Pengamen di Kota Tua Jakarta
30
waktunya di tempat sekolah, tempat hiburan, dan sebagainya Didin Saripudin. 2010:41.
Realitas yang ada di lapangan, pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan aktivitas
mengamen-nya, hal ini ditunjukkan dengan ragam alat dan cara yang digunakan para pengamen anak sebagai salah satu pendukung dalam
menjalankan aksi mengamen. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang bernama IN:
‘’Saya mengamen kemauan sendiri memakai alat musik yaitu salon supaya simple dan gampang untuk mengamen, kadang saya mengamen berdua sama
teman saya bang’’. hasil wawancara dengan Indah tanggal 14 Maret 2015.
Adanya ragam cara yang dilakukan para pengamen anak dalam mengamen dengan menggunakan “salon, gitar, dan radio tipe” merupakan strategi yang
dilakukan para pengamen anak agar dapat menarik perhatian dan minat para pengunjung wisata Kota Tua Jakarta untuk bersimpati mendengarakan dan
memberikan uang yang sesuai dengan harapan para pengamen anak tersebut. Strategi yang dilakukan para pengamen anak ini merupakan pilihan rasionalitas
dalam pertukaran ekonomi, dimana para pengamen anak yang lebih suka mengamen dengan strategi
menggunakan “gitar” lebih banyak mendapatkan uang dari pada dengan strategi menggunakan “salon atau radio tape”.
Selanjutnya, pengamen yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja di jalan atau disebut juga dengan children on the street, namun masih
mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian
31
penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga
ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya dengan
cara bekerja sebagai pengamen di jalanan yang dikategorikan kepada jenis pengamen jalanan.
Dalam penelitian ini pengamen anak jalanan Kota Tua memiliki usia yang bervariasi mulai dari yang terkecil yaitu 9 tahun sampai yang paling tua yaitu
berumur 14 tahun. Namun demikian, pengamen yang menjadi informan dalam penelitian ini berusia lebih kurang dari 8 tahun. Pendidikan terakhir dari
pengamen jalanan yang ada di Kota Tua Jakarta, mayoritas belum tamat SD. Beberapa Pengamen jalanan yang ada di Kota Tua Jakarta, terutama yang
peneliti temukan bahwa sebagian besar sudah lebih dari 4 tahun hidup di jalan melakukan aktivitas ngamennya, dari data yang didapatkan dari informan di
lapangan, bahkan ada yang selama 5 tahun menjadi seorang pengamen jalanan di Kota Tua Jakarta.
Dengan melihat kecenderungan pengalaman selama “5 tahun” menjadi pengamen di Kota Tua Jakarta, mengidentifikasikan bahwa pengamen anak di
lingkungan Kota Tua Jakarta merasa sangat akrab dan menciptakan budaya kebiasan menjadi seorang anak pengamen, demikian dengan apa yang
diungkapkan oleh Pardon 1990 bahwa perilaku seseorang dalam melakukan tindakan ekonomi sebagai sebuah pilihan sang aktor disebabkan oleh faktor
32
budaya Mulyadi, 2008:23. Di mana kata budaya itu terlihat pada lamanya seorang pengamen anak melakukan aktivitas kegiatan mengamen.
Oleh karena itu, anak jalanan merupakan permasalahan yang kompleks, di mana setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kerena banyak faktor
yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan jalanan, seperti: rendahnya ekonomi keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan
rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua Suyanto, 2010: 196. Tidak bisa dipungkiri lagi anak jalanan
atau pengamen telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian dari semua pihak khususnya Dinas Sosial. Mereka memerlukan perhatian khusus untuk
diberikan pengarahan, pelatihan, dan pembinaan terhadap perilaku mereka agar kehidupan ekonomi mereka lebih baik dari pada jadi pengamen yang selama
ini mereka jalanin sehari-hari. Kehadiran pengamen terkadang sangat mengganggu kenyamanan apalagi
banyak dari mereka yang memaksa untuk diberi imbalan, ada juga yang menolak jika diberi sejumlah uang yang nilainya terlalu kecil misalnya
Rp.1000,- dan meminta jumlah yang lebih besar. Sebagaimana yang YA ungkapkan sebagai pengunjung Kota Tua Jakarta:
‘’Adanya pengamen anak dirasa kurang nyaman dik karena menganggu kenyamanan saya disini dan saya merasa terganggu’’. Hasil wawancara
tanggal 15 Maret 2015. Keberadaan pengamen di Kota Tua merupakan fenomena yang harus
mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya