.1% 13.4% 16.5%

41-50 tahun Count 7 25 32

% of Total 7.2% 25.8% 33.0%

>50 tahun Count 7 23 30

% of Total 7.2% 23.7% 30.9%

Total Count 19 78 97


(29)

Umur * Tindakan Crosstabulation Tindakan

Total Baik Kurang Baik

Umur <20 tahun Count 0 6 6

% of Total .0% 6.2% 6.2%

21-30 tahun Count 0 13 13

% of Total .0% 13.4% 13.4%

31-40 tahun Count 2 14 16

% of Total 2.1% 14.4% 16.5%

41-50 tahun Count 7 25 32

% of Total 7.2% 25.8% 33.0%

>50 tahun Count 3 27 30

% of Total 3.1% 27.8% 30.9%

Total Count 12 85 97

% of Total 12.4% 87.6% 100.0%

JK * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

JK Laki-laki Count 14 27 13 54

% of Total 14.4% 27.8% 13.4% 55.7%

Perempuan Count 12 21 10 43

% of Total 12.4% 21.6% 10.3% 44.3%

Total Count 26 48 23 97

% of Total 26.8% 49.5% 23.7% 100.0%

JK * Sikap Crosstabulation Sikap

Total Baik Kurang Baik

JK Laki-laki Count 13 41 54

% of Total 13.4% 42.3% 55.7%

Perempuan Count 6 37 43

% of Total 6.2% 38.1% 44.3%

Total Count 19 78 97


(30)

JK * Tindakan Crosstabulation Tindakan

Total Baik Kurang Baik

JK Laki-laki Count 8 46 54

% of Total 8.2% 47.4% 55.7%

Perempuan Count 4 39 43

% of Total 4.1% 40.2% 44.3%

Total Count 12 85 97

% of Total 12.4% 87.6% 100.0%

Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

Pendidikan SD Count 0 0 1 1

% of Total .0% .0% 1.0% 1.0%

SLTP Count 1 10 5 16

% of Total 1.0% 10.3% 5.2% 16.5%

SLTA Count 13 33 12 58

% of Total 13.4% 34.0% 12.4% 59.8% Perguruan

Tinggi

Count 12 5 5 22

% of Total 12.4% 5.2% 5.2% 22.7%

Total Count 26 48 23 97

% of Total 26.8% 49.5% 23.7% 100.0%

Pendidikan * Sikap Crosstabulation Sikap

Total Baik Kurang Baik

Pendidikan SD Count 0 1 1

% of Total .0% 1.0% 1.0%

SLTP Count 4 12 16

% of Total 4.1% 12.4% 16.5%

SLTA Count 11 47 58

% of Total 11.3% 48.5% 59.8%

Perguruan Tinggi

Count 4 18 22

% of Total 4.1% 18.6% 22.7%

Total Count 19 78 97


(31)

Pendidikan * Tindakan Crosstabulation Tindakan

Total Baik Kurang Baik

Pendidikan SD Count 0 1 1

% of Total .0% 1.0% 1.0%

SLTP Count 3 13 16

% of Total 3.1% 13.4% 16.5%

SLTA Count 8 50 58

% of Total 8.2% 51.5% 59.8%

Perguruan Tinggi

Count 1 21 22

% of Total 1.0% 21.6% 22.7%

Total Count 12 85 97

% of Total 12.4% 87.6% 100.0%

Pekerjaan * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

Pekerjaan PNS/Pensiunan Count 7 5 1 13

% of Total 7.2% 5.2% 1.0% 13.4%

Pegawai Swasta Count 5 7 5 17

% of Total 5.2% 7.2% 5.2% 17.5%

Wiraswasta Count 6 11 5 22

% of Total 6.2% 11.3% 5.2% 22.7%

Petani Count 6 9 7 22

% of Total 6.2% 9.3% 7.2% 22.7%

Buruh Count 1 7 2 10

% of Total 1.0% 7.2% 2.1% 10.3%

Lain-lain Count 1 9 3 13

% of Total 1.0% 9.3% 3.1% 13.4%

Total Count 26 48 23 97


(32)

Pekerjaan * Sikap Crosstabulation Sikap

Total Baik Kurang Baik

Pekerjaan PNS/Pensiunan Count 4 9 13

% of Total 4.1% 9.3% 13.4%

Pegawai Swasta Count 2 15 17

% of Total 2.1% 15.5% 17.5%

Wiraswasta Count 1 21 22

% of Total 1.0% 21.6% 22.7%

Petani Count 5 17 22

% of Total 5.2% 17.5% 22.7%

Buruh Count 4 6 10

% of Total 4.1% 6.2% 10.3%

Lain-lain Count 3 10 13

% of Total 3.1% 10.3% 13.4%

Total Count 19 78 97

% of Total 19.6% 80.4% 100.0%

Pekerjaan * Tindakan Crosstabulation Tindakan

Total Baik Kurang Baik

Pekerjaan PNS/Pensiunan Count 1 12 13

% of Total 1.0% 12.4% 13.4%

Pegawai Swasta Count 2 15 17

% of Total 2.1% 15.5% 17.5%

Wiraswasta Count 2 20 22

% of Total 2.1% 20.6% 22.7%

Petani Count 3 19 22

% of Total 3.1% 19.6% 22.7%

Buruh Count 3 7 10

% of Total 3.1% 7.2% 10.3%

Lain-lain Count 1 12 13

% of Total 1.0% 12.4% 13.4%

Total Count 12 85 97


(33)

PenghasilanKeluarga * Pengetahuan Crosstabulation Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

