16 glass beads.
Fase cair yang digunakan adalah air [11]. - Tambun, dkk kemudian melakukan penelitian dengan menggunakan metode
pengapungan batang ini untuk menentukan rata-rata ukuran partikel secara grafis dan numeris untuk 2 dan 3 sampel yang dicampur. Sampel yang
digunakan adalah glass beads 60, glass beads 40 dan glass beads 30. Cairan yang dipakai adalah gliserol kons.: 40 wt [12].
- Wilson J.T dan D.H Donelson mengambarkan perbandingan distribusi ukuran partikel tepung dengan tahanan listrik dan mikroskop. Data menunjukkan
ukuran partikel 8- 10 μm [27].
Pada penelitian sebelumnya, metode ini belum pernah diaplikasikan pada industri makanan yang memerlukan distribusi ukuran partikel seperti pada industri
tepung terigu.
2.6 TEPUNG TERIGU
Tepung dikenal sebagai campuran partikel heterogen dengan densitas dan bentuk yang berbeda. Metode yang sering digunakan untuk mengukur distribusi
ukuran partikel dari tepung adalah pengayakan dan sedimentasi. Mekanisme untuk pengayakan dapat dibagi menjadi dua langkah yang berbeda yaitu:
Langkah pertama, partikel dengan ukuran yang jauh lebih kecil melewati bukaan ayakan.
Langkah kedua relatif lambat, dimana partikel yang ukurannya mendekati bukaan ayakan melewati bukaan ayakan.
Untuk metode sedimentasi, distribusi ukuran partikel tepung dapat ditentukan dengan mengukur granularitas berdasarkan berat dari tepung tersebut pada
berbagai macam fasa cairan. Untuk perbandingan hasil distribusi ukuran partikel tepung, dapat menggunakan metode tahanan listrik dan mikroskop [28].
Tepung terigu pada umumnya memiliki distribusi ukuran partikel sekitar 5- 160 μm. Untuk pembuatan kue biasanya menggunakan tepung terigu dengan
distribusi ukuran partikel 5- 100 μm, sedangkan untuk pembuatan roti
menggunakan tepung terigu dengan distribusi ukuran partikel 10- 160 μm [29].
Adapun bentuk partikel tepung terigu ditunjukkan pada gambar 2.11.
Universitas Sumatera Utara
17 Gambar 2.11 Bentuk Partikel Tepung Terigu
2.7 ANALISIS EKONOMI
Distribusi ukuran partikel sangat perlu diketahui dalam bidang industri khususnya industri tepung terigu. Hal ini berguna untuk menentukan kualitas
produk tepung terigu yang dihasilkan berdasarkan standar karakteristik tepung terigu yang baik. Dalam penelitian ini, digunakan Metode Pengapungan Batang
sebagai metode yang cukup murah dan akurat dibandingkan metode lain. Sebelum dilakukan penelitian, maka diperlukan biaya untuk perancangan alat
untuk Metode Pengapungan Batang, dengan alat utamanya adalah batang silinder aluminium. Sebagai pembanding hasil metode ini digunakan Metode
Sedimentation Balance . Berikut perkiraan biaya prosedur penentuan distribusi
ukuran partikel oleh metode ini. Biaya Peralatan Metode Pengapungan Batang:
Biaya neraca analitik = Rp 21.600.000
Biaya kerangka peralatan = 4 x Rp 75.000
= Rp 300.000 Biaya gelas ukur
= Rp 112.500 Biaya batang aluminium
= Rp 20.000 Biaya pengaduk
= Rp 20.000 Biaya kaca
= 2 x Rp 60.000 = Rp 120.000
Biaya sterofom = 8 x Rp 10.000
= Rp 80.000 Biaya baut
= Rp 50.000
Universitas Sumatera Utara
18 Biaya fasa cair etanol
= 1 L x Rp 550.0002,5 L = Rp. 220.000
Total = Rp 22.852.500
Biaya Peralatan Metode Sedimentation Balance Balance pan
= Rp 50.000 Metode ini menggunakan prinsip yang mirip, namun dengan medium yang
berbeda, yaitu balance pan. Untuk itu harga silinder aluminium diganti dengan harga balance pan, sehingga total biayanya adalah Rp 22.882.500,-.
Biaya MetodeAlat Lain Coulter counter
= Rp 808.000.000 [29] Laser diffraction
= Rp 729.000.000 [30] Centrifugal sedimentation
= Rp 101.720.000 [31] Microscope
= Rp 89.005.000 [32] Beberapa peralatan menggunakan kurs US, sehingga dikonversikan dalam
nilai tukar US 1 = Rp 12.715,- [33]. Dapat dilihat bahwa biaya Metode Pengapungan Batang lebih rendah
dibandingkan dengan metode lainnya. Untuk perbandingan biaya metode ini dengan Metode Sedimentation Balance tidak berbeda jauh, namun dalam
pengoperasiannya Metode Pengapungan Batang jauh lebih efektif. Ini disebabkan oleh kerumitan yang lebih tinggi dalam melakukan Metode Sedimentation
Balance . Dalam pengoperasian Metode Sedimentation Balance ini harus
diperhatikan keseimbangan balance pan. Apabila terjadi kesalahan, maka sampel harus diganti dan balance pan harus dibersihkan sehingga prosedur pun harus
diulang. Begitu juga jika ingin dilakukan pengulangan, sehingga hal ini menyebabkan metode sedimentation balance kurang efektif karena penambahan
biaya untuk sampel dan cairannya. Bila dibandingkan dengan metode lain, seperti pada coulter counter,
centrifugal sedimentation , dan microscope, Metode Pengapungan Batang jauh
lebih murah dengan hasil yang sebanding dengan metode tersebut. Hal ini menjadikan potensi metode ini sangat tinggi untuk diterapkan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan distribusi ukuran partikel semen. Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.1 BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Tepung terigu Cap Segitiga Biru produksi PT Bogasari 2. Etanol
3. Metanol 4. Kerosin
5. Air
3.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Neraca analitik PW 254 dengan ketelitian 0,0001 g 2. Ayakan mesh 100 mesh dan 140 mesh
3. Pengaduk khusus, untuk menghomogenkan suspensi pada awal percobaan 4. Sedimentation Balance sebagai pembanding
5. Video recorder Ilustrasi gambar peralatan dapat dilihat seperti pada gambar 3.1.
3.3 RANCANGAN PENELITIAN
Material sampel yang akan diteliti adalah semen produksi PT Semen Padang yang memiliki densitas 2,5 grcm
3
. Etanol, metanol, kerosin dan air digunakan sebagai fase cairan. Konsentrasi suspensi adalah 10 kgm
3
± 1 wt. [7]. Suhu ruangan dan suhu cairan adalah 298 K suhu kamar. Semua suspensi
diaduk sebelum dilakukan pengukuran. Lama pengukuran adalah 2 jam. Pada penelitian ini, distribusi ukuran partikel diukur berdasarkan hukum Stokes.
Sebagai pembanding dari hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode Sedimentation Balance.
Universitas Sumatera Utara