Hasil Analisis Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Analisa bakteri pada badan air yang belum ditambahkan klorin dengan metode angka lempeng total adalah 900 cfuml, sedangkan setelah penambahan klorin hanya 420 cfuml. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penambahan klorin sebagai desinfektan dengan berkurangnya jumlah bakteri. Jika dilihat dari pH, pada air sungai yang belum ditambahkan klorin 7,2 sedangkan pH setelah pemberian pree clorination adalah 6,9 serta kekeruhan sebelum penambahan klorin 106 NTU dan setelah penambahan klorin 32,7 NTU. Sehingga dapat dilihat bahwa klorin juga berpengaruh terhadap pH. Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mgl. residu klor yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi Linsley dan Joseph, 1985.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian angka lempeng total bakteri yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa klorin dapat membunuh bakteri secara efektif, dimana jumlah sesudah pemberian klorin lebih sedikit dibandingkn sebelum penambahan klorin.

5.2 Saran S

ebaiknya air sungai belawan yang telah ditambahkan pree chlorination diolah lebih lanjut seperti penambahan tawas, penyaringan serta penambahan post chlorination agar dapat digunakan masyarakat karena angka lempeng total dan kekeruhan pada air tersebut masih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : Universitas Indonesia- Press. Halaman. 28-34. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman. 1. Kodoatie, R dan Roestan S. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbir Andi. Halaman. 349. Lay, W.B. 1992. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Halaman. 32. Linsley, R.Y dan Joseph, B.F. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh Djoko Sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman. 127-130. Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Halaman. 32, 131 145-146. Permenkes. 2002. Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Halaman. 1-20. Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman. 8-13. Sonnenwirth, A.C. 1980. Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic. Vol 2. London: the CV Mosby Company. Halaman. 1578. Suriawiria, unus 1996. Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit : P.T Alumni. Halaman. 86-87. Suriawiria, Unus.2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung: Penerbit: P.T Alumni. Halaman 3, 13 Volk,w dan Margaret, F.W. 1989. Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman. 266 Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman 159- 166. Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Halaman 75-77