Jenis data dan sumber data Teknik Pengumpulan Data

20 nilai sejarah, sejarahnya Kota Tua ini disebut Batavia yang di kenal sebutan Sunda Kelapa berupa menjadi Kota Tua Jakarta, makna tersebut yang menjadikan kawasan ini di Kota Tua Jakarta karena adanya bangunan cagar budaya yang usianya cukup tua dan bangunan itu memilki nilai tertua sesuai dengan sejarahnya, jadi disebut Kota karena jesifikasinya Kota itu dulu Pusat Kota pemerintahan pada masa penjajahan Belanda. Dalam rangka pengelolaan Kota Tua Jakarta untuk itu diperlukan program penataan pengembangan pelestarikan dan pemanfaatan yang pemakna kawasan sebagai upaya revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta gunanya adalah ingin memunculkan kembali nilai-nilai sejarah Kota tersebut yang ada dimasa penjajahan Belanda di Indonesia ini, khususnya Ibu Kota Tua Jakarta pada masa lalu, sebagai contoh; Kota Tua ini dulu pernah ada memiliki pelabuhan Sunda Kelapa dan Benteng Kastil Batavia sebagai tern Kota Tua. Program kerja sesuai dengan tugas dan fungsi bagi pengelola Kota Tua antara lain yaitu, fungsi pengelola Kota Tua Jakarta diatur dalam peraturan Gubenur Propinsi DKI Jakarta No 7 Tahun 2011, hal ini kemudian sertifikasi lebih lanjut kedudukan tugas dan fungsi tersebut atau unit Pengelola Kota Tua tersebut diatur dalam pasal 3 dan pasal 4 di dalam No 7 Tahun 2011, diantaranya kita adalah menyusun suatu rencana anggaran maupun rencana program kegiatan yang terkait akan penataan Kota Tua Jakarta dalam Pemerintah DKI Jakarta dengan tingkatan Wali Kota Jakarta. Kota Tua Batavia dengan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal bakal dari kota Jakarta saat ini. Sejarah Kota Tua Jakarta dimulai dari sebuah pelabuhan yang kini dikenal 21 sebagai Sunda Kelapa atau Kerajaan Tarumanegara Thomas B. Ataladjar, 2003: 6. Prasasti yang terakhir yang paling banyak memberikan keterangan dan petunjuk mengenai kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa, yaitu Tarumanegara. Prasasti Tugu ditemukan pada tahun 1878 di Kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, Kelurahan Semper, Kecamatan Cilincing, sebelah Tenggara Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pada 1910, prasasti ini dipindahkan ke Museum Pusat Thomas B.Ataladjar, 2003:7. Kini Museum NasionalMuseum Gajah dan replica-nya masih dapat kita saksikan di Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah. Pada 22 Juni 1527 Tangal 22 Juni 1527 inilah yang hingga saat ini diperingati sebagai hari jadi Kota Jakarta. Kesultanan Demak, Cirebon dan Banten bersatu dibawah pimpinan Fatahillah menyerbu Sunda Kalapa yang secara cepat berhasil merebut dan menguasai Sunda Kalapa. Bangsawan asal Sumatera sekaligus menantu dari Sultan Trenggono penguasa Demak ini, kemudian mengganti nama Sunda Kalapa yang baru direbutnya itu menjadi pelabuhan “Jayakarta” yang berarti kemenangan sempurna Alwi Shihab, Maria van Engels 2006. Sebagaimana yang diungkapkan oleh BNP, salah satu kepala satuan pelaksana pengawasan dan penataan perkembangan. “Kota Tua itu di dalam wilayahnya terdapat beberapa macam banyaknya bangunan cagar budaya bermakna berarti suatu nilai bangunan yang terkait amat masa sejarah, histori yang kebetulan emang di kawasan Kota Tua Jakarta