Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan

(1)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA

LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

SARINTAN TARIGAN NIM 122410043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam

yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun untuk salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Pengaruh Pree

Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt, selaku dekan fakultas farmasi Universitas Sumatera Utara Medan dan kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Apt., Sc.,Apt, selaku ketua program studi DIII Analis Farmasi Dan Makanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt, Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai, terima kasih kepada Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa dan kepada seluruh Staf dan Pegawai PDAM Tirtanadi Sungal yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL dan bimbingan dalam melaksanakan PKL. Serta kepada Sahabat yang telah memberikan dukungan, semangat, saling bertukar pikiran

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Drs. P. Tarigan dan R.


(4)

Ginting dan kepada adik saya tersayang Ayu Tarigan yang selalu mendukung dan memberikan semangat dengan penuh kasih sayang dan cinta serta moril.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih ada kekurangan dan akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukannya

Medan, April 2015 Penulis

(Sarintan Tarigan) NIM 122410043


(5)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

Abstrak

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.

Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.

Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.

Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti

penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.

Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah

pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis

angka lempeng total bakteri.

Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Pencemaran Air ... 5

2.3. Mikroorganisme Di Dalam Air ... 7

2.4 Persyaratan Air ... 10

2.4.1 Persyaratan Biologis untuk Air ... 11


(7)

2.4.3 Persyaratan Kimia untuk Air ... 11

2.5 Klasifikasi Air ... 11

2.6 Klorin ... 12

2.7 Pengolahan Air ... 14

2.8 Angka Lempeng Total ... 16

BAB III METODE PENGUJIAN ... 17

3.1 Tempat Pengambilan Sampel ... 17

3.2 Sampel, Alat Dan Bahan ... 17

3.2.1 Sampel ... 17

3.2.2 Alat ... 17

3.2.3 Bahan ... 17

3.3 Pembuatan media ... 18

3.3.1 Pembuatan Media PCA ... 18

3.3.2 Pembuatan Media NaCl ... 18

3.4 Prosedur ... 18

3.4.1 Sterilisasi Alat ... 18

3.4.2 Pengenceran ... 19

3.4.3 Pengujian Sampel ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 21


(8)

5.1 Kesimpulan ... 22 5.2 Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengolahan Air di Perkotaan ... 14 2. Diagram Data Hasil Analisa ... 20


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sampel ... 24 2. Diagram Alir ... 25

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Menkes/ per/ IV/ 2010

tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum .... 29

4. Gambar Alat ... 33 5. Gambar Tahap Pengujian ... 35


(12)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

Abstrak

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.

Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.

Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.

Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti

penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.

Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah

pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis

angka lempeng total bakteri.

Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini, tidak akan ada kehidupan seandainnya dibumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dn lain sebagainnya (Wardhana, 1995).

Rumus kimia air dilingkungan laboratorium adalah H2O, tetapi pada kenyatannya

dialam rumus tersebut menjadi H2O + X berbentuk karakteristika biologik (bersifat

hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologik (bersifat mati). Air, baik yang kita anggap jernih sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, didalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan (Suriawiria, 1996).

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut. Nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan berdasarkan syarat fisik, persyaratan kimia dan persyaratan biologis dari WHO,

APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen

Kesehatan RI (Suriawiria, 2005).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup, sehingga sumber daya air harus dilindungi agar


(14)

tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Air dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).

Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak menganding mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2002).

Jumlah air bersih yang tersedia sangat terbatas, karena berbagai kegiatan manusia dapat menimbulkan pencemaran air. Parameter persyaran air, salah satunya adalah parameter biologi. Parameter ini ditentukan oleh mikroorganisme yang patogen maupun yang nonpatogen. Air yang kotor dapat diolah secara kimia untuk memenuhi persyaratan biologis tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis

berminat untuk menuliskan tentang “Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka

Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan” untuk melihat daya bunuh

mikroba oleh klorin sebagai desinfektan pada pengolahan air, namun untuk layak digunakan air tersebut masih harus diolah lagi, seperti penambahan tawas,


(15)

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari penentuan angka lempeng total (ALT) bakteri pada air bahan baku setelah pemberian klorin adalah untuk melihat pengaruh klorin dalam mematikan bakteri.

1.2.2 Manfaat

Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui pengaruh pemberian klorin terhadap mikroba sehimgga klorin dapat digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan air minum serta dapat menambah pengetahuan penulis dalam melakukan pemeriksaan angka lempeng total bakteri.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Rumus kimia dari air adalah merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan

satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Air yang berada

dialam ditemukan dengan wujud padat, cair, dan gas. Pada tekanan atmosfer (76 cm-Hg) dan didinginkan sampai 0 . Dalam keadaan normal (murni), air bersifat netral dan dapat melarutkan berbagai zat. Air akan pecah menjadi unsur H dan O pada suhu 2500 (Manik, 2009).

Air di dalamnya biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam bentuk ion, bergantung pada kompartemen tempat logan tersebut berada. Tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi, bergantung pada lokasi, jenis kompartemen dan tingkat pencemarannya. konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup didalamnya telah banyak dilaporkan, biasannya tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu polusi berat, polusi sedang dan nonpolusi. Perairan dengan tingkat polusi berat biasannya memiliki kandungan logam berat dalam air, dan organisme yang hidup didalamnya cukup tinggi. Polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup didalamnya berada dalam batas marjinal, sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi (Darmono, 2001).


(17)

2.2 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuknya bahan yang tidak diinginkan kedalam air (oleh kegiatan mausia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas air tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran air tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hudup, tetapi juga mengakibatkan ganguan estetika, seperti air yang mengandung minyak atau bahan lain yang mengapung. Bahan pencemar yang masuk ke suatu perairan biasanya merupakan limbah suatu aktivitas (Manik, 2009).

Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar air dibedakan sebagai:

1. Limbah domestik ( limbah rumah tangga, perkantoran, pertokoan, pasar, dan

pusat perdagangan)

2. Limbah industri, pertambangan, dan transportasi

3. Limbah laboratorium dan rumah sakit

4. Limbah pertanian dan peternakan

5. Limbah pariwisata (Manik, 2009).

Kekeruhan dan warna dapat terjadi karen adanya zat-zat koloid berupa zat-zat yang terapung serta terurai secara halus, kehadiran zat organik, lumpur atau karena tingginya kandungan logam besi dan mangan. Amonia dalam air dapat berasal dari adanya rembesan dari lingkungan yang kotor, dari salurn air pembuangan domestik. Amonia terbentuk karena adanya pembusukan zat organik secara bakterial atau karena adanya pencemaran pertanian. Senyawa besi dan mangan sangat umum


(18)

terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila bersifat asam (Kodoatie dan Robert, 2010).

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau standar yang dapat diamati melalui:

1. adanya perubahan suhu air

2. adanya perubahan pH atau konentrasi ion Hidrogen 3. adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4. timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut 5. adanya mikroorganisme

6. meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 1995).

Pencemaran yang berasal dari rumah tangga (umumnya dalam bentuk pencemar organik), atau yang berasal dari pabrik, industri serta kegiatan lainnya (umumnya dalam bentuk pencemar non organik) kalau mengenai badan air (sungai, danau, dan sebagainya), akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kesehatan air. Sumber air tersebut secara langsung tidak dapat digunakan untuk kepentingan rumah tangga, kalaupun dapat harus melalui pengolahan terlebih dahulu, yang tentu saja ada biaya pengolahan yang mungkin besar, bergantung kepada nilai pencemarannya. Pencemaran lain yang secara tidak langsung membawa akibat terhadap krisis air adalah yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berbentuk senyawa penyebab

penipisan lapisan ozon (O3) di udara, atau penyebab efek rumah kaca, secara

langsung akibatnya akan terasa oleh penduduk bumi, yaitu peningkatan panas bumi (Suriawiria, 2005).


(19)

2.3 Mikroorganisme didalam Air

Bakteri umumnya uniseluler/ sel tunggal, tidak mepunyi khlorofil, berkembang biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner. Bakteri hidup bebas secara kosmopoltan dimana-mana, khususnya di udara, ditanah, di dalam air, pada bahan-bahan makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tumbuhan., ada pula yang hidup besimbiosis dengan jasad-hidup lain, baik hewan ataupun tanaman. Bakteri sifat hidupnya secara umum adalah saprofitik pada sisa/buangan hewan ataupun tanaman ynag sudah mati, tetapi banyak juga yang parasitik pada hewan, manusia dan tanaman

dengan menyebabkan banyak jenis penyakit. Bakteri termasuk kedalam divisi

Schizophyta yang terbagi kedalam beberapa kelas, antara lain Pseudomonadales, Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinomycetales, Spirochetales dan Rickettsiales (Suriawiria, 1996).

Mikroba yang terdapat di dalam suatu tempat dapat langsung mempengaruhi lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan kimia ataupun lingkungan biologisnya. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroorganisme. Golongan bakteri ada yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga cepat dapat menyesuaikan dengan golongan baru, ada pula golongan mikroorganisme yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan dan proses ataupun pengendalian air (Suriawiria, 1996).


(20)

Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri, yaitu: 1. Temperatur

Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisma terletak

antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing-masing mikroorganisme dikenal nilai

temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroorganisma ialah nilai paling rendah di mana kegiatan mikroorganisma masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai/ baik untuk kehidupan mikroorganisma. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisma, tetapi pada tingkatan fisiologi yang paling minimal.

2. Kelembaban

Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah di bawah 80%. 3. Tekanan Osmosa

Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat menyebabkan plasmolisa. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas. 4. Logam Berat

Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisma, karena ion-ion logam berat dapat bereksi dengan gugusan senyawa sel.


(21)

5. Radiasi

Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen fotosintesa. Cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup.

6. Tegangan Muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaanya akan menyerupai membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. 7. Tekanan Hidrostatik dan Mekanik

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberap reaksi kimia, pengecilan volume koloid organik anzim, molekul dan juga menaikkan viskositas cairan serta disosiasi elektrolit.

Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri: 1. Bebas Hama

Hewan percobaan yang bebas mikroorganisma disebut mengalami kehidupan aksenik atau tanpa benda-benda asing

2. Asosiasi

Simbiosa adalah asosiasi di antara dua atau lebih jasad, di mana sedikitnya satu jenis mendapat keuntungn, sedang jenis lainnya mengalai kerugian, atau mungkin keuntungan (Suriawiria, 1996).


(22)

2.4 Persyaratan Air

2.4.1 Persyaratan Biologis untuk Air

Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen, maupun juga yang nonpatogen. Mikroorganisme nonpathogen secara relatif tidak berbahaya bagi kepentingan kesehatan, namun karena golongan ini sering dalam jumlah berlebihan dapat mempengaruhi rasa , bau dan lain-lain, timbal balik justru dapat berakibat

menyulitkan pengelolaan air (water treatment) (Ryadi, 1984).

Mikroorganisme koliform yang ada di dalam air sekalipun tidak patogen, pada saat ini masih tetap digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air telah terkontaminasi oleh bahan-bahan buangan organik, khususnya bahan-bahan fekal. Dasar penggunan indikator koliform ini adalah bahwa secara karakteristik bakteri ini adalah merupakan penghuni tetap feses dan sebaliknya feses manusia merupakan media penyebaran dari beberapa jenis bakteri patogen, khususnya bila feses ini berasal dari orang-orang yang disebut karier (Ryadi, 1984).

Persyaratan higenis kadar e-coli yang diperbolehkan tergantung pada media

cairan. Jenis koliform ini pada umunya bersifat aerob, dan hanya sedikit secara fakultatif anaerob, merupakan gram negatif, serta tidak membentuk spora, berbentuk

rod shape (lonjong), dan mengadakan fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam

pada temperatur 35oC.

2.4.2 Persyaratan Fisis untuk Air

Ditentukan oleh faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau (odor) maupun rasa.


(23)

subyektif, dengan jalan air diencerkan secara berturut-turut sampai pengeenceran berapakah ia masih tetap bau pada larutan yang paling encer. Jumlah pengenceran itu

akan merupakan angka bau (odor number) dari air yang diperiksa (Ryadi, 1984).

2.4.3 Persyratan Kimia untuk Air

Bahan-bahan kimia pada umumnya mudah larut dalam air, maka tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia yang terlarut khususnya timbal balik perlu dinilai kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut itu mulai dapat dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun mengganggu bila digunakan

untuk suatu keperluan (misalnya untuk air industri/ water processing) (Ryadi, 1984).

Flor sebagai contoh adalah unsur yang penting, hadirnya didalam air minum masih harus memenuhi persyaratan kadar maksimal yang diperbolehkan dan kadar minimal yang di perlukan. Hasil pengamatan dalam epidemilogi suatu penyakit gigi di Amerika yang menggunakan kadar alamiah flour antara 3-8 mg/liter ternyata telah menimbulkan kelainan gigi berupa kerusakan email, dan kelainan-kelainan warna (Ryadi, 1984).

2.5 Klasifikasi Air

Dalam upaya pengendalian pencemaran air, maka mutu air diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(24)

b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

c) Kelas tiga,yaitu air yang peruntukannya dapt digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (Manik, 2009).

2.6Klorin

Desinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang penyebarannya melalui air, seperti bakteri penyebab typhus, kolera, disentri, dan lain-lain. Metode tersebut merupakan salah satu cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada tiga cara, yakni:

- Cara Kimia, dengan penambahan bahan kimia

- Cara Fisika, dengan pemanasan dengan air, sinar ultraviolet

- Cara Mekanis, dengan pengendapan ( bakteri berkurang 25-75 %), saringan


(25)

Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif pada kondisi pH yang asam. Klorin cair didapat dalam suatu klorimator. Klorimator kecil memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar biasannya melarutkan gas didalam air, kemudian mengisi larutan. Klorimator harus

dipelihara pada suhu paling sedikit 70 oF (21 oC) untuk mencegah kondisasi gas

klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian klorin dapat diperoleh (Linsley dan Joseph, 1996).

Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan tumbuhnya ganggang, sedangkan klorinasi akhir adalah pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan metode yang umum yang sering digunakan. Klorin yang dipakai sedemikian rupa sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu, superklorinasi harus diikuti dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau dengan melewatkan air yang bersagkutan melalaui suatu filter butiran karbon yang diaktifkan (Linsley dan Joseph, 1996).

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna pada pengolahan air bersih dan untuk mengoksidasi Fe (II) dan Mn (II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe (III) dan Mn (III) (Waluyo, 2009).


(26)

Klor memiliki beberapa kualitas yang mendukung penggunaannya dalam persediaan air, keunggulannya adalah bahwa klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klor juga cukup stabil (tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

2.7Pengolahan Air

Air Yang Belum Diolah

Gambar 2.1. Pengolahan air di perkotaan (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air akan tetapi pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbarui, tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar, akibatnya proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi.

Tangki pencampuran Tangki flokulasi dan sedimentasi Klorinasi Air murni bersih Alas penyaringan


(27)

Oksigen terlarut juga dapat menurun akibat dari proses tersebut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara (Darmono, 2001).

Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal, setelah pH mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Fungsi dari pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk mengendalikan korosif perpipaan dalam sistem distribusi. Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5 (Waluyo, 2009).

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam cairan atau zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya berat) secara alami. Sedimentasi berguna untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat berfungsi untuk mereduksi kandungan organisme (patogen) tertentu dalam air (Waluyo, 2009).

Koagulasi atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat dengan menambahkan bahan koagulan. Partikel-partikel tersebut kemudian dihilangkan melalui proses sedimentasi dan filtrasi. Koagulasi berguna untuk memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang tidak dapat mengendap secara gravitasi dan sangat lembut (seperti koloidal) di dalam air menjadi partikel-partikel yang dapat mengendap (Waluyo, 2009).


(28)

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi (yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk butiran yang dinamakan media filter. Proses ini dinamakan perkolasi (Waluyo, 2009).

Sumber daya air yang dikelola terdiri dari upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat bumi (Kodoatie dan Robert, 2010).

8. Angka Lempeng Total

Angka lempeng total, yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis, tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum seperti bakteri, fungi, mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Angka lempeng total bakteri ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan pengenceran tertentu kedalam media yang umum untuk bakteri. Setelah melakukan masa inkubasi pada temperatur kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam, perhitungan koloni dilakukan, diamati bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel, maka jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis (Suriawiria, 1996).


(29)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Tempat dilaksanakannya pengujian Angka Lempeng Total dari air sungai belawan ialah di laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada tanggal 20 Februari 2015 dan pengamatannya dilakukan pada tanggal 21 Februari 2015.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan merupakan air badan air sungai belawan.

3.2.2 Alat

Alat – alat yang digunakan seperti cawan petridish, tabung reaksi, pipet

inokulum, rak tabung reaksi, beaker gelas, erlenmeyer, gelas ukur, kapas, oven,

autoklaf, inkubator.

3.2.3 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut: NaCl sebagai media pengencer, PCA sebagai media penguji.


(30)

3.3 Pembuatan media

3.3.1 Pembuatan media NaCl

Komposisi: Natrium Klorida 0,9 g

Air suling ad 100 ml

Cara pembuatan:

Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna,

disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).

3.3.1 Pembuatan media PCA

Komposisi: PCA 2,35 g

Aquadest 100 ml

Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, lalu di homogenkan. Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium

foil. Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

3.4 Prosedur

3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum di pakai. Alat-alat

gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170oC selama 1 jam. Media disterilkan di


(31)

3.4.2 Pengenceran

Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan dengan

pengenceran 10-1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10-1

menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan

media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0C diamkan sampai

dingin. Dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10-1

lalu homogenkan sebelum dilakukan pengujian.

3.4.3 Pengujian sampel

Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran

menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10-1

ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24. Jika memungkinkan inkubasi

dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob. Catat

pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

Dari hasil pengujian yang dilakukan menggunakan sampel air sungai belawan didapat angka lempeng total.

Tabel 1. Data Hasil Analisia

SAMPEL pH Turbidity

(Kekeruhan) Sisa Klor

HASIL ALT bakteri

Tanpa penambahan zat kimia 7,1 106 NTU 0 mg/L 90

Penambahan pree chlotination 6,8 32,7 NTU 0,10 mg/L 42


(33)

4.2 Pembahasan

Analisa bakteri pada badan air yang belum ditambahkan klorin dengan metode angka lempeng total adalah 900 cfu/ml, sedangkan setelah penambahan klorin hanya 420 cfu/ml. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penambahan klorin sebagai desinfektan dengan berkurangnya jumlah bakteri. Jika dilihat dari pH, pada air sungai

yang belum ditambahkan klorin 7,2 sedangkan pH setelah pemberian pree clorination

adalah 6,9 serta kekeruhan sebelum penambahan klorin 106 NTU dan setelah penambahan klorin 32,7 NTU. Sehingga dapat dilihat bahwa klorin juga berpengaruh terhadap pH.

Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mg/l. residu klor yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi (Linsley dan Joseph, 1985).


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian angka lempeng total bakteri yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa klorin dapat membunuh bakteri secara efektif, dimana jumlah sesudah pemberian klorin lebih sedikit dibandingkn sebelum penambahan klorin.

5.2 Saran

Sebaiknya air sungai belawan yang telah ditambahkan pree chlorination diolah

lebih lanjut seperti penambahan tawas, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar dapat digunakan masyarakat karena angka lempeng total dan


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, (2001). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : Universitas

Indonesia- Press. Halaman. 28-34.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman. 1.

Kodoatie, R dan Roestan S. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbir Andi. Halaman. 349.

Lay, W.B. (1992). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada. Halaman. 32.

Linsley, R.Y dan Joseph, B.F. (1996). Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh

Djoko Sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman. 127-130.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.

Halaman. 32, 131 145-146.

Permenkes. (2002). Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Halaman.

1-20.

Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman. 8-13.

Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic.

Vol 2. London: the CV Mosby Company. Halaman. 1578.

Suriawiria, unus (1996). Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit : P.T Alumni.

Halaman. 86-87.

Suriawiria, Unus.(2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.

Bandung: Penerbit: P.T Alumni. Halaman 3, 13

Volk,w dan Margaret, F.W. (1989). Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta:

Penerbit Erlangga. Halaman. 266

Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman

159-166.

Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI.


(36)

Lampiran I. Gambar Sampel


(37)

Lampiran II. Diagram Alir

I. Pembuatan Media

a. Pembuatan Media NaCl 9%

 Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml

 Dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi

sedikit hingga larut

 Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit.

b. Pembuatan Media PCA

Ditimbang sebanyak 2,35 g

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml

Dilarutkan dengan 100 ml air suling sampai homogen Dipanaskan sambil diaduk sampai terlarut sempurna, ditunggu hingga mendidih

Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

0,9 g NaCl

NaCl 9%

Serbuk PCA


(38)

II. Prosedur Sterilisasi

a. Sterilisasi Alat

dibungkus dengan perkamen

dimasukkan kedalam oven pada suhu

170oc selama 1 jam

b. Sterilisasi Media

dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu

121oc selama 15 menit

Alat – alat gelas

Hasil

Media


(39)

c. Pengenceran

Disterilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan Diberi label 10-1, 10-3, dan 10-5 pada tabung reaksi

Diisi 9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-1 dan diisi

9,9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-3 dan 10-5

Ditutup menggunakan pendopol

Disterilkan media tersebut didalam autoklaf pada

suhu 121oC selama 15 menit, didinginkan

Dipipet 1 ml sampel air sungai Belawan dan

dimasukkan kedalam pengenceran 10-1 ,

dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 lalu masukkan

kedalam pengenceran 10-3, dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-3 lalu masukkan

kedalam pengenceran 10-5, dihomogenkan.

Pengenceran 10-5


(40)

III. Pengujian Sampel

← Dilakukan persiapan dan homogenisasi

← Dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan

pengencer NaCl

← Dipipet 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan

petri steril

← Dituangkan 15 ml media PCA yang masih cair

dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri

← Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan

goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat

← Dibiarkan sampai campuran dalam cawan petri

memadat

← Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi

terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24 jam. Inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya

dengan CO2 dalam suatu jar anaerob

← Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri

yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam

Larutan NaCl


(41)

Lampiran III. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010

Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per100

ml sampel

0

2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 ml sampel

0

b. Kimia an – organic

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5

3 ) Total Kromium mg / l 0,05

4 ) Kadmium mg / l 0,003

5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3

6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07

8 ) Selenium mg / l 0,1

2 Parameter yang tidak langsung

berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut (TDS)

mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1 ) Aluminium mg / l 0,2

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500


(42)

5 ) Mangan mg / l 0,4

6 ) Ph 6,5 – 8,5

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250

9 ) Tembaga mg / l 2

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan 1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004

Dichloromethane mg / l 0,02

1,2-Dichloroethane mg / l 0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05

Trichloroethene mg / l 0,02

Tetrachloroethene mg / l 0,04

Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01

Toluene mg / 0,7

Xylenes mg / l 0,5


(43)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Styrene mg / l 0,02

Chlorinated benzenes

Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2

Dan lain- lain

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001

2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009


(44)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1

Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05

Trichloroacetic acid mg / l 0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(45)

Lampiran IV. Gambar Alat

Autoklaf Oven


(46)

LAF Cawan petri


(47)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Penambahan media Media NaCl


(48)

Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal


(1)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Styrene mg / l 0,02

Chlorinated benzenes

Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

mg / l 0,6 Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2 Dan lain- lain

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009


(2)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05 Trichloroacetic acid mg / l 0,02 Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02 Dibromoacetonitrile mg / l 0,07 Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(3)

Lampiran IV. Gambar Alat

Autoklaf Oven


(4)

LAF Cawan petri


(5)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Penambahan media Media NaCl

Hasil Pengenceran Hasil analisa


(6)

Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal