BAGIAN YANG HILANG DALAM SEJARAH KEHIDUP
BAGIAN YANG HILANG DALAM SEJARAH KEHIDUPAN
AWAL MANUSIA DI PULAU NIAS
Dalam disiplin ilmu arkeologi, antropologi dan ilmu paleotologi yang kajiannya tentang masa lampau, keutuhan sebuah bagian sejarah atau tinggalan peradaban atau masa merupakan hal yang sangat diharapakan. Hal tersebut dikarenakan dalam disiplin ilmu tersebut berusaha untuk menginterpretasikan bagaimana dan apa yang terjadi dimasa lampau secara utuh. Bagi arkeolog dan antropolog yang lebih terfokus pada kehidupan manusia, tinggalan budaya dan peradaban akan menjadi data yang sangat berharga. Semakin banyak data yang dikumpulkan maka akan semakin lengkap dirasa untuk menginterpretasikan kehidupan dimasa lampau. Namun terkadang juga menjadi sebuah kendala jika diantara disiplin ilmu yang diatas terjadi persilangan pendapat. Hal itu memang sangat diperlukan karena dengan demikian akan semakin banyak kemungkinan yang diperoleh dan semakin berlimpah jenis data yang akan dibutuhkan.
Namun seperi apakah jadinya jika dalam menganalisa kronologi kehidupan manusia pada sebuah peradaban terdapat bagian yang hilang. Bagaimana jadinya kita menghubungkan bagian yang ada diantara bagian yang hilang dalam cerita sejarah manusia. Hal ini telah sering terjadi dalam ilmu arkeologi dan antropologi dimana akan selau terdapat bagian misterius atau belum ditemukan bukti sama sekali dalam kronologi sejarah manusia. Menjadi sebuah hambatan yang sangat mengganguu karena akan menjadi hambatan dalam menganalisa fase kehidupan selanjutnya. Jika hal yang demikian pun terjadi maka akan sangat tentu yang dilakukan adalah mencari dimana bagian yang hilang tersebut. Kemudian seperti apa pengaruhnya terhadapat masa selanjutnya.
Mencari bagian yang hilang dalam sejarah kehidupan awal manusia di Nias merupakan materi utama yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini.
(2)
Mengapa hal itu sangat perlu dilakukan serta bagian apa saja yang masih berlum ditemukan dalam sejarah kehidupan dan perjalanan perkembangan kebudayaan Nias dimana lampau ? Tentu itu akan menjadi pertanyaa awal yang perlu kita jawab dalam tulisan ini. Namun sebelum itu maka sangat perlu untuk mengulas sedikit tentang data yang sejauh ini diperoleh tentang kehidupan awal manusia di Nias. Dalam pembahasan kali ini maka penulis akan banyak menggunakan data yang tersebar di Nias Selatan. Bukan untuk tujuan lain karena sejauh ini data yang diperoleh dari tempat lain masih sangat sedikit. Jadi apa yang ditemukan di Nias bagian Selatan akan mendominasi pembahasan pada tulisan ini.
Dalam pembabakan masa sejarah kebudayaan manusia di Indonesia terdapat setidaknya empat pembabakan periodik diantaranya: masa Prasejarah, masa Klasik/HinduBudha, masa Islam, masa Kolonial dan masa setelah kemerdekaan/ Modern. Namun pembabakan masa tersebut tidak semua terjadi pada masingmasing tempat di Indonesia. Terutama karena Indonesia negara kepulauan maka dibeberapa pulau kecil tidak tersentuh oleh peradaban kebudayaan seperti yang dijelaskan diatas. Demikian halnya yang terjadi dipulau Nias dimana tidak semua fase periode sejarah kebudayaan diatas terjadi dalam perjalanan sejarah Nias. Namun demikian kita akan mencoba menguuraikan satu persatu fase tersebut untuk menjawab pertanyaan diatas.
Hal ini sangat diperlukan karena sejauh ini pembabakan masa diatas menjadi patokan utama bagi para sejarawan dalam menganalisa perjalanan kebudayaan suatu perdaban. Tentu saja hal ini harus didasarkan pada bukti bukti yang ditemukan baik secara langsung atau tidak langsung. Data tertulis dan peninggalan kebudayaan manusia menjadi sangat penting digunakan dalam hal ini. Dalam kasus yang akan kita bahas di Nias data tinggalan budaya pada masingmasing masa sangat berbeda secara kuantitatf. Suatu tempat mengalami lebih dari satu fase masa diatas yang tentunya ada
(3)
penindihan kebudayaan dan juga pengaruh lingkungan serta para pendatang merupakan bagian yang harus kita pahami dengan sangat teliti.
Terlebih dahulu kita akan menguraikan perjalana sejarah manusia di Pulau Nias. Dalam pembabakan waktu yang akan digunakan sama seperti yang biasanya digunakan di Indonesia pada umumnya. Sementara data sejarah yang akan menjadi data utama adalah tinggalan budaya dan cerita rakyat yang telah berkembang di Masyarakat Nias atau Foklore. Namun dalam pembabakan masa akan didasarkan pada pembabakan masa yang pernah di lakukan di Nias dimana beberapa fase masa sejarah tidak pernah terjadi di Nias.
1. Masa Prasejarah
Masa prasejarah merupakan masa paling panjang dan paling awal dalam sejarah kehidupan manusia di dunia. Pada masa ini semua peradaban manusia dimulai. Namun juga banyak misteri yang masih belum terungkap atau berhasil diinterpretasikan oleh para ahli terutama para ahli arkeologi. Dalam pembabakan waktu prasejarah di Indonesia berdasarkan teknologi terbagi atas tiga masa yaitu masa Paleolitik, Mesolitik dan Neolitik /Megalitik. Sedangkan berdasarakan sistem percaharian atau cara hidup juga terbagi tiga masa yaitu: masa berburu dan meramu, masa pertanian dan beternak dan masa perundagian.
Ciri utama masa prasejarah adalah penggunaan alat yang berasal dari batu. Tinggalan manusia yang masih sederhana dan masih ada ketergantungan manusia dengan alam. Dalam kata lain lingkungan tempat tinggal ikut menentukan seperti apa kebudayaan manusia. Ciri lain pada masa ini adalah penggunaan gua sebagai tempat hunian atau tempat penguburan manusia prasejarah. Ciri berikput tentu didasarkan pada data arkeologi yang sejauh ini ditemukan.
Tidak beda halnya juga dengan masa prasejarah yang pernah berlangsung di Nias. Beberapa situs prasejarah yang ditemukan di Nias
(4)
mewakili masingmasing masa prasejarah seperti yang kita sebutkan diatas. Berikut pembabakan masa prasejarah di Nias berdasarkan tinggalan budayanya:
a. Masa Paleolitik
Situs paleolitik di Nias sejauh ini yang ditemukan adalah situs sungai Muzoi. Dari beberapa hasil temuan yang didaptkan pada situs tersebut menunjukkan bahwa situs itu pernah dihuni manusia sekitar 12.000 tahun yang lalu dan merupakan bukti kebudayaan tertua di Nias sejauh ini. Dari tinggalan artefaknya memiliki kesamaan dengan artefak prasejarah yang ditemukan di pulau sumatera. Dimana alat batu yang ditemukan disebut bergaya hoabinh dimana gaya pengerjaan alat batu yang serupa juga ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa alat serpih juga ditemukan namun tidak adanya kerangkan manusia sebagai bukti paling meyakinkan bahwa pulau tersebut pernah dihuni oleh manusia dan tentu saja tidak dapat mengetahui jenis ras manusia yang menghuninya. Namun jika melihat dari tinggalan yang ada di situs tersebut dapat kita sebut bahwa ras manusia pertama yang menghuni pulau Nias adalah Mongoloid. Ras ini bermigrasi ke pulau Nias sekitar masa Glasialinterglasial dari pulau sumatera dan membawa kebudayaan Hoabinh.
Kehidupan manusia pada masa itu juga masih digolongkan sederhana dimana terlihat dari alat batu yang digunakan. Akhir dari fase masa ini tidak dapat ditentukan. Karena hingga ini tidak ada bukti penggalian yang menunjukka bahwa masa paleolitik di Nias berakhir pada masa tertentu. Sementara itu situs palelolitik yang ada di Nias hanya ditemukan disatu tempat saja. Selain data yang masih sangat sedikit juga sedikitnya penelitian tentang situs tersebut.
b. Masa Mesolitik
Masa Mesolitik merupakan masa selanjutnya setelah masa paleolitik. Beberapa ahli mengatakan bahwa masa ini merpakan masa transisi antara Pelolitik dan neolitik. Namun sebuah ciri khas tersendiri dan
(5)
juga teknologi terbaru dalam sejarah manusia mulai berkembang pada masa ini. Pada masa Mesolitik manusia sudah mengenal alat serpih yang biasanya berbentuk mata panah. Selain itu juga situssitus mesolitik biasanya banyak ditemukan di guagua. Hal tersebut dikarenakan kehidupan manusia pada masa ini sudah tinggal di Gua walau hanya sekedar semi permanen atau nomaden.
Situs mesolitik di Nias benar ditemukan di Gua yaitu situs Gua Togi Ndrawa dan Togi Mbogi. Pada kedua gua ini merupakan situs hunian pada masa mesolitik dimana ditemukan alat serpih dan juga alat batu mesolitik dimana pengerjaan pada alat batunya terlihat lebih kompleks. Selin itu juga ditemukan sisa makanan manusia berupa kerang. Dari penggalian yang telah di lakukan Balar Medan di situs ini menunjukkan dimasingmasing stratigrafi didominasi oleh satu jenis kerang. Dari data yang ada diatas bahwa manusia pada masa itu sudah mengonsumsi jenis makanan yang dari air. Akan tetapi terutama pada kerang bahwa jenis kerang yang dikonsumsi disesuaikan dengan musim kerang yang berlangsung. Beberapa tulang hewan juga ditemukan sebagai sisa dari konsumsi manusia. Namun sejauh ini tidak ditemukannya alat tulang yang juga menjadi ciri alat yang ada pada masa tersebut.
c. Masa Neolitik/Megalitik
Ciri utama kehidupan manusia pada masa ini adalah mengenal pertanian dan beternak. Sedangkan ciri alat yang biasanya ditemukan pada situs Neolitik biasanya sudah mengalami pengerjaan yang paling baik. Dimana sudah dilakuka pengasahan pada beberapa alat batu pada masa ini terutama pada alat serpih. Juga ditemukan beberapa tinggalan berupa manikmanik dari batu dan juga gerabah. Alat yang digunakan manusia pada masa ini semakin komplek dan jumlahnya semakin banyak. Selain alat batu yang menjadi ciri masa ini namun juga tempat tinggal yang menjadi perhatian dalam menganalisa kehidupan pada masa neolitik. Selain itu juga dibeberapa dimana pada
(6)
masa ini juga kebudayaan megalitik mulai dikenal manusia. Dimana seperti yang diketahui pada umumnya bahwa megalitik adalah tradisi manusia mendirikan monument dari batu yang besar untuk tujuan penyembahan. Untuk diketahui lebih lanjut bahwa pada perkembangannya masa kini makna Megalitik semakin luas yakni tidak hanya berkaitan dengan monument dari batu dan kepercayaan saja. Melaikan lebih pada proses dalam melakukan ritual dan seluruh tinggalan atau artefak yang menjadi bagian dalam ritual kepercayaan suatu kelompok masyarkat. Maka dalam pemaknaan Megalitik yang akan kita gunakan adalah makna yang sudah ada sekarang ini.
