pegawai perusahaan yang merupakan tanggungan perusahaan. Dalam pemberian obat tidak ada perbedaan jenis obat antara karyawan dan staff. Selain itu dari hasil
pengamatan juga ditemui bahwa pemesanan obat-obatan tidak hanya dilakukan setiap dua minggu sekali, sering terlihat IFRS Tembakau Deli melakukan pemesanan obat-
obatan setiap harinya. Ini dilakukan untuk memenuhi obat-obatan yang stoknya telah habis ataupun yang tidak tersedia di instalasi farmasi.
4.4. Pemilihan jenis obat di IFRS Tembakau Deli
Hasil penelitian yang diperoleh dalam hal pemilihan jenis obat di RSU Tembakau Deli yang dikategorikan komponen proses perencanaan obat yaitu:
1. Pemilihan jenis obat dilakukan oleh panitia farmasi terapi di rumah sakit
tersebut dan juga atas kebijakan kepala instalasi farmasi sendiri. 2.
Obat yang dipilih telah melalui proses seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan risiko efek samping yang
akan ditimbulkan. 3.
Semua obat yang dipilih tersebut tercantum dalam sistem formularium obat yang dijadikan dasar bagi para dokter dalam penulisan resepnya.
4. Apabila ada obat baru yang diusulkan untuk dicantumkan dalam sistem
formularium, harus melalui seleksi terlebih dahulu. 5.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan jenis obat di rumah sakit ini yaitu berdasarkan harga obat, efek obat, pola penggunaan obat, pola penyakit dan mudah
dalam pengadaanya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilihan jenis obat di rumah sakit ini terdiri atas 30 obat generik, 60 obat menengah dan 10 obat paten.
Kriteria ini dilakukan sebagai antisipasi, ketika ada kasus baru, obat yang diberikan terlebih dahulu adalah jenis generik. Obat menengah adalah obat rutin yang diberikan
dan obat paten digunakan jika obat yang dibutuhkan tidak dapat digantikan dengan obat lain untuk kasus tertentu.
4.5. Perhitungan jumlah obat di IFRS Tembakau Deli
Hasil penelitian untuk perhitungan jumlah obat di IFRS ini yang dikategorikan dalam komponen proses perencanaan obat, diperoleh informasi melalui
wawancara bahwa untuk menentukan perkiraan jumlah obat yang akan digunakan di RSU Tembakau Deli dilaksanakan oleh kepala instalasi farmasi dan asisten apoteker
koordinator. Rumah sakit ini menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi untuk melakukan perhitungan jumlah obat. Adapun Data yang
dikumpulkan sebagai dasar untuk perhitungan jumlah obat yang akan dipesan adalah daftar obat-obatan yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok,
dan terutama adalah jumlah pemakaian obat tahun sebelumnya serta pola kunjungan penyakit tahun sebelumnya. Standar pengobatan tidak dijadikan sebagai dasar dalam
perhitungan jumlah obat di IFRS ini, meskipun data penyakit terbesar di rumah sakit ini tersedia. Adapun data penyakit terbanyak pasien rawat jalan dan rawat inap tahun
2007 dan 2008 di RSU Tembakau Deli Medan dapat dilihat pada lampiran 5 dan lampiran 6. Pada lampiran 5 tersebut terlihat bahwa hipertensi merupakan penyakit
yang terbanyak dengan persentase kenaikan dari 2007 ke 2008 sebanyak 5,83,
Universitas Sumatera Utara
mialgia mengalami peningkatan yang paling besar sebanyak 35,64, Nyeri tulang belakang mengalami penurunan yang paling besar sebanyak 22,49 dan terdapat
empat penyakit yang pada tahun 2007 merupakan dua puluh penyakit terbesar tetapi tidak termasuk dua puluh penyakit terbesar pada tahun 2008. Pada lampiran 6 dapat
dilihat penyakit terbanyak adalah febris, dimana pada tahun 2008 mengalami penurunan sebanyak 13,02 dibandingkan tahun 2007. Penyakit yang mengalami
peningkatan terbesar yaitu hipertensi dengan persentase 24,00, Paru obstruktif kronis merupakan penyakit yang mengalami penurunan yang paling besar sebanyak
48,48 dan terdapat empat penyakit yang pada tahun 2007 merupakan dua puluh penyakit terbesar tetapi tidak termasuk dua puluh penyakit terbesar pada tahun 2008.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa IFRS Tembakau Deli memesan obat dengan melihat resep dua minggu sebelumnya dan memesan untuk stok dua minggu
ke depan berdasarkan data-data yang telah disebutkan di atas. Dalam mengatasi keadaan dimana obat habis sebelum waktunya atau bila terjadi penyakit mewabah
yang menyebabkan kebutuhan obat meningkat, rumah sakit memiliki prosedur untuk memesan pada apotek rekanan atau jika dibutuhkan dalam jumlah besar dipesan ke
PBFPerusahaan Besar Farmasi.
4.6. Efisiensi penggunaan dana di IFRS Tembakau Deli