Berdasarkan uraian kasus tersebut dapat diamati bahwa terdapat beberapa orang
yang bersama-sama dalam surat dakwaan tidak disebutkan namanya. Dalam hal ini tidak dijadikan terdakwa oleh jaksa penuntut umum, dan kalaupun pada kasus
ini dilakukan spiltsing, hendaknya disebutkan oleh Penuntut Umum bahwa nama- nama yang tercantum dinyatakan juga sebagai terdakwa dalam kasus yang sama.
Terlihat jelas dengan banyaknya pengrusakan fasilitas-fasilitas Negara oleh
oknum-oknum masyarakat yang melakukan pengrusakan beberapa fasilitas umum dengan kekerasan hingga mengalami kerugian materil maupun inmateril, bukan
hanya pemerintah saja yang akan mengalami kerugian tetapi tanpa disadari masyarakat juga akan mengalami kerugian dari akibat peristiwa tersebut.
Timbulnya kejahatan seperti pengrusakan kantor fasilitas umum semacam ini biasanya berkaitan dengan rasa ketidak puasan masyarakat atau ketidak adilan
perlakuan didapat dari para penegak hukum yang berujung dengan emosional yang akan juga berdampak pada banyaknya pengrusakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau lembaga masyarakat dengan tujuan atau penyalahgunaan aksi massa untuk kepentingan politik atau kekuasaan yang dilakukan secara tidak
bertanggung jawab. Tindakan pengrusakan terhadap fasilitas umum ini merupakan salah satu bentuk
dari pelanggaran hukum, dimana secara yuridis formil tindakan pengrusakan tersebut sudah diatur dalam Pasal 170 KUHP. Dalam ketentuan pasal tersebut
secara tegas dinyatakan bahwa barang siapa yang dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun enam bulan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul
“Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung Timur Studi Putusan No.
73Pid.B2007PN.Skd ”.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.
Permasalahan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan didalam latar belakang diatas
maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a.
Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung
Timur yang dilakukan secara massal? b.
Bagaimanakah pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung Timur?
2.
Ruang Lingkup
Adapun ruang penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung Timur yang dilakukan secara massal
dan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung Timur dan dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku tindak pidana pengrusakan. Sedangkan dalam lingkup bidang
ilmu adalah bidang hukum pidana khususnya mengenai kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan. Sedangkan dalam lingkup lokasi penelitian
dilakukan di Pengadilan Negeri Lampung Timur.
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas maka, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah : a.
Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pengrusakan.
b. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pengrusakan
Polsek Metro Kibang Lampung Timur. 2.
Kegunanaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum pidana yang
menyangkut pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pengrusakan Polsek Metro Kibang Lampung Timur.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada Praktisi Hukum dan masyarakat mengenai dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pengrusakan.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan
untuk penelitian.
2
Tentang pengrusakan yang dilakukan secara massal berarti terjadi tindak pidana penyertaan, yaitu suatu tindak pidana yang dilakukan lebih
dari 1 orang, oleh karena itu pertanggungjawaban pidananya tergantung dari kedudukan masing-masing pihak atau tergantung dari pelaku lain yang
melakukan secara bersama-sama. Mengenai bentuk-bentuk penyertaan terdapat dalam Pasal 55 KUHP tentang dari penyertaan, walaupun tidak secara tegas
memberikan pengertian tentang penyertaan. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus suatu perkara tidak terlepas dari
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidah-kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh
hakim melalui putusan-putusannya. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang diciptakan dalam suatu Negara, dalam usaha
menjamin keselamatan masyarakat menuju kesejahteraan rakyat, peraturan- peraturan tersebut tidak ada artinya, apabila tidak ada kekuasaan kehakiman
yang bebas yang diwujudkan dalam bentuk peradilan yang bebas dan tidak memihak, sebagai salah satu unsur Negara hukum. Sebagai pelaksana dari
2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2010, hlm. 123