4.4.1. udaya Etnis Sumba Timur
Dalam masyarakat Sumba Timur, perkawinan menganut adat eksogami asimetris satu arah. Ego mengambil istri dari anak saudara laki-laki ibunya
mother’s brother’s daughter marriage dan tidak sebaliknya. Dalam ungkapan Sumba disebut iti ana tuya ambil anak paman. Selain adat endogami yaitu
endogami dedi keturunan dan identik dengan endogami kasta. Seseorang dari golongan maramba tidak dibenarkan oleh adat untuk kawin dengan seseorang
yang berasal dari golongan ata
. Prinsip kewargaan seseorang dalam masyarakat Sumba ditentukan melalui garis keturunan ayahnya patrinial.
Proses belajar dan penyesuaian alam pikiran serta sikap terhadap adat- istiadat, sistem norma serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan
Sumba masih berlangsung secara terus menerus dilaksanakan oleh seorang individu dalam masyarakat Sumba Timur. Proses belajar dan penyesuaian alam
pikiran serta sikap itu, diawali dalam lingkungan keluarganya dengan cara meniru tingkah-laku dan kebiasaan-kebiasaan orang tua atau saudara-saudaranya.
Selanjutnