Masa Klasik Masa Islam

masa ini juga kebudayaan megalitik mulai dikenal manusia. Dimana seperti yang diketahui pada umumnya bahwa megalitik adalah tradisi manusia mendirikan monument dari batu yang besar untuk tujuan penyembahan. Untuk diketahui lebih lanjut bahwa pada perkembangannya masa kini makna Megalitik semakin luas yakni tidak hanya berkaitan dengan monument dari batu dan kepercayaan saja. Melaikan lebih pada proses dalam melakukan ritual dan seluruh tinggalan atau artefak yang menjadi bagian dalam ritual kepercayaan suatu kelompok masyarkat. Maka dalam pemaknaan Megalitik yang akan kita gunakan adalah makna yang sudah ada sekarang ini. Pada masa Neolitik di Nias berlangsung bersamaan dengan kebudayaan Megalitik disana. Bahkan sangat sulit untuk menemukan sebuah situs neolitik yang tidak ada hubungannya dengan tradisi megalik di Pulau Nias. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa masa Neolitik dan kebudayaan Megaliti datang bersamaan dan berkembang secara serentak dalam kurun waktu yang sama di Nias. Tinggalan megalitik di Nias tersebar hampir diseluruh wilayah pulau ini. Tradisi yang menjadi pertanda kehidupan masa Neolitik di Nias juga berbarengan dengan pola penghunian berupa tinggalan arsitektural dan juga sistem sosial dan kepercayaan masyarakat Nias. Tradisi megalitik dan masa Neolitik di Nias akan kita bahas lebih lanjut dalam paragraph berikutnya. Dikarenakan masa ini menjadi masa tersendiri dalam perkembangan kebudayaan Nias dan juga pada masa inilah banyak bagian sejarah kebudayaan manusia di Nias tertinggal atau belum ditemukan.

2. Masa Klasik

Masa klasik tidak pernah terjadi dalam perjalanan sejarah kebudayaan di Nias. Sementara dimasa klasik sebuah kerajaan Buudha berkembang sangat besar di Pulau Sumatera yaitu kerajaan Sriwijaya. Hal ini masih menjadi pertanyaan besar apakah kerajaan Sriwijaya pernah datang ke Pulau Nias atau tidak dan alasan­alasan yang mendasari hal tersebut terjadi masih perlu dikaji. Namun tentu saja tidak menjadi hal yang sangat penting karena sejauh ini juga tidak ada bukti yang nyata tentang itu dan masa klasik tidak menyebar sepenuhnya keseluruh wilayah Nuasantara pada masa itu atau Indonesia pada masa kini.

3. Masa Islam

Dalam cerita rakyat Nias dan bukti sejarah yang ditemukan di Nias tidak ada yang menunjukkan tentang kedatangan sebuah budaya baru yang dikenal dengan kebudayaan Islam di Nias. Namun dalam beberapa tulisan berdasarkan arsip perjalanan orang eropa di Pulau Sumatera menyebutkan bahwa beberapa kali kapal dari kerajaan Aceh dan Mingakabau datang ke Pulau Nias untuk membeli budak. Terutama dalam beberapa tulisan dan catatan perjalanan Thomas Raffles yang saat itu berada di Pulau Sumatera ketika Inggris menguasai Indonesia. Dari catatan tersebut dikatakan bahwa Pulau Nias menjadi salah satu tempat memperoleh para budak yang diperdagangkan di pasar melalui para pedagang budak dari Aceh. Tentu saja kita akan bertanya apakah para pembeli budak dari kerajaan Aceh yang saat itu merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Sumatera hanya membeli budak ke Pulau ini atau juga membawa pengaruh kebudayaan Islam disana? Pertanyaan ini juga perlu di cermati lebih lanjut karena jika melihat pada masa kini banyak juga masyarakat Nias yang telah memeluk agama Islam. Dimana hal itu tentu saja patut dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam lagi. Tentang bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Islam masuk ke Pulau Nias hingga sekarang sebagai kecil masyarakat disana menganut kepercayaannya. Selain itu juga siapa yang membawa pengaruh tersebut dan seperti apa penerimaan terhadapat hal tersebut oleh masyarakat Nias pada masa itu. Namun jika dilihat dari persebaran kepercayaan­nya yang dianut oleh masyarakat Nias pada masa kini, banyak ditemukan didaerah pesisir terutama didekat pelabuhan besar yang ada di Nias. Sejauh ini hanya ada dua pelabuhan yang cukup terkenal dan menjadi pusat perdagangan maritim di Nias yaitu di Gunung Sitoli yaitu pelabuhan Angi dan juga Pelabuhan Dermaga di Telukdalam.

4. Masa Kolonial