Organisasi Pengelolaan Perikanan Laut Lepas

d Mekanisme dengan mana organisasi atau pengaturan akan mendapatkan pengarahan ilmiah dan perubahan status dari sediaan tersebut, termasuk apabila dimungkinkan, pendirian suatu badan penasehat ilmiah. Negara-negara pembentuk pengaturan atau organisasi pengelolaan perikanan sub regional atau regional tersebut selain mempunyai beberapa hal yang harus disetujui di atas, juga terikat pada kewajiban untuk memberikan informasi kepada negara-negara lain yang diketahui memiliki kepentingan nyata dalam kerja pengaturan atau organisasi yang diusulkan. 7

3.3. Fungsi Organisasi dan Pengaturan Pengelolaan Perikanan

Adapun fungsi pengaturan dan organisasi pengelolaan perikanan sub regional dan regional yang juga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara-negara menurut Pasal 10 UNIA adalah: a Menyetujui dan mengikuti tindakan konservasi dan pengelolaan untuk menjamin kelestarian jangka panjang dari sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh; b Menyetujui, jika sesuai, pada hak keikutsertaan antara lain alokasi tangkapan yang diperbolehkan atau tingkat usaha penangkapan perikanan; c Menyetujui dan menerapkan setiap standar umum minimum internasional yang direkomendasikan untuk tata laksana yang bertanggung jawab untuk operasi penangkapan ikan; d Menghasilkan dan mengevaluasi saran ilmiah, perubahan status sediaan tersebut dan menilai dampak penangkapan ikan pada spesies non target dan berhubungan atau bergantung; e Menyetujui standar untuk pengumpulan, pelaporan, verifikasi dan pertukaran data perikanan untuk sediaan tersebut; f Mengumpulkan dan menyebarluaskan data statistik yang akurat dan lengkap, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I, untuk menjamin bahwa bukti ilmiah terbaik tersedia, serta memelihara keterbatasan apabila diperlukan; g Memajukan dan melaksanakan penilaian ilmiah dari sediaan tersebut dan riset yang relavan dan penyebarluasan hasil-hasilnya; h Merumuskan mekanisme kerja sama yang memadai untuk pemantauan, pengawasan, pengamatan dan penegakan hukum yang efektif; 7 Naskah terjemahan UNIA 1995, op cit, Pasal 9 i Menyetujui sarana dengan mana kepentingan-kepentingan penangkapan dari anggota-anggota baru dari organisasi atau peserta baru dalam pengaturan akan diakomodasikan; j Menyetujui prosedur pengambilan keputusan yang memfasilitasi persetujuan tindakan konservasi dan pengelolaan secara cepat dan efektif; k Memajukan penyelesaian sengketa secara damai sesuai dengan Bagian VIII; l Menjamin kerja sama penuh dari badan-badan dan industri nasional yang terkait dalam pelaksanaan rekomendasi dan keputusan dari organisasi atau pengaturan; dan m Melakukan publikasi tindakan konservasi dan pengelolaan yang telah dirumuskan oleh organisasi atau pengaturan. 8

3.4. Organisasi Pengelolaan Perikanan di Sekitar Indonesia

Organisasi pengelolaan perikanan laut lepas dapat disebut juga Regional Fisheries Management Organizations atau selanjutnya disingkat RFMOs. Saat ini telah terbentuk beberapa RFMOs yang wilayah pengelolaannya berada di sekitar wilayah Indonesia, antara lain Indian Ocean Tuna Commission selanjutnya disingkat IOTC, Commission For The Conservation Of Southern Bluefin Tuna selanjutnya disingkat CCSBT, dan Western and Central Pacific Fisheries Commission selanjutnya disingkat WCPFC.

a. Indian Ocean Tuna Commission IOTC

Perjanjian pembentukan Indian Ocean Tuna Commission IOTC disetujui melalui Resolusi 1105 pada Sidang ke 105 Dewan FAO, tanggal 25 Desember 1993 dan mulai berlaku efektif pada tanggal 27 Maret 1996. Sebelum adanya IOTC, terdapat suatu badan yang terlebih dahulu dibentuk, yaitu The Indo-Pacific Tuna Development and Management Programme selanjutnya disingkat IPTP. IPTP dibentuk pada tahun 1982 di Colombo, Srilanka, dengan pendanaan dari 8 Naskah terjemahan UNIA 1995, op cit, Pasal 10