Pada masa Neolitik di Nias berlangsung bersamaan dengan kebudayaan Megalitik disana. Bahkan sangat sulit untuk menemukan sebuah situs neolitik yang tidak ada hubungannya dengan tradisi megalik di Pulau Nias. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa masa Neolitik dan kebudayaan Megaliti datang bersamaan dan berkembang secara serentak dalam kurun waktu yang sama di Nias. Tinggalan megalitik di Nias tersebar hampir diseluruh wilayah pulau ini. Tradisi yang menjadi pertanda kehidupan masa Neolitik di Nias juga berbarengan dengan pola penghunian berupa tinggalan arsitektural dan juga sistem sosial dan kepercayaan masyarakat Nias. Tradisi megalitik dan masa Neolitik di Nias akan kita bahas lebih lanjut dalam paragraph berikutnya. Dikarenakan masa ini menjadi masa tersendiri dalam perkembangan kebudayaan Nias dan juga pada masa inilah banyak bagian sejarah kebudayaan manusia di Nias tertinggal atau belum ditemukan.
2. Masa Klasik
Masa klasik tidak pernah terjadi dalam perjalanan sejarah kebudayaan di Nias. Sementara dimasa klasik sebuah kerajaan Buudha berkembang sangat besar di Pulau Sumatera yaitu kerajaan Sriwijaya. Hal ini masih menjadi pertanyaan besar apakah kerajaan Sriwijaya pernah datang ke Pulau Nias atau tidak dan alasanalasan yang mendasari hal tersebut terjadi masih
(7)
perlu dikaji. Namun tentu saja tidak menjadi hal yang sangat penting karena sejauh ini juga tidak ada bukti yang nyata tentang itu dan masa klasik tidak menyebar sepenuhnya keseluruh wilayah Nuasantara pada masa itu atau Indonesia pada masa kini.
3. Masa Islam
Dalam cerita rakyat Nias dan bukti sejarah yang ditemukan di Nias tidak ada yang menunjukkan tentang kedatangan sebuah budaya baru yang dikenal dengan kebudayaan Islam di Nias. Namun dalam beberapa tulisan berdasarkan arsip perjalanan orang eropa di Pulau Sumatera menyebutkan bahwa beberapa kali kapal dari kerajaan Aceh dan Mingakabau datang ke Pulau Nias untuk membeli budak. Terutama dalam beberapa tulisan dan catatan perjalanan Thomas Raffles yang saat itu berada di Pulau Sumatera ketika Inggris menguasai Indonesia. Dari catatan tersebut dikatakan bahwa Pulau Nias menjadi salah satu tempat memperoleh para budak yang diperdagangkan di pasar melalui para pedagang budak dari Aceh.
Tentu saja kita akan bertanya apakah para pembeli budak dari kerajaan Aceh yang saat itu merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Sumatera hanya membeli budak ke Pulau ini atau juga membawa pengaruh kebudayaan Islam disana? Pertanyaan ini juga perlu di cermati lebih lanjut karena jika melihat pada masa kini banyak juga masyarakat Nias yang telah memeluk agama Islam. Dimana hal itu tentu saja patut dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam lagi. Tentang bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Islam masuk ke Pulau Nias hingga sekarang sebagai kecil masyarakat disana menganut kepercayaannya. Selain itu juga siapa yang membawa pengaruh tersebut dan seperti apa penerimaan terhadapat hal tersebut oleh masyarakat Nias pada masa itu. Namun jika dilihat dari persebaran kepercayaannya yang dianut oleh masyarakat Nias pada masa kini, banyak ditemukan didaerah pesisir terutama didekat pelabuhan besar yang ada di Nias. Sejauh ini hanya ada dua pelabuhan yang cukup terkenal dan menjadi pusat perdagangan maritim di Nias yaitu di Gunung Sitoli yaitu pelabuhan Angi dan juga Pelabuhan Dermaga di Telukdalam.
(8)
4. Masa Kolonial
Masa ini ditandai dengan kedatangan bangsa Eropa hingga masa kemerdekaan. Selama masa ini dalam pembabakan masa sejarah Indonesia disebut masa kolonial, dikerenakan pada masa itu selain untuk berdagang bangsa Eropa juga melakukan koloni terhadap bangsa Indonesia. Catatan tentang Nias pertama kali ditemukan dalam arsip Inggris sekitar abad ke17. Kemudian dilanjutkan catatan perjalanan Thomas Raffles di Pulau Sumatera. Dalam catatan perjalanan dari Arab juga ditemukan nama sebuah Pulau disebelah barat Sumatera yang disebut Niyam. Catatan perjalanan tersebut menjadi bukti keberadaan pulau Nias dimasa Kolonial.
Semantara pendudukan orang Belanda di Nias sekitar akhir abad ke19. Sejak saat ini pulau Nias menjadi bagaian dari wilayah kekuaasaan Hindia Belanda. Dalam masa kekuasaan HindiaBelanda di Nias, pengaruh agama Kristen dan Katolik juga mulai masuk bersama para Misionaris dari eropa terutama Jerman. Pengaruh agama tersebutlah yang serang ini menjadi agama paling banyak dianut oleh masyarakat Nias. Beberapa tinggalan masa kolonial di Nias diantaranya berupa bangunan Gereja, Sekolah, Kantor, dan juga beberapa alat perang seperti meriam dapat ditemukan di desadesa di Nias.
Pada masa kedatangan bangsa Jepang di Indonesia juga masuk dan berkuasa di Nias. Banyak perubahan yang diberlakukan oleh orang Jepang di Nias terutama dalam pembagian wilayah. Namun tidak banyak tinggalan yang menjadi bukti kekuasaan Jepang di Nias. Hanya berupa Gua Jepang saja dan beberapa senjata yang ada didalamnya kini menjadi milik pribadi warga Nias. Bentuk gua Jepang pun tidak jauh beda dengan yang kita temukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Selain karena masa kekuasaan yang sangat singkat juga kebudayaan Jepang tidak ikut mempengaruhi kebudayaan Nias pada masa itu.
Masa kolonial di Nias berlangsung kurang dari satu abad jika membandingkan dengan masa kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia yang diperkirakan sekitar tiga setengah abad lamanya. Kekuasaan Belanda di Pulau
(9)
Nias ikut mempengaruhi terciptanya Ori atau negri seperti yang kita kenal di Nias Selatan. Hal ini dilakukan untuk membagi wilayah Nias yang terdiri dari beberapa desa berada dalam satu kekuasaan. Sistem yang diberlakukan hampir sama dengan sistem distrik dibeberapa tempat di Indonesia. Namun yang membedakan adalah hal ini disesuaikan dengan tradisi masyarakat setempat.
Kedatangan bangsa Belanda di Nias bukan tanpa perlawanan. Namun beberapa kali terjadi perang antara desa dengan pasukan tentara Belanda. Seperti perang yang dikomandoi oleh Laowo seorang Si’ulu di Desa Bawomataluo melawan para tentara Belanda. Dan tentu masih banyak perangperang yang terjadi selain itu saja akan tetapi tidak ditemukannya catatan sejarah tentang itu. Baik dari pihak Belanda maupun dari pihak Nias itu sendiri. Kisah itu hanya dapat ditemukan pada ceritacerita dari orang yang pernah mengalami langsung masa penjajahan Belanda dan Jepang di Nias.
5. Masa Modern/Setelah Kemerdekaan
Setelah bangsa Indonesia dinyatakan merdeka maka pulau Nias menjadi bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pembagian regional wilayah pulau Nias menjadi bagian wilayah dari propinsi Sumatera Utara hingga saat ini. Sejak masa kemerdekaan aturan dan jajaran pemerintah mulai diberlakukan di Nias. Hal demikian semakin menekan dan menggeser kekuasaan para Si’ulu dan Tuhe Nori sebagai pemimpin Ori di Nias. Adanya Kepala Desa sebagai perwakilan pemerintah ikut menggeser kekuasaan otoriter dari para Si’ulu di Nias. Tidak hanya itu saja sistem aturan yang diberlakukan juga disandingkan antara hukum adat/lokal dengan hukum kenegaraan. Demikianlah semakin berlangsung untuk waktu yang cukup lama hingga saat ini. Pada masa modern juga semakin banyaknya para pendatang yang masuk kedalam Pulau Nias dengan membawa bentuk kebudayaan yang berbedabeda. Asimilasi budaya terus terjadi seiring
(10)
kedatangan arus kebudayaan baru dari luar menuju pulau Nias. Maka hal ini akan terus berangsung terjadi bersama dengan perjalanan waktu dan perbahan kebutuhan manusia didalamnya.
**
Seperti penjelasan yang panjang diatas kita tentu sudah mengetahi bagaiman perjalanan kebudayaan Nias dari masa kehidupan manusia pertama di Nias hingga pada masa kini. banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan bentuk dan makna kebudayaan dan tradisi masyarakat Nias dari masa lampau hingga saat ini. Akan tetapi, kita belum menjawab pertanyaan yang menjadi rumusan masalah yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini. Dimana yang menjadi penegasan dalam rumusan masalah topik ini adalah
pada bagaian manakah yang hilang dalam perjalanan sejarah kebudayaan Nias dan mengapa hal itu perlu dilakukan. Untuk menjawab pertanyaa itu maka kita akan menguraikan satu persatu beberapa topik pembahasan yang akan menyinggung tentang hal tersebut diatas.
a. Migrasi
Kita tentu tahu bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias tentu saja bukanlah manusia pertama yang ada di Bumi. Secara ilmu pengetahuan dapat kita katakana bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias merupakan migrasi dari satu tempat yang berada di luar Nias menuju ke Nias. Dari mana mereka berasal tidak dapat dijawab dengan pasti namun sudah dijelaskan diatas bahwa jenis kebudayaan yang mereka bawa dapat menunjukkan bahwa mereka bermigrasi dari Pulau Sumatera yang didasarkan pada tinggalan alat batunya.
Kemudian pada masa selanjutnya menurut Ketut, (2010) bahwa terjadi migrasi kedua kepulau Nias yang membawa kebudayaan Neolitik dan Megalitik di Nias. Merekalah yang seterusnya disebut sebagai leluhur pertama di Nias. Namun bagiaman dengan manusia yang hidup pada masa Pelolitik dan Mesolitik. Apakah mereka punah? Atau mereka terkalahkan dan menjadi bagian dari migrasi kedua yang datang ke Nias? Dan bagaimana hubungan
(11)
kedua kebudayaan tersebut tidakkah ada yang saling bertentangan atau dapat saling menerima?
Pertanyaan diataslah yang masing belum terjawabkan secara Ilmu pengetahuan hingga saat ini. Karena selain situs Gua Togi Ndrawa dan Togi Mbogi tidak ditemukan lagi situs mesolitik yang lebih muda. Selain itu juga tidak didapati bahwa terjadi hubungan kebudayaan antara keduanya dan berada pada satu tempat yang sama. Karena secara geografis leta situs megalitik Boronadu dengan kedua gua situs mesolitik di Nias sangatlah jauh.
Selanjutanya kapan kebudayaan megalitik atau migrasi kedua masuk ke NIas itu masih jadi tekateki. Beberapa ahli arkeologi yang membahas tentang Austronesia dan kebudayaanya menyebt bahwa kebudayaan Astronesia masuk ke Indonesia sekitar 12.000 tahun yang lalu akan tetapi tradisi megalitik yang tertua di Indonesia baru ditemukan sekitar 4.000 tahun yang lalu dimana jarak waktu yang cukup jauh antara kedua kebudayaan tersebut. Sementara dalam kasuu tinggalan megalitik di Nias kita ketahui bahwa kebudayaan tersebut berkembang bersama dengan kebudayaa Neolitik juga. Namun apakah Nias memiliki masa neolitik tersendiri juga sampai saat ini masih belum ditemukan.
Dengan asumsi diatas dapat kita percayaai bahwa ada fase yang belum ditemukan hingga saat ini antara masa Megalitik di Situs Boronadu dengan masa Mesolitik di Situs Gua Togi Ndrawa. Kurun waktu yang cukup panjang yang membentang dan tidak teridentifikasi dengan jelas hingga saat ini. Hal ini sangat diperlukan karena dengan demikian kita dapat mengetahui berapa kali kah migrasi manusia terjadi di Nias pada masa prasejarah. Untuk mencari tahu dengan jelas tentang siapakah sebenarnya nenek moyang orang Nias pada masa kini. apakah mereka yang hidup sejak masa Paleolitik atau mereka yang kemudian disebut sebagai migrasi manusia yang kedua.
b. Kehidupan Manusia Pada Masa Hia
Seperti yang sering kita ketahui dalam cerita rakyat orangorang Nias menyebutkan bahwa Manusia pertama yang ada di Pulau ini adalah Hia. Seorang manusia yang turuh dari langit dan mendiami Nias juga menjadi
(12)
Si’ulu pertama orangorang Nias. Banyak versi cerita yang mengisahkan tentang bagaimana Hia turun dari langit dan menjadi leluhur orang Nias. Disalah satu versi ceritanya mengatakan bahwa sebelumnya yang turun ke Nias bukanlah Hia melaikan Ibunya yang sedang mengadungnya. Setelah menikah dan beranjak dewasa, sang Ibu menyuruh Hia untuk mencari seorang istri diseluruh Pulau ini dan jika dia bertemu dengan seorang wanita maka itulah yang akan menjadi istrinya. Namun karena di Pulau itu hanya ada dia dan Ibunya maka wanita yang Hia temuka juga adalah Ibunya yang kelak menjadi Istrinya dan Ibu dari anakanak Hia.
Selanjutnya pada masa kehidupan Hia dengan anakanaknya banyak pula ragam cerita tentang berapa jumlah anak Hia yang sebenarnya. Ada yang menyebut Sembilan dan ada pula yang menyebutkan hanya ada 5 orang anak Hia. Data yang selengkapnya semakin berbeda disetiap tempat. Terutama tentang penyebutan anak sulung Hia. Sumber utama yang digunakan adalah Hoho tentang Hia diikuti oleh cerita rakyat yang terdiri dari berbagai versi cerita di masingmasing tempat. Keterangan diatas sangat sedikit membantu dalam mendeskripsikan tentang siapakah dan bagaimanakan kehidupan Hia pada masa lampau.
c. Klan atau Marga di Nias
Salah satu ciri orang Nias dapat karena memiliki Marga sama seperti penyebutan marga pada orang Batak. Penggunaan dan penempatannya pun sama dengan yang kita lihat dari orangorang batak. Dimana biasnya berada dibelakang nama seseorang dan merupakan sebuah kewajiban untuk disematkan. Dalam pemaknaan marga tidak jauh beda dengan penggunaan klan yang pada umumnya kita ketahui. bagi orang Nias marga merupakan harga diri seseorang dan juga termasuk gelar baginya. Karena beberapa marga di Nias akan menunjukkan kelas sosialnya serta kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai kisah yang diceritakan seiring terciptanya marga bagi orang Nias. dalam pemahaman penulis dan dari cerita yang pernah diperdengarkan
(13)
bahwa marga itu biasanya berupa julukan, nama orang tua dan juga diambil dari tempat tinggal. Banyaknya marga di Nias menandakan bahwa banyaknya kisah mengapa marga itu ada dan juga persebarannya. Bukan merupakan hal yang asing di Nias jika pada satu desa hanya didominasi oleh satu atau beberapa marga saja namun tidak kita temukan di tempat lain. Jika melihat dari apa yang sudah di jelaskan diatas maka akan timbul sebuah pertanyaan dalam benak kita: marga apakah yang pertama di Nias dan bagaimana bisa seseorang memiliki marga tersebut?
Untuk menjawab pertanyaa diatas maka kita harus memahami bagaimana marga itu terbentuk di Nias. Pada mulanya orang Nias menyebut bahwa marga pertama yang ada di Nias adalah marga Hia. Jika merunut dari apa yang biasanya terjadi di Nias pada masa kini, dimana marga akan ayah akan diwariskan kepada anaknya maka semestinya marga di Nias hanyalah satu yaitu Hia. Akan tetapi pada kenyataanya marga di Nias saat ini sangatlah banyak bahkan menyentuh angka ratusan. Mengapa demikian? Menurut interpretasi penulis bahwa pada mulanya perkembangan kebudayaan Nias di Boronadu tidak penyebutan dan penggunaan marga. Akan tetapi hal ini terjadi pada masa selanjutnya setelah keturunan orang pertama di Nias mulai menyebar dan tinggal diseluruh penjuru pulau ini.
Dalam hemat penulis marga mulai terbentuk karena merupakan penyebutan bagi orangorang yang lahir dari satu keturunan dan tinggal secara berpisah. Terutama bagi mereka yang lahir sebagai anak seorang raja atau Si’ulu. Menggukana nama ayah untuk menunjukkan bahwa dirinya anak seorang Si’ulu dari tempat ia berasal. Penggunaan itu semakin lama semakin melekat sehingga menjadi sebuah marga. Selanjutnya sebagai sebutan bagi seseorang atau beberapa orang. Seperti misalnya bagaimana lahirnya marga ge’e di Ori Onolalu. Awalnya ini hanyala sebutan bagi ke delapan anak seorang Si’ulu yang telah membunuh adik mereka sendiri. Demikian pula dengan apa yang terjadi pada marga Harita.
Jika memang halnya demikian maka tidaklah mengherankan kita ada beberapa marga di Nias yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Data
(14)
yang disajikan kali ini sangat membutuhkan pemahaman lebih lanjut karena penulis tidak dapat mengetahui silsilah marga dari berbagai tempat di Nias. Namun yang penting untuk diketahui bahwa marga di Nias tidak datang sejak masa kehidupan Hia di Nias. Tetapi ada pada masa berikutnya dan semakin banyak karena beberapa alasan yang disebut diatas.
d. Masa Setelah Kematian Hia
Masih merupakan sebuah misteri yang belum terpecahakan bagaimana nasib ke Sembilan anak Hia setelah kematian Hia. Dalam hoho tentang Hia disebutkan bahwa setelah kematian Hia sebagai leluhur pertama orang Nias maka anakanaknya saling berpencar dan berpisahpisah hingga memenuhi seluruh pulau Nias. Akan tetapi persebaran mereka sebenarnya kemana tidak diketahui secara keseluruhan. Hanya ada sebagian kecil yang dapat ditelusuri lebih lanjut bagiamana nasib anakanak Hia setelah kematiannya.
Secara ilmiah tidak ditemukan jalur persebaran mereka dan tinggalan yang menjadi bukti bahwa anakanak Hia pernah hidup dan menetap dalam pada satu tempat tertentu. Apakah mereka membawa secara penuh kebudayaan yang ada pada masa Hia atau hanya sebagia saja, hal itulah yang masih belum kita ketahui sampai saat ini.
Sebuah hal yang semakin mengejutkan bagi kita jika melihat sejarah awal kebudayaan Nias pada masa kini adalah banyaknya versi cerita yang menyebutkan Hia itu siapa dan berapa Jumlah anaknya. Ada yang menyebutkan Sembilan orang ada juga yang meyebutkan hanya Lima orang saja namun dimanakah berapakah anak Hia yang sebenarnya? Itu akan menjadi pertanyaan dan membutuhkan jawaban yang lebih lengkap
**
Nias dengan sejuta misteri sejarah yang masih belum terpecahkan dan terpublikasikan hingga saat ini. Hal ini diperlukan untuk mengetahui identitas budaya Nias seperti apa dan menjadi ciri masyarakat Nias. untuk memahami kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa maka kita akan terlibat dalam
(15)
sejarah perjalanan budayanya dan bagaiman sebuah kebudayaan terbentuk hingga pada masa kini.
Akan banyak tulisantulisan selanjutanya tentang bagaimana kebudayaan Nias serta seperti apa masyarakat Nias pada masa lampau. Penulis masih banyak membutuhkan saran lebih lanjut terutama tentang kehidupan awal manusia di Nias. Bagaimana masyarakat Nias memaknai sebuah nilai dalam budayanya dan sistemsistem hukum ada di Nias. Namun yang paling menarik perhatian adalah seperti apa kehidupan masyarakat Nias pada masa lampau seperti yang sedikit di jelaskan diatas.
(1)
kedatangan arus kebudayaan baru dari luar menuju pulau Nias. Maka hal ini akan terus berangsung terjadi bersama dengan perjalanan waktu dan perbahan kebutuhan manusia didalamnya.
**
Seperti penjelasan yang panjang diatas kita tentu sudah mengetahi bagaiman perjalanan kebudayaan Nias dari masa kehidupan manusia pertama di Nias hingga pada masa kini. banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan bentuk dan makna kebudayaan dan tradisi masyarakat Nias dari masa lampau hingga saat ini. Akan tetapi, kita belum menjawab pertanyaan yang menjadi rumusan masalah yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini. Dimana yang menjadi penegasan dalam rumusan masalah topik ini adalah pada bagaian manakah yang hilang dalam perjalanan sejarah kebudayaan Nias dan mengapa hal itu perlu dilakukan. Untuk menjawab pertanyaa itu maka kita akan menguraikan satu persatu beberapa topik pembahasan yang akan menyinggung tentang hal tersebut diatas.
a. Migrasi
Kita tentu tahu bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias tentu saja bukanlah manusia pertama yang ada di Bumi. Secara ilmu pengetahuan dapat kita katakana bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias merupakan migrasi dari satu tempat yang berada di luar Nias menuju ke Nias. Dari mana mereka berasal tidak dapat dijawab dengan pasti namun sudah dijelaskan diatas bahwa jenis kebudayaan yang mereka bawa dapat menunjukkan bahwa mereka bermigrasi dari Pulau Sumatera yang didasarkan pada tinggalan alat batunya.
Kemudian pada masa selanjutnya menurut Ketut, (2010) bahwa terjadi migrasi kedua kepulau Nias yang membawa kebudayaan Neolitik dan Megalitik di Nias. Merekalah yang seterusnya disebut sebagai leluhur pertama di Nias. Namun bagiaman dengan manusia yang hidup pada masa Pelolitik dan Mesolitik. Apakah mereka punah? Atau mereka terkalahkan dan menjadi bagian dari migrasi kedua yang datang ke Nias? Dan bagaimana hubungan
(2)
kedua kebudayaan tersebut tidakkah ada yang saling bertentangan atau dapat saling menerima?
Pertanyaan diataslah yang masing belum terjawabkan secara Ilmu pengetahuan hingga saat ini. Karena selain situs Gua Togi Ndrawa dan Togi Mbogi tidak ditemukan lagi situs mesolitik yang lebih muda. Selain itu juga tidak didapati bahwa terjadi hubungan kebudayaan antara keduanya dan berada pada satu tempat yang sama. Karena secara geografis leta situs megalitik Boronadu dengan kedua gua situs mesolitik di Nias sangatlah jauh.
Selanjutanya kapan kebudayaan megalitik atau migrasi kedua masuk ke NIas itu masih jadi tekateki. Beberapa ahli arkeologi yang membahas tentang Austronesia dan kebudayaanya menyebt bahwa kebudayaan Astronesia masuk ke Indonesia sekitar 12.000 tahun yang lalu akan tetapi tradisi megalitik yang tertua di Indonesia baru ditemukan sekitar 4.000 tahun yang lalu dimana jarak waktu yang cukup jauh antara kedua kebudayaan tersebut. Sementara dalam kasuu tinggalan megalitik di Nias kita ketahui bahwa kebudayaan tersebut berkembang bersama dengan kebudayaa Neolitik juga. Namun apakah Nias memiliki masa neolitik tersendiri juga sampai saat ini masih belum ditemukan.
Dengan asumsi diatas dapat kita percayaai bahwa ada fase yang belum ditemukan hingga saat ini antara masa Megalitik di Situs Boronadu dengan masa Mesolitik di Situs Gua Togi Ndrawa. Kurun waktu yang cukup panjang yang membentang dan tidak teridentifikasi dengan jelas hingga saat ini. Hal ini sangat diperlukan karena dengan demikian kita dapat mengetahui berapa kali kah migrasi manusia terjadi di Nias pada masa prasejarah. Untuk mencari tahu dengan jelas tentang siapakah sebenarnya nenek moyang orang Nias pada masa kini. apakah mereka yang hidup sejak masa Paleolitik atau mereka yang kemudian disebut sebagai migrasi manusia yang kedua.
b. Kehidupan Manusia Pada Masa Hia
Seperti yang sering kita ketahui dalam cerita rakyat orangorang Nias menyebutkan bahwa Manusia pertama yang ada di Pulau ini adalah Hia. Seorang manusia yang turuh dari langit dan mendiami Nias juga menjadi
(3)
Si’ulu pertama orangorang Nias. Banyak versi cerita yang mengisahkan tentang bagaimana Hia turun dari langit dan menjadi leluhur orang Nias. Disalah satu versi ceritanya mengatakan bahwa sebelumnya yang turun ke Nias bukanlah Hia melaikan Ibunya yang sedang mengadungnya. Setelah menikah dan beranjak dewasa, sang Ibu menyuruh Hia untuk mencari seorang istri diseluruh Pulau ini dan jika dia bertemu dengan seorang wanita maka itulah yang akan menjadi istrinya. Namun karena di Pulau itu hanya ada dia dan Ibunya maka wanita yang Hia temuka juga adalah Ibunya yang kelak menjadi Istrinya dan Ibu dari anakanak Hia.
Selanjutnya pada masa kehidupan Hia dengan anakanaknya banyak pula ragam cerita tentang berapa jumlah anak Hia yang sebenarnya. Ada yang menyebut Sembilan dan ada pula yang menyebutkan hanya ada 5 orang anak Hia. Data yang selengkapnya semakin berbeda disetiap tempat. Terutama tentang penyebutan anak sulung Hia. Sumber utama yang digunakan adalah Hoho tentang Hia diikuti oleh cerita rakyat yang terdiri dari berbagai versi cerita di masingmasing tempat. Keterangan diatas sangat sedikit membantu dalam mendeskripsikan tentang siapakah dan bagaimanakan kehidupan Hia pada masa lampau.
c. Klan atau Marga di Nias
Salah satu ciri orang Nias dapat karena memiliki Marga sama seperti penyebutan marga pada orang Batak. Penggunaan dan penempatannya pun sama dengan yang kita lihat dari orangorang batak. Dimana biasnya berada dibelakang nama seseorang dan merupakan sebuah kewajiban untuk disematkan. Dalam pemaknaan marga tidak jauh beda dengan penggunaan klan yang pada umumnya kita ketahui. bagi orang Nias marga merupakan harga diri seseorang dan juga termasuk gelar baginya. Karena beberapa marga di Nias akan menunjukkan kelas sosialnya serta kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai kisah yang diceritakan seiring terciptanya marga bagi orang Nias. dalam pemahaman penulis dan dari cerita yang pernah diperdengarkan
(4)
bahwa marga itu biasanya berupa julukan, nama orang tua dan juga diambil dari tempat tinggal. Banyaknya marga di Nias menandakan bahwa banyaknya kisah mengapa marga itu ada dan juga persebarannya. Bukan merupakan hal yang asing di Nias jika pada satu desa hanya didominasi oleh satu atau beberapa marga saja namun tidak kita temukan di tempat lain. Jika melihat dari apa yang sudah di jelaskan diatas maka akan timbul sebuah pertanyaan dalam benak kita: marga apakah yang pertama di Nias dan bagaimana bisa seseorang memiliki marga tersebut?
Untuk menjawab pertanyaa diatas maka kita harus memahami bagaimana marga itu terbentuk di Nias. Pada mulanya orang Nias menyebut bahwa marga pertama yang ada di Nias adalah marga Hia. Jika merunut dari apa yang biasanya terjadi di Nias pada masa kini, dimana marga akan ayah akan diwariskan kepada anaknya maka semestinya marga di Nias hanyalah satu yaitu Hia. Akan tetapi pada kenyataanya marga di Nias saat ini sangatlah banyak bahkan menyentuh angka ratusan. Mengapa demikian? Menurut interpretasi penulis bahwa pada mulanya perkembangan kebudayaan Nias di Boronadu tidak penyebutan dan penggunaan marga. Akan tetapi hal ini terjadi pada masa selanjutnya setelah keturunan orang pertama di Nias mulai menyebar dan tinggal diseluruh penjuru pulau ini.
Dalam hemat penulis marga mulai terbentuk karena merupakan penyebutan bagi orangorang yang lahir dari satu keturunan dan tinggal secara berpisah. Terutama bagi mereka yang lahir sebagai anak seorang raja atau Si’ulu. Menggukana nama ayah untuk menunjukkan bahwa dirinya anak seorang Si’ulu dari tempat ia berasal. Penggunaan itu semakin lama semakin melekat sehingga menjadi sebuah marga. Selanjutnya sebagai sebutan bagi seseorang atau beberapa orang. Seperti misalnya bagaimana lahirnya marga ge’e di Ori Onolalu. Awalnya ini hanyala sebutan bagi ke delapan anak seorang Si’ulu yang telah membunuh adik mereka sendiri. Demikian pula dengan apa yang terjadi pada marga Harita.
Jika memang halnya demikian maka tidaklah mengherankan kita ada beberapa marga di Nias yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Data
(5)
yang disajikan kali ini sangat membutuhkan pemahaman lebih lanjut karena penulis tidak dapat mengetahui silsilah marga dari berbagai tempat di Nias. Namun yang penting untuk diketahui bahwa marga di Nias tidak datang sejak masa kehidupan Hia di Nias. Tetapi ada pada masa berikutnya dan semakin banyak karena beberapa alasan yang disebut diatas.
d. Masa Setelah Kematian Hia
Masih merupakan sebuah misteri yang belum terpecahakan bagaimana nasib ke Sembilan anak Hia setelah kematian Hia. Dalam hoho tentang Hia disebutkan bahwa setelah kematian Hia sebagai leluhur pertama orang Nias maka anakanaknya saling berpencar dan berpisahpisah hingga memenuhi seluruh pulau Nias. Akan tetapi persebaran mereka sebenarnya kemana tidak diketahui secara keseluruhan. Hanya ada sebagian kecil yang dapat ditelusuri lebih lanjut bagiamana nasib anakanak Hia setelah kematiannya.
Secara ilmiah tidak ditemukan jalur persebaran mereka dan tinggalan yang menjadi bukti bahwa anakanak Hia pernah hidup dan menetap dalam pada satu tempat tertentu. Apakah mereka membawa secara penuh kebudayaan yang ada pada masa Hia atau hanya sebagia saja, hal itulah yang masih belum kita ketahui sampai saat ini.
Sebuah hal yang semakin mengejutkan bagi kita jika melihat sejarah awal kebudayaan Nias pada masa kini adalah banyaknya versi cerita yang menyebutkan Hia itu siapa dan berapa Jumlah anaknya. Ada yang menyebutkan Sembilan orang ada juga yang meyebutkan hanya Lima orang saja namun dimanakah berapakah anak Hia yang sebenarnya? Itu akan menjadi pertanyaan dan membutuhkan jawaban yang lebih lengkap
**
Nias dengan sejuta misteri sejarah yang masih belum terpecahkan dan terpublikasikan hingga saat ini. Hal ini diperlukan untuk mengetahui identitas budaya Nias seperti apa dan menjadi ciri masyarakat Nias. untuk memahami kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa maka kita akan terlibat dalam
(6)
sejarah perjalanan budayanya dan bagaiman sebuah kebudayaan terbentuk hingga pada masa kini.
Akan banyak tulisantulisan selanjutanya tentang bagaimana kebudayaan Nias serta seperti apa masyarakat Nias pada masa lampau. Penulis masih banyak membutuhkan saran lebih lanjut terutama tentang kehidupan awal manusia di Nias. Bagaimana masyarakat Nias memaknai sebuah nilai dalam budayanya dan sistemsistem hukum ada di Nias. Namun yang paling menarik perhatian adalah seperti apa kehidupan masyarakat Nias pada masa lampau seperti yang sedikit di jelaskan diatas.