Kehidupan Manusia Pada Masa Hia Klan atau Marga di Nias

kedua kebudayaan tersebut tidakkah ada yang saling bertentangan atau dapat saling menerima? Pertanyaan diataslah yang masing belum terjawabkan secara Ilmu pengetahuan hingga saat ini. Karena selain situs Gua Togi Ndrawa dan Togi Mbogi tidak ditemukan lagi situs mesolitik yang lebih muda. Selain itu juga tidak didapati bahwa terjadi hubungan kebudayaan antara keduanya dan berada pada satu tempat yang sama. Karena secara geografis leta situs megalitik Boronadu dengan kedua gua situs mesolitik di Nias sangatlah jauh. Selanjutanya kapan kebudayaan megalitik atau migrasi kedua masuk ke NIas itu masih jadi teka­teki. Beberapa ahli arkeologi yang membahas tentang Austronesia dan kebudayaanya menyebt bahwa kebudayaan Astronesia masuk ke Indonesia sekitar 12.000 tahun yang lalu akan tetapi tradisi megalitik yang tertua di Indonesia baru ditemukan sekitar 4.000 tahun yang lalu dimana jarak waktu yang cukup jauh antara kedua kebudayaan tersebut. Sementara dalam kasuu tinggalan megalitik di Nias kita ketahui bahwa kebudayaan tersebut berkembang bersama dengan kebudayaa Neolitik juga. Namun apakah Nias memiliki masa neolitik tersendiri juga sampai saat ini masih belum ditemukan. Dengan asumsi diatas dapat kita percayaai bahwa ada fase yang belum ditemukan hingga saat ini antara masa Megalitik di Situs Boronadu dengan masa Mesolitik di Situs Gua Togi Ndrawa. Kurun waktu yang cukup panjang yang membentang dan tidak teridentifikasi dengan jelas hingga saat ini. Hal ini sangat diperlukan karena dengan demikian kita dapat mengetahui berapa kali kah migrasi manusia terjadi di Nias pada masa prasejarah. Untuk mencari tahu dengan jelas tentang siapakah sebenarnya nenek moyang orang Nias pada masa kini. apakah mereka yang hidup sejak masa Paleolitik atau mereka yang kemudian disebut sebagai migrasi manusia yang kedua.

b. Kehidupan Manusia Pada Masa Hia

Seperti yang sering kita ketahui dalam cerita rakyat orang­orang Nias menyebutkan bahwa Manusia pertama yang ada di Pulau ini adalah Hia. Seorang manusia yang turuh dari langit dan mendiami Nias juga menjadi Si’ulu pertama orang­orang Nias. Banyak versi cerita yang mengisahkan tentang bagaimana Hia turun dari langit dan menjadi leluhur orang Nias. Disalah satu versi ceritanya mengatakan bahwa sebelumnya yang turun ke Nias bukanlah Hia melaikan Ibunya yang sedang mengadungnya. Setelah menikah dan beranjak dewasa, sang Ibu menyuruh Hia untuk mencari seorang istri diseluruh Pulau ini dan jika dia bertemu dengan seorang wanita maka itulah yang akan menjadi istrinya. Namun karena di Pulau itu hanya ada dia dan Ibunya maka wanita yang Hia temuka juga adalah Ibunya yang kelak menjadi Istrinya dan Ibu dari anak­anak Hia. Selanjutnya pada masa kehidupan Hia dengan anak­anaknya banyak pula ragam cerita tentang berapa jumlah anak Hia yang sebenarnya. Ada yang menyebut Sembilan dan ada pula yang menyebutkan hanya ada 5 orang anak Hia. Data yang selengkapnya semakin berbeda disetiap tempat. Terutama tentang penyebutan anak sulung Hia. Sumber utama yang digunakan adalah Hoho tentang Hia diikuti oleh cerita rakyat yang terdiri dari berbagai versi cerita di masing­masing tempat. Keterangan diatas sangat sedikit membantu dalam mendeskripsikan tentang siapakah dan bagaimanakan kehidupan Hia pada masa lampau.

c. Klan atau Marga di Nias

Salah satu ciri orang Nias dapat karena memiliki Marga sama seperti penyebutan marga pada orang Batak. Penggunaan dan penempatannya pun sama dengan yang kita lihat dari orang­orang batak. Dimana biasnya berada dibelakang nama seseorang dan merupakan sebuah kewajiban untuk disematkan. Dalam pemaknaan marga tidak jauh beda dengan penggunaan klan yang pada umumnya kita ketahui. bagi orang Nias marga merupakan harga diri seseorang dan juga termasuk gelar baginya. Karena beberapa marga di Nias akan menunjukkan kelas sosialnya serta kedudukannya dalam masyarakat. Berbagai kisah yang diceritakan seiring terciptanya marga bagi orang Nias. dalam pemahaman penulis dan dari cerita yang pernah diperdengarkan bahwa marga itu biasanya berupa julukan, nama orang tua dan juga diambil dari tempat tinggal. Banyaknya marga di Nias menandakan bahwa banyaknya kisah mengapa marga itu ada dan juga persebarannya. Bukan merupakan hal yang asing di Nias jika pada satu desa hanya didominasi oleh satu atau beberapa marga saja namun tidak kita temukan di tempat lain. Jika melihat dari apa yang sudah di jelaskan diatas maka akan timbul sebuah pertanyaan dalam benak kita: marga apakah yang pertama di Nias dan bagaimana bisa seseorang memiliki marga tersebut? Untuk menjawab pertanyaa diatas maka kita harus memahami bagaimana marga itu terbentuk di Nias. Pada mulanya orang Nias menyebut bahwa marga pertama yang ada di Nias adalah marga Hia. Jika merunut dari apa yang biasanya terjadi di Nias pada masa kini, dimana marga akan ayah akan diwariskan kepada anaknya maka semestinya marga di Nias hanyalah satu yaitu Hia. Akan tetapi pada kenyataanya marga di Nias saat ini sangatlah banyak bahkan menyentuh angka ratusan. Mengapa demikian? Menurut interpretasi penulis bahwa pada mulanya perkembangan kebudayaan Nias di Boronadu tidak penyebutan dan penggunaan marga. Akan tetapi hal ini terjadi pada masa selanjutnya setelah keturunan orang pertama di Nias mulai menyebar dan tinggal diseluruh penjuru pulau ini. Dalam hemat penulis marga mulai terbentuk karena merupakan penyebutan bagi orang­orang yang lahir dari satu keturunan dan tinggal secara berpisah. Terutama bagi mereka yang lahir sebagai anak seorang raja atau Si’ulu. Menggukana nama ayah untuk menunjukkan bahwa dirinya anak seorang Si’ulu dari tempat ia berasal. Penggunaan itu semakin lama semakin melekat sehingga menjadi sebuah marga. Selanjutnya sebagai sebutan bagi seseorang atau beberapa orang. Seperti misalnya bagaimana lahirnya marga ge’e di Ori Onolalu. Awalnya ini hanyala sebutan bagi ke delapan anak seorang Si’ulu yang telah membunuh adik mereka sendiri. Demikian pula dengan apa yang terjadi pada marga Harita. Jika memang halnya demikian maka tidaklah mengherankan kita ada beberapa marga di Nias yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Data yang disajikan kali ini sangat membutuhkan pemahaman lebih lanjut karena penulis tidak dapat mengetahui silsilah marga dari berbagai tempat di Nias. Namun yang penting untuk diketahui bahwa marga di Nias tidak datang sejak masa kehidupan Hia di Nias. Tetapi ada pada masa berikutnya dan semakin banyak karena beberapa alasan yang disebut diatas.

d. Masa Setelah Kematian Hia