Pencemaran Air TINJAUAN PUSTAKA

terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila bersifat asam Kodoatie dan Robert, 2010. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau standar yang dapat diamati melalui: 1. adanya perubahan suhu air 2. adanya perubahan pH atau konentrasi ion Hidrogen 3. adanya perubahan warna, bau, dan rasa air 4. timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut 5. adanya mikroorganisme 6. meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Wardhana, 1995. Pencemaran yang berasal dari rumah tangga umumnya dalam bentuk pencemar organik, atau yang berasal dari pabrik, industri serta kegiatan lainnya umumnya dalam bentuk pencemar non organik kalau mengenai badan air sungai, danau, dan sebagainya, akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kesehatan air. Sumber air tersebut secara langsung tidak dapat digunakan untuk kepentingan rumah tangga, kalaupun dapat harus melalui pengolahan terlebih dahulu, yang tentu saja ada biaya pengolahan yang mungkin besar, bergantung kepada nilai pencemarannya. Pencemaran lain yang secara tidak langsung membawa akibat terhadap krisis air adalah yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berbentuk senyawa penyebab penipisan lapisan ozon O 3 di udara, atau penyebab efek rumah kaca, secara langsung akibatnya akan terasa oleh penduduk bumi, yaitu peningkatan panas bumi Suriawiria, 2005.

2.3 Mikroorganisme didalam Air

Bakteri umumnya uniseluler sel tunggal, tidak mepunyi khlorofil, berkembang biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner. Bakteri hidup bebas secara kosmopoltan dimana-mana, khususnya di udara, ditanah, di dalam air, pada bahan- bahan makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tumbuhan., ada pula yang hidup besimbiosis dengan jasad-hidup lain, baik hewan ataupun tanaman. Bakteri sifat hidupnya secara umum adalah saprofitik pada sisabuangan hewan ataupun tanaman ynag sudah mati, tetapi banyak juga yang parasitik pada hewan, manusia dan tanaman dengan menyebabkan banyak jenis penyakit. Bakteri termasuk kedalam divisi Schizophyta yang terbagi kedalam beberapa kelas, antara lain Pseudomonadales, Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinomycetales, Spirochetales dan Rickettsiales Suriawiria, 1996. Mikroba yang terdapat di dalam suatu tempat dapat langsung mempengaruhi lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan kimia ataupun lingkungan biologisnya. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroorganisme. Golongan bakteri ada yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga cepat dapat menyesuaikan dengan golongan baru, ada pula golongan mikroorganisme yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan dan proses ataupun pengendalian air Suriawiria, 1996. Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri, yaitu: 1. Temperatur Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisma terletak antara 0 o C dan 90 o C, sehingga untuk masing-masing mikroorganisme dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroorganisma ialah nilai paling rendah di mana kegiatan mikroorganisma masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai baik untuk kehidupan mikroorganisma. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisma, tetapi pada tingkatan fisiologi yang paling minimal. 2. Kelembaban Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah di bawah 80. 3. Tekanan Osmosa Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat menyebabkan plasmolisa. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas. 4. Logam Berat Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisma, karena ion-ion logam berat dapat bereksi dengan gugusan senyawa sel.