Penghasilan Keluarga

<Rp.1.050.000,- Count 11 25 11 47

% of Total 11.3% 25.8% 11.3% 48.5% Rp.1.050.000 -

Rp.2.000.000,-

Count 14 23 11 48

% of Total 14.4% 23.7% 11.3% 49.5%

>Rp.2.000.000,- Count 1 0 1 2

% of Total 1.0% .0% 1.0% 2.1%

Total Count 26 48 23 97

% of Total 26.8% 49.5% 23.7% 100.0%

PenghasilanKeluarga * Sikap Crosstabulation Sikap

Total Baik Kurang Baik

Penghasilan Keluarga

<Rp.1.050.000,- Count 9 38 47

% of Total 9.3% 39.2% 48.5% Rp.1.050.000 -

Rp.2.000.000,-

Count 9 39 48

% of Total 9.3% 40.2% 49.5%

>Rp.2.000.000,- Count 1 1 2

% of Total 1.0% 1.0% 2.1%

Total Count 19 78 97

% of Total 19.6% 80.4% 100.0%

PenghasilanKeluarga * Tindakan Crosstabulation Tindakan

Total Baik Kurang Baik

Penghasilan Keluarga

<Rp.1.050.000,- Count 5 42 47

% of Total 5.2% 43.3% 48.5%

Rp.1.050.000 - Rp.2.000.000,-

Count 6 42 48

% of Total 6.2% 43.3% 49.5%

>Rp.2.000.000,- Count 1 1 2

% of Total 1.0% 1.0% 2.1%

Total Count 12 85 97


(34)

Hasil Uji Validitas 1. Pengetahuan Correlations

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptotal P1 Pearson Correlation 1 .731** .161 .015 .247 .413* .202 .161 .202 .279 .555** Sig. (2-tailed) .000 .394 .939 .189 .023 .285 .394 .285 .136 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P2 Pearson Correlation .731** 1 .106 -.045 .148 .434* .208 .106 .208 .196 .504** Sig. (2-tailed) .000 .578 .812 .434 .016 .271 .578 .271 .299 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P3 Pearson Correlation .161 .106 1 .524** .196 .029 .218 .206 .364* .429* .509** Sig. (2-tailed) .394 .578 .003 .299 .878 .247 .274 .048 .018 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P4 Pearson Correlation .015 -.045 .524** 1 .196 .029 .218 .365* .364* .429* .485** Sig. (2-tailed) .939 .812 .003 .299 .878 .247 .047 .048 .018 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P5 Pearson Correlation .247 .148 .196 .196 1 .259 .208 .196 .484** .860** .608** Sig. (2-tailed) .189 .434 .299 .299 .167 .271 .299 .007 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P6 Pearson Correlation .413* .434* .029 .029 .259 1 .668** .467** .535** .408* .692** Sig. (2-tailed) .023 .016 .878 .878 .167 .000 .009 .002 .025 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P7 Pearson Correlation .202 .208 .218 .218 .208 .668** 1 .364* .600** .364* .659** Sig. (2-tailed) .285 .271 .247 .247 .271 .000 .048 .000 .048 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P8 Pearson Correlation .161 .106 .206 .365* .196 .467** .364* 1 .509** .429* .607** Sig. (2-tailed) .394 .578 .274 .047 .299 .009 .048 .004 .018 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P9 Pearson Correlation .202 .208 .364* .364* .484** .535** .600** .509** 1 .655** .793** Sig. (2-tailed) .285 .271 .048 .048 .007 .002 .000 .004 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P10 Pearson Correlation .279 .196 .429* .429* .860** .408* .364* .429* .655** 1 .806** Sig. (2-tailed) .136 .299 .018 .018 .000 .025 .048 .018 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Ptotal Pearson Correlation .555** .504** .509** .485** .608** .692** .659** .607** .793** .806** 1 Sig. (2-tailed) .001 .004 .004 .007 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(35)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.825 10

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 4.8667 7.775 .424 .818

P2 4.8000 7.959 .369 .823

P3 4.7333 7.995 .382 .821

P4 4.7333 8.064 .354 .824

P5 5.0667 7.651 .490 .811

P6 4.9667 7.344 .588 .800

P7 4.9333 7.444 .547 .805

P8 4.7333 7.720 .495 .810

P9 4.9333 7.030 .716 .786


(36)

2. Sikap

Correlations

Correlations

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 STota

l S1 Pearson Correlation 1 .722** .272 .085 .032 .055 .032 -.068 .365* .000 .479**

Sig. (2-tailed) .000 .146 .656 .866 .775 .866 .721 .047 1.000 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S2 Pearson Correlation .722** 1 .424* -.098 .279 .047 -.056 .177 -.126 -.200 .424* Sig. (2-tailed) .000 .019 .607 .136 .804 .770 .350 .505 .289 .019

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S3 Pearson Correlation .272 .424* 1 .069 .079 .267 .079 .000 -.268 .000 .395* Sig. (2-tailed) .146 .019 .716 .679 .153 .679 1.000 .152 1.000 .031

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S4 Pearson Correlation .085 -.098 .069 1 .398* .397* .398* .311 .402* .929** .719** Sig. (2-tailed) .656 .607 .716 .029 .030 .029 .094 .028 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S5 Pearson Correlation .032 .279 .079 .398* 1 .116 .441* .906** .176 .279 .656** Sig. (2-tailed) .866 .136 .679 .029 .542 .015 .000 .352 .136 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S6 Pearson Correlation .055 .047 .267 .397* .116 1 .116 .033 .120 .331 .485** Sig. (2-tailed) .775 .804 .153 .030 .542 .542 .861 .529 .074 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S7 Pearson Correlation .032 -.056 .079 .398* .441* .116 1 .512** .176 .446* .560** Sig. (2-tailed) .866 .770 .679 .029 .015 .542 .004 .352 .014 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S8 Pearson Correlation -.068 .177 .000 .311 .906** .033 .512** 1 .224 .354 .600** Sig. (2-tailed) .721 .350 1.000 .094 .000 .861 .004 .235 .055 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S9 Pearson Correlation .365* -.126 -.268 .402* .176 .120 .176 .224 1 .443* .433* Sig. (2-tailed) .047 .505 .152 .028 .352 .529 .352 .235 .014 .017

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

S10 Pearson Correlation .000 -.200 .000 .929** .279 .331 .446* .354 .443* 1 .655** Sig. (2-tailed) 1.000 .289 1.000 .000 .136 .074 .014 .055 .014 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

STotal Pearson Correlation .479** .424* .395* .719** .656** .485** .560** .600** .433* .655** 1 Sig. (2-tailed) .007 .019 .031 .000 .000 .007 .001 .000 .017 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(37)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.726 10

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

S1 2.8333 5.247 .302 .719

S2 2.9000 5.403 .248 .727

S3 2.7333 5.444 .203 .735

S4 2.8667 4.671 .601 .667

S5 3.0000 4.966 .540 .681

S6 2.7667 5.220 .305 .718

S7 3.0000 5.172 .423 .699

S8 3.0333 5.137 .479 .692

S9 3.0667 5.513 .297 .717


(38)

Correlations

Correlations

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 TTota

l T1 Pearson Correlation 1 .577** .433* .433* .384* .085 .208 .356 .505** .218 .740**

Sig. (2-tailed) .001 .017 .017 .036 .656 .270 .053 .004 .247 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T2 Pearson Correlation .577** 1 .250 .350 .238 .342 .309 .154 .154 .378* .663** Sig. (2-tailed) .001 .183 .058 .206 .064 .097 .416 .416 .039 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T3 Pearson Correlation .433* .250 1 .350 .095 .049 .309 .154 .309 .236 .558** Sig. (2-tailed) .017 .183 .058 .617 .797 .097 .416 .097 .209 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T4 Pearson Correlation .433* .350 .350 1 .190 .098 .309 .309 .309 .331 .646** Sig. (2-tailed) .017 .058 .058 .314 .607 .097 .097 .097 .074 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T5 Pearson Correlation .384* .238 .095 .190 1 .731** .161 .015 .161 .009 .534** Sig. (2-tailed) .036 .206 .617 .314 .000 .394 .939 .394 .962 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T6 Pearson Correlation .085 .342 .049 .098 .731** 1 .106 -.045 .106 .157 .470** Sig. (2-tailed) .656 .064 .797 .607 .000 .578 .812 .578 .407 .009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T7 Pearson Correlation .208 .309 .309 .309 .161 .106 1 .524** .206 .175 .573** Sig. (2-tailed) .270 .097 .097 .097 .394 .578 .003 .274 .355 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T8 Pearson Correlation .356 .154 .154 .309 .015 -.045 .524** 1 .365* -.117 .466** Sig. (2-tailed) .053 .416 .416 .097 .939 .812 .003 .047 .539 .009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T9 Pearson Correlation .505** .154 .309 .309 .161 .106 .206 .365* 1 .175 .573** Sig. (2-tailed) .004 .416 .097 .097 .394 .578 .274 .047 .355 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T10 Pearson Correlation .218 .378* .236 .331 .009 .157 .175 -.117 .175 1 .458* Sig. (2-tailed) .247 .039 .209 .074 .962 .407 .355 .539 .355 .011

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TTota l

Pearson Correlation .740** .663** .558** .646** .534** .470** .573** .466** .573** .458* 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .002 .009 .001 .009 .001 .011

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(39)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.767 10

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

T1 5.4333 5.771 .640 .717

T2 5.3667 6.033 .547 .731

T3 5.3667 6.309 .420 .748

T4 5.7000 6.079 .525 .734

T5 5.4667 6.326 .383 .754

T6 5.4000 6.524 .314 .763

T7 5.3333 6.299 .442 .746

T8 5.3333 6.575 .317 .762

T9 5.3333 6.299 .442 .746


(40)

iii

DAFTAR PUSTAKA

1. KARISMA Publishing Group, Sinopsis Organ System Pulmonologi:

Pendekatan dengan Sistem Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus Klinik; 2014.

2. Prof, Dr.Soekidjo Notoatmodjo. S.K.M., M.Com.H. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2012.

3. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi 1. Jakarta : Rineka Cipta, 2007.

4. Notoatmodjo, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2005

5. Dinkes Prov Sumatera Utara; 2012:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41460/5/Chapter%20I.pdf 6. Niven; 2002: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-

wihartinig-5290-3-bab2.pdf

7. Prof. Dr. H. Tabrani Rab, Ilmu Penyakit paru; 2013

8. Cramer, Compliance and Medical Practice Clinical Trial; 1991 : http://www.pubmed.guv

9. Depkes RI ; 2010:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39114/5/Chapter%20l.pdf 10. Muhammad Nasir. 2014. Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru tentang

Pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama. Skrips. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

11. Gendhis Indra Dewi, dkk. 2011. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Pasiendan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru di BKPM Pati. Jurnal. STIKes Telogorejo. Semarang.

12. Friska Junita. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis pada Pasien Tuberculosis Paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Tahun 2012. Jurnal. STIKes Medistra Indonesia. Bekasi.

13. Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta

14. Notoatmodjo. S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

15. Dwi Lestari Mukti Palupi. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Tuberculosis yang Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Surakarta. Tesis. Program Studi Pendidikan Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(41)

vi

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

TB Paru

Sikap Tindakan


(42)

vi

3.2 Kerangka Konsep

3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita


(43)

vi

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif. Pemilihan jenis penelitian metode cross-sectionalini disesuaikan dengan tujuan ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan Puskesmas Helvetia Kota Medan memiliki tingkat penderita TB paru yang tertinggi di antara puskesmas di Kota Medan.

4.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai November 2016.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah pasien TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

4.3.3 KriteriaInklusi


(44)

vi

ii. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (inform consent)

4.3.4Kriteria Eksklusi

i. Tidak bersetuju menjadi sampel (inform consent)

4.3.5 Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan ssecara simple random sampling. n= Zα2 PQ

d2 n : jumlah sampel

Zα : deviat buku alfa (ditetapkan)

P : proporsi kategori variabel yang teliti, (bila tidak diketahui, ditetapkan 50%-0,5)

Q : 1-P

d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan, dalam penelitian ini digunakan 10%

n= (1.96) 2 x 0.5(1-0.5) (0.1) 2 =96.040 ≈ 97


(45)

vi

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner.Kuesioner yang dipakai merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan pemasalahan penelitian.

4.5 Pengolahan Data Dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Package For Social Science (SPSS) yang dilakukan dengan menghitung jumlah pasien TB Paru berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB paru.

4.5.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisa Univariat.

4.6 Definisi Operasional

a. Pengetahuan

Definisi operasional : Pengetahuan penderita TB paru yaitu apa yang diketahui penderita mengenai penyakit TB paru, klasifikasi TB, diagnosis TB.

i. Alat Ukur : alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 10 buah pertanyaan.

ii. Cara ukur : dilakukan dengan menggunakan angket. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0.

iii. Skala ukur : skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala kategorik (ordinal).


(46)

vi

iv. Hasil ukur pengetahuan.

a. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden lebih besar dari 66% dari skor maksimum.

b. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden sebesar 33%-66% dari skor maksimum.

c. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden kurang dari 33%dari skor maksimum.

Dengan kata lain: 1. Tingkat Baik : 8-10 2. Tingkat Cukup : 4-7 3. Tingkat Kurang : <3

b. Sikap

Definisi operasional :sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

i. Alat Ukur : alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 10 buah pertanyaan

ii. Cara ukur : dilakukan dengan menggunakan angket. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0

iii. Skala ukur : skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala kategorik (ordinal)

iv. Hasil ukur sikap.

a. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden lebih besar dari 66% dari skor maksimum.

b. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden sebesar 33%-66% dari skor maksimum.

c. Tingkat kurang,apabila skor diperoleh responden kurang dari 33%dari skor maksimum.


(47)

vi

Dengan kata lain:

1. Tingkat Baik : 6-10 2. Tingkat Kurang Baik : <5

c. Tindakan

Definisi operasional: Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

i. Alat Ukur : alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 10 buah pertanyaan

ii. Cara ukur : dilakukan dengan menggunakan angket. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0

iii. Skala ukur : skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala kategorik (ordinal)

iv. Hasil ukur tindakan.

a. Tingkat baik,apabila skor diperoleh responden lebih besar dari 66% dari skor maksimum.

b. Tingkat sedang,apabila skor diperoleh responden sebesar 33%-66% dari skor maksimum.

c. Tingkat kurang,apabila skor diperoleh responden kurang dari 33%dari skor maksimum.

Dengan kata lain:

1. Tingkat Baik : 6-10 2. Tingkat Kurang Baik : <5


(48)

vi

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden

Adapun hasil penelitian berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Penderita TB Berdasarkan Umur No

1

Umur

≤20 Jumlah 6

Proporsi (%)

6.2

2 21-30 13 13.4

3 31-40 16 16.5

4 41-50 32 33.0

5 >50

Jumlah

30

97

30.9

100.0

Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah pada kelompok umur 41-50 tahun dan >50 tahun yaitu sebanyak 62 orang (63.9). Dapat disimpulkan bahwa kelompok dewasa yang paling banyak tertular tuberkulosis.

5.1.1.1Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Adapun hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita TB Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 Jenis Kelamin Laki-laki Jumlah 54 Proporsi(%) 55.7

2 Perempuan

Jumlah

43

97

44.3

100.0

Dari tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 54 orang (55,7%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (44,3%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 54 orang (55,7%).


(49)

vi

5.1.1.2Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Adapun hasil penelitian berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Penderita TB di Puskesmas Kota Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No 1 Pendidikan SD Jumlah 1 Proporsi(%) 1.0

2 SLTP 16 16.5

3 SLTA 58 59.8

4 Perguruan Tinggi

Jumlah

22

97

22.7

100.0

Dari tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan tingkatpendidikan SLTA adalah yang paling terbanyak tertular tuberkulosis sebanyak 58 orang (59,8%).

5.1.1.3Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Adapun hasil penelitian berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Penderita TB di Puskesmas Kota Medan Berdasarkan Pekerjaan

No 1 Pekerjaan PNS/Pensiunan Jumlah 13 Proporsi(%) 13.4

2 Pegawai Swasta 17 17.5

3 Wiraswasta 22 22.7

4 Petani 22 22.7

5 Buruh 10 10.3

6 Lain-lain

Jumlah

13

97

13.4

100.0

Dari tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 22 orang (22.7%) dan Petani sebanyak 22 orang (22,7%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta dan petani adalah yang teramai tertular tuberkulosis yaitu sebanyak 44 orang (45,4%).


(50)

vi

5.1.1.4Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden

Adapun hasil penelitian berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Penderita TB di Puskesmas Kota Medan Berdasarkan Penghasilan

No 1 Penghasilan <Rp.1.050.000,- Jumlah 47 Proporsi(%) 48.5

2 Rp.1.050.000 - Rp.2.000.000,- 48 49.5

3 >Rp.2.000.000,-

Jumlah

2

97

2.1

100.0

Dari tabel 5.5 di atas dapat disimpulkan bahwa responden dengan tingkat penghasilan <Rp.1.050.000,- dengan tingkat penghasilan Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- adalah yang paling terbanyak. Selisih 1 orang responden antara tingkat penghasilan <Rp.1.050.000,- dengan Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,-. Jumlah responden adalah sebanyak 95 orang (98%).

5.1.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru di Kota Medan

5.1.2.1Pengetahuan

Dari jawaban responden penderita TB Paru berdasarkan tingkat pengetahuan di Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Penderita TB di Puskesmas Kota Medan Berdasarkan Penghasilan

No Pengetahuan

Jawaban

Responden Jumlah

Benar Salah

n % n % N %

1. TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis.

52 53.6 45 46.4 97 100

2. Bakteri mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab penyakit TB Paru.

54 55.7 43 44.3 97 100

3. Gejala yang dirasakan penderita TB Paru adalah batuk lebih dari 3 minggu, demam dan disertai influenza.


(51)

vi

No Pengetahuan

Jawaban

Responden Jumlah

Benar Salah

n % n % N %

4. Nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah adalah gejala yang dirasakan penderita TB Paru.

61 62.9 36 37.1 97 100

5.

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan bukan merupakan gejala-gejala dari TB Paru.

63 64.9 34 35.1 97 100

6. Penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin penderita TB Paru.

48 49.5 49 50.5 97 100

7. Minum obat dengan teratur bukan termasuk ke dalam pencegahan penyakit TB Paru.

48 49.5 49 50.5 97 100

8. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin termasuk dalam pencegahan TB Paru.

57 58.8 40 41.2 97 100

9. Pencegahan penyakit TB Paru dengan cara tidak meludah sembarang tempat.

48 49.5 49 50.5 97 100

10.

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi termasuk ke dalam pencegahan penyakit TB Paru.

32 33.0 65 67.0 97 100

Dari tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden paling baik tentang TB paruadalah tentang gejala yang dirasakan penderita TB Paru adalah batuk lebih dari 3 minggu, demam dan disertai influenza yaitu sebanyak 68 orang (70,4%), manakala diikutiresponden paling kurang pengetahuan tentang TB paru adalah dengan meningkatkan daya tubuh dengan makan makanan yang bergizi termasuk ke dalam pencegahan penyakit TB paru sebanyak 32 orang (33%).


(52)

vi

Dari jawaban responden penderita TB paru berdasarkan tingkat pengetahuan di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 No 1 Pengetahuan Baik Jumlah 26 Proporsi(%) 26.8

2 Cukup 48 49.5

3 Kurang

Jumlah

23

97

23.7

100.0

Dari tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48 orang (49,5%).

5.1.2.2Sikap

Sikap responden penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

No Sikap Jawaban Responden Jumlah Benar Salah n % n % N %

1. Melalui penggunaan peralatan makan bersama dengan penderita dapat menularkan penyakit TB Paru.

39 40.2 58 59.8 97 100

2. Penyakit tuberkulosis dapat menular apabila tidak sekamar dengan penderita TB Paru.

36 37.1 61 62.9 97 100

3.

Dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain.

57 58.8 40 41.2 97 100

4. Tidak meludah di sembarang tempat dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain.

56 57.7 41 42.3 97 100

5. Penyakit TB Paru dapat disembuhkan melalui pengobatan teratur.


(53)

vi

6. Dengan melakukan perbaikan

lingkungan misalnya dengan membuat ventilasi dapat membantu mengurangi penularna penyakit TB Paru.

47 48.5 50 51.5 97 100

7. Luas ruangan tidur minimal 8 m 2

, untuk tiap 2 orang dewasa atau 3 anggota keluarga.

29 29.9 68 70.1 97 100

8. Luas ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai.

30 30.9 67 69.1 97 100

9. Lantai rumah yang baik adalah kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan.

20 20.6 77 79.4 97 100

10.

Pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk ke ruangan dan menyebar merata supaya dapat mencegah kuman TB Paru berkembang biak.

32 33.0 65 67.0 97 100

Dari tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa sikap responden penderita TB Paru paling banyak benar terdapat pada pernyataan Nomor 3 ’Dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain’ yaitu sebanyak 57 orang (58,8%), diikuti pernyataan Nomor 4 ‘Tidak meludah di sembarang tempat dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain’ yaitu masing-masing sebanyak 56 orang (57,7%). Sedangkan responden yang paling banyak menjawab salah terdapat pada pernyataan Nomor 9 ’ Lantai rumah yang baik adalah kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan’ yaitu sebanyak 77 orang (79,4%), diikuti pernyataan Nomor 7 ‘Luas ruangan tidur minimal 8 m2, untuk tiap 2 orang dewasa atau 3 anggota keluarga’ yaitu sebanyak 68 orang (70,1%), selanjutnya pernyataan Nomor 8 ‘Luas ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai’ yaitu sebanyak 67 orang (69,1%), pernyataan Nomor 10 ‘Pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk ke ruangan dan menyebar merata supaya dapat mencegah kuman TB Paru berkembang biak’ yaitu sebanyak 65 orang (67%) dan pernyataan Nomor 2 ‘Penyakit tuberkulosis dapat menular apabila tidak sekamar dengan penderita


(54)

vi

Sikap responden Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dikatagorikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Sikap di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

No 1 Sikap Baik Jumlah 19 Proporsi(%) 19.6

2 Kurang Baik

Jumlah

78

97

80.4

100.0

Dari tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan sikap baik sebanyak 19 orang (19,6%) dan sikap kurang baik sebanyak 78 orang (80,4%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden penderita TB Paru memiliki sikap kurang baik yaitu sebanyak 78 orang (80,4%).

5.1.2.3Tindakan

Tindakan responden penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

No Tindakan

Jawaban

Responden Jumlah

Benar Salah

n % n % N %

1.

Menutup mulut waktu batuk dan bersin, tidak meludah sembarang tempat, makan makanan yang bergizi dapat mencegah terkena penyakit TB Paru.

53 54.6 44 45.4 97 100

2. Dengan berobat ke puskesmas/instansi kesehatan dapat mendapat pengobatan TB Paru.

64 66.0 33 34.0 97 100

3.

Makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan adalah anjuran yang dilakukan dalam pengobatan TB Paru..

60 61.9 37 38.1 97 100

4. Mengisolasi diri tanpa perlu berobat dapat menghindarkan penularan penyakit TB Paru.


(55)

vi

No Tindakan

Jawaban

Responden Jumlah

Benar Salah

n % n % N %

5. Membuka jendela kamar tidur setiap hari dapat menghambat pembiakan kuman TB di dalam kamar tidur.

28 28.9 69 71.1 97 100

6.

Memisahkan peralatan makanan anggota keluarga yang lain dengan pasien TB dapat menghindari penularan penyakit TB Paru.

24 24.7 73 75.3 97 100

7.

Ventilasi yang memenuhi syarat (luas ventilasi permanen 10% dari luas lantai) adalah peraturan sirkulasi udara dalam rumah yang sangat diperlukan.

27 27.8 70 72.2 97 100

8.

Apakah dengan memilih lantai rumah diplester/diubin/keramik/papan (untuk rumah panggung) dapat mencegah kuman TB berkembang biak.

29 29.9 68 70.1 97 100

9.

Dengan besar luas kamar tidur 8 m2 untuk 4 orang dapat menghindari penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain.

25 25.8 72 74.2 97 100

10.

Tidak perlu mengupayakan masuknya sinar matahari ke dalam rumah dengan membuka jendela rumah untuk

mencegah kuman TB paru berkembang biak.

17 17.5 80 82.5 97 100

Dari tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa tindakan responden penderita TB Paru paling banyak benar terdapat pada pernyataan Nomor 2 ’Dengan berobat ke puskesmas/instansi kesehatan dapat mendapat pengobatan TB Paru’yaitu sebanyak 64 orang (66%) dan pernyataan Nomor 3 ’ Makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan adalah anjuran yang dilakukan dalam pengobatan TB Paru’ yaitu sebanyak 60 orang (61,9%). Sedangkan tindakan responden paling banyak salah terdapat pada pernyataan Nomor 10 ‘Tidak perlu mengupayakan masuknya sinar matahari ke dalam


(56)

vi

berkembang biak’ yaitu sebanyak 80 orang (82,5%) diikuti pernyataan Nomor 6 ‘Memisahkan peralatan makanan anggota keluarga yang lain dengan pasien TB dapat menghindari penularan penyakit TB Paru’ yaitu sebesar 73 orang (75,3%) dan Nomor 9 ‘Dengan besar luas kamar tidur 8 m2

untuk 4 orang dapat menghindari penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain’ yaitu masing-masing sebanyak 72 orang (74,2%), selanjutnya pernyataan Nomor 7 ‘Ventilasi yang memenuhi syarat (luas ventilasi permanen 10% dari luas lantai) adalah peraturan sirkulasi udara dalam rumah yang sangat diperlukan’ yaitu sebanyak 70 orang (72,2%), pernyataan Nomor 5 ‘Membuka jendela kamar tidur setiap hari dapat menghambat pembiakan kuman TB di dalam kamar tidur’ yaitu sebanyak 69 orang (71,1%), pernyataan Nomor 8 ‘Apakah dengan memilih lantai rumah diplester/diubin/keramik/papan (untuk rumah panggung) dapat mencegah kuman TB berkembang biak’ yaitu sebanyak 68 orang (70,1%).

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Tindakan No

1

Tindakan

Baik

Jumlah

12

Proporsi(%)

12.4

2 Kurang Baik

Jumlah

85

97

87.6

100.0

Dari tabel 5.11 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan tindakan kurang baik sebanyak 85 orang (87,6%) dan sikap baik hanya 12 orang (12,4%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden penderita TB Paru memiliki tindakan kurang baik yaitu sebanyak 85 orang (87,6%).


(57)

vi

5.2Pembahasan

Dari hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medanpada tahun 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan usia 15 sampai dengan 64 tahun, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

5.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur responden penderita TB Paru sebagian besar berada pada kelompok usia dewasa produktif yaitu pada kelompok umur 41-500 tahun dan >50 tahun yaitu sebanyak 62 orang (63,9%), dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 54 orang (55,7%). Sebagian besar responden penderita TB Paru memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 58 orang (59,8%) dan bekerja sebagai wiraswasta dan petani. Responden sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dan petani yaitu sebanyak 44 orang (45,4%). Tingkat penghasilan responden <Rp.1.050.000,- dengan tingkat penghasilan Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- berbeda tipis, hanya selisih 1 orang responden dengan tingkat Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- lebih banyak yaitu sebanyak 95 orang (98,0%).

5.2.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 26 orang (26,8%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 48 orang (49,5%), dan tingkat pengetahuan kurang ada 23 orang (23,7%).

Dilokasi penelitian ditemukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup rata-rata tingkat pendidikan terakhirnya setingkat SMA. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang adalah faktor pendidikan. Mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dapat diperoleh melalui media informasi seperti televisi, radio, koran, majalah, pendidkan dan lain-lain. Ini


(58)

vi

merupakan beberapa cara untuk mendapatkan informasi dan dapat menambah pengetahuan kita tentang kepatuhan meminum obat anti tuberculosis.

Berdasarkan hasil wawancara, pasien yang menjadi responden terbanyak adalah usia dewasa 35-50 tahun. Hal ini dikarenakan peneliti mengambil sampel di puskesmas yang sebagian besar pasien yang berobat berusia dewasa. Dewasa merupakan individu yang telah selesai tumbuh dan memiliki perilaku yang lebih konseptual sehingga berpengaruh dalam pencegahan penularan penyakit TB paru. Semakin bertambahnya umur seseorang, juga akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap pencegahan penularan penyakit TB paru yang diperolehnya terhadap orang lain.

Dari jawaban responden pada tabel 5.6 responden penderita TB Paru mengetahui bahwa gejala yang dirasakan penderita TB Paru adalah batuk lebih dari 3 minggu, demam dan disertai influenza; badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan bukan merupakan gejala-gejala dari TB Paru; nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah adalah gejala yang dirasakan penderita TB Paru. Tetapi responden penderita TB Paru tidak mengetahui bahwa untuk meningkatkan daya tahan tubuh makan makanan yang bergizi termasuk ke dalam pencegahan penyakit TB Paru dan responden tidak mengetahui bahwa penyakit TB Paru dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin penderita TB Paru’ yaitu sebanyak 50 orang (51%). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan cukup baik.

Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, sikap untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudnya niat berupa perilaku.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muhammad Nasir (2014), menyatakan bahwa mayoritas responden di Puskesmas Langsa Lama memiliki tingkat pengetahuan cukup (54,5%). Penelitiannya ini


(59)

vi

menggunakan responden sebesar 33 orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama.

Penelitian ini juga didukung oleh Friska (2012), dalam penelitiannya tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum obat anti tuberculosis pada pasien TBParu di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Tahun 2012 yang menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 50%.

5.2.3 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Sikap terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, arrtinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.9 diketahui bahwa responden dengan sikap baik sebanyak 19 orang (19,6%) dan sikap kurang baik sebanyak 78 orang (80,4%).

Sikap sangat mempengharuhi kepatuhan seorang dalam minum obat anti tuberkulosis karena sikap artinya kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).

Dari jawaban responden pada tabel 5.8 diketahui bahwa sikap responden penderita TB Paru sudah mengerti bahwa dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain dan tidak meludah di sembarang tempat dapat menghindari penularan penyakit TB Paru terhadap orang lain. Tetapi responden tidak mengerti bahwa lantai rumah yang baik adalah kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan, luas ruangan tidur minimal 8 m2, untuk tiap 2 orang dewasa atau 3 anggota keluarga, luas ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai, pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk ke ruangan dan menyebar merata supaya dapat mencegah kuman TB Paru berkembang biak, dan penyakit


(60)

vi

tuberculosis paru dapat menular apabila tidak sekamar dengan penderita TB Paru serta penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin penderita TB Paru. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap responden penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan memiliki sikap kurang baik yaitu sebanyak 78 orang (80,4%).

Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : mau menerima stimulus yang diberikan (objek), memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajaknya atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon, sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya (Notoatmodjo, 2003)

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Gendhis (2011), yang menyatakan bahwa sikap responden TB Paru dalam pengobatan TB Paru termasuk dalam katagori baik (77,5%). Juga tidak sejalan dengan penelitian Sumiyati (2013). Perbedaan ini dikarenakan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan jumlah sampel yang peneliti lakukan di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

5.2.4 Tindakan

Tindakan terbentuk melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan. Begitu pula perilaku responedn terhadap dalam upaya pencegahan penyakit tuberkulosis. Jadi sebelum terbentuk perilaku (upaya pencegahan penularan) ada beberapa hal yang melatarbelakangi seperti informasi/pengetahuan yang ia peroleh dan pemahaman atas informasi yang ia dapat tersebut sebelum ia melakukan tindakan konkrit berupa perbuatan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis (Dwi, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.11 diketahui bahwa responden dengan tindakan kurang baik sebanyak 85 orang (87,6%) dan sikap baik hanya 12 orang (12,4%).


(61)

vi

Dari jawaban responden pada Tabel 5.10 diketahui bahwa responden mengerti bahwa dengan berobat ke puskesmas/instansi kesehatan dapat mendapat pengobatan TB Paru, makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan adalah anjuran yang dilakukan dalam pengobatan TB Paru. Tetapi responden tidak mengerti bahwa masuknya sinar matahari ke dalam rumah dengan membuka jendela rumah dapat mencegah kuman TB paru berkembang biak, memisahkan peralatan makanan anggota keluarga yang lain dengan pasien TB dapat menghindari penularan penyakit TB Paru, dan dengan besar luas kamar tidur 8 m2 untuk 4 orang dapat menghindari penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain. Selanjutnya responden juga tidak mengerti bahwa ventilasi yang memenuhi syarat (luas ventilasi permanen 10% dari luas lantai) adalah peraturan sirkulasi udara dalam rumah yang sangat diperlukan, membuka jendela kamar tidur setiap hari dapat menghambat pembiakan kuman TB di dalam kamar tidur dan juga dengan memilih lantai rumah diplester/diubin/keramik/papan (untuk rumah panggung) dapat mencegah kuman TB berkembang biak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan responden penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan adalah kurang baik.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada tindakan sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Cara membuang dahak ketika batuk belum memenuhi syarat aturan kesehatan sebagai seorang penderita TB Paru, selain ketidaktahuan cara membuang dahak dengan benar juga tidak tahu bahaya dan akibat dari perilaku tersebut, sehingga perilaku ini mempunyai potensi besar dalam penularan TB Paru diantara anggota keluarga. Teori Blum menyebutkan bahwa faktor perilaku merupakan komponen kedua terbesar dalam menentukan status kesehatan.


(62)

i

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mayoritas responden berada pada kelompok umur 41-500 tahun dan > 50 tahun yaitu sebanyak 62 orang (63,9%).

2. Mayoritas responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 54 orang (55,7%).

3. Mayoritas responden berada tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 58 orang (59,8%).

4. Mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta dan petani yaitu sebanyak 44 orang (45,4%).

5. Tingkat penghasilan responden <Rp.1.050.000,- dengan tingkat penghasilan Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- berbeda tipis, hanya selisih 1 orang responden dengan tingkat Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- lebih banyak yaitu sebanyak 95 orang (98%).

6. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48 orang (49,5%).

7. Mayoritas responden penderita TB Paru memiliki sikap kurang baik yaitu sebanyak 78 orang (80,4%).

8. Mayoritas responden penderita TB Paru memiliki tindakan kurang baik yaitu sebanyak 85 orang (87,6%).


(63)

ii

6.2Saran

1. Bagi kepala puskesmas dan petugas kesehatan

Meningkatkan edukasi pasien TB paru terhadap upaya pencegahan penularan dengan cara :

a. Diadakannya program penyuluhan secara rutin pada masyarakat terutama di daerah endemis tentang akibat dan cara pencegahan penularan penyakit TB Paru dan diadakan pelatihan terhadap kader-kader kesehatan sebagai tenaga fasilitator (tenaga kesehatan non profesional).

b. Bekerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan untuk melaksanakan program penyuluhan

2. Pasien TB Paru

Menambah dan meningkatkan wawasan mengenai penyakit TB paru agar dapat mencegah penularan kepada orang lain

3. Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan mengenai perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut pada pasien TB paru terutama penelitian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap penyakitnya untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci antara keduanya dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih signifikan..


(64)

vi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kongnitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(65)

vi

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.ii

2.2 Definisi Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di


(66)

vi

lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Manifestasi sikap dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah :2

Gambar 2.1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi.2

Dalam bagian lain Allport, menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, artinya bagaimana keyakinan , pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Stimulus rangsangan proses stimulus reaksi tingkah laku (terbuka), sikap (tertutup). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus Reaksi

TingkahLaku(terbu ka)


(67)

vi

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni: a) Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah ceramah tentang gizi. b) Menanggapi (responding)

Memberikan jawapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.1 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.2

2.3 Definisi Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain, misalnya orang tua, suami atau isteri2. Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :


(68)

vi

a. Tindakan terpimpin (guided respon)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan tuntutan atau panduan. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lama memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

b. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu dari kader atau petugas kesehatan.

c. Adopsi (adoption)

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar.2

2.4 TB Paru

2.4.1 Definisi

TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh

pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis

jaringan.iiiMycobacteriumTuberculosis adalah kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.


(69)

vi

2.4.2 Etiologi

Penyebab TB adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mikron, lebar kuman 0,3-0,6 mikron. Kuman akan tumbuh optimal 6,4-7. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak. Lipid inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan fisik.Kuman dapat hidup pada udara kering dan dingin. Hal ini terjadi karena kuman dapat berada dalam keadaan dorman (‘tidur’)yang dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif pada keadaan tertentu. Di dalam jaringan kuman hidup dalam sitoplasma makrofag sebagai parasit intraselular.Makrofag yang semula memfagositosis kuman menjadi disukai karena mengandung banyak lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi kadar oksigennya.7

Kuman Mycobacterium Tuberculosis ini terbagi atas empat kelompok populasi yaitu :

a. Populasi A : Kuman tumbuh dan berkembang terus dan cepat, kuman banyak terdapat pada dinding kaviti atau dalam lesi pH netral.

b. Populasi B : Kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam. Lingkungan asam inilah yang melindungi kuman terhadap obat anti tuberkulosis tertentu.

c. Populasi C : Kuman berada dalam keadaan dorman hampir sepanjang waktu. Hanya kadang-kadang saja kuman mengalami metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat, kuman jenis ini banyak terdapat pada dinding kaviti.

d. Populasi D : Kuman-kuman sepenuhnya bersifat dorman sehingga sama sekali tidak dapat dipengaruhi oleh obat antituberkulosis. Jumlah populasi jenis ini tidak jelas dan hanya bisa dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh manusia itu sendiri.7


(70)

vi

2.4.3 Patogenesis

Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang intim untuk penularannya.Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk adalah lebih banyak pada tuberkulosis laring dibanding dengan tuberkulosis pada organ lainnya. Tuberkulosis yang mempunyai kaverna dan tuberkulosis yang belum mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi.8 Berdasarkan penularannya maka tuberkulosis dapat dibagi menjadi 3 tipe, yakni :

1. Tipe Tuberkulosis Primer

Terdapat pada anak anak.Setelah tertular 6-8 minggu kemudian mulai dibentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberculin menjadi positif.

2. Tipe Reaktifasi

10% dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktifasi, terutama setelah 2 tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga dengan tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan melalui hematogen ke bagian segmen apical posterior. Reaktifasi dapat juga terjadi melalui metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh.

3. Tipe Reinfeksi

Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang terjadi. Mungkin dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau terjadi penularan secara terus menerus oleh kuman tersebut dalam suatu keluarga.8


(71)

vi

2.4.4 Klasifikasi

TB paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) a. TB paru BTA (+)

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

Hasil satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologis menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

Hasil satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. b. TB paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.

Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, dan biakan MycobacteriumTuberculosis positif.

2. Berdasarkan tipe pasien, ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

a. Kasus baru

Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT kurang dari 1 bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)

Pasien yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

c. Kasus defaulted atau drop out

Pasien yang telah menjalani pengobatan lebih atau sama dengan 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih, sebelum masa pengobatannya selesai.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR SINGKATAN... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang……….…………... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Definisi Pengetahuan... 5

2.2. Definisi Sikap ... ... 6

2.2.1. Pengukuran Sikap... ... 8

2.3. Definisi Tindakan ... ... 8

2.4.TB Paru ... ... 9

2.4.1 Definisi... 9

2.4.2 Etiologi ... ... 10

2.4.3 Patogenesis... 11

2.4.4 Klasifikasi……… 11

2.4.5 Faktor Risiko... 13

2.4.6 Gambaran Klinis ... ... 13

2.4.7 Diagnosis ... ... 15

2.4.8 Penatalaksanaan ... ... 17

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. KerangkaTeori... ... 27

3.2. KerangkaKonsep... ... ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 4.1. JenisPenelitian ... ... 29


(2)

4.5. Pengolahan Data Dan Analisis Data ... ... 31

4.6. DefinisiOperasional... ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34

5.1. Hasil Penelitian... 34

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 34

5.1.2. Karakteristik Responden... 34

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden... 34

5.1.2.2. Frekuensi Jenis Kelamin Responden... 35

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden... 35

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden... 35

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden... 36

5.1.3. Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru... 37

5.1.3.1. Pengetahuan... 37

5.1.3.2. Sikap... 38

5.1.3.3. Tindakan... 40

5.2. Pembahasan... 42

5.2.1. Karakteristik Responden... 42

5.2.2. Pengetahuan... 42

5.2.3. Sikap... 44

5.2.4. Tindakan... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 48

6.1. Kesimpulan... 48

6.2. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA... 50 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Promosi


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengelompokan OAT Golongan dan Jenis Obat... 17 Tabel 2.2. Nama OAT serta Dosis dan Efek Samping... 20 Tabel 2.3. Efek Samping Obat, Interaksi dan Kontraindikasi... 22 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Umur... 34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Jenis Kelamin... 35 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Tingkat Pendidikan... 35 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Pekerjaan... 35 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Penghasilan... 36 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Penghasilan... 37 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru di Berdasarkan

Tingkat Pengetahuan... 39 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi SikapPenderita TB Paru... 39 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan

Sikap... 41 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tindakan Penderita TB Paru... 41 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan


(5)

DAFTAR SINGKATAN

TB Paru Tuberkulosis Paru BTA Bakteri Tahan Asam OAT Obat Anti Tuberkulosis PMO Pengawas Minum Obat

DOTS Directly Observe Treatment Shortcourse SPSS Statistical Package for the Social Science


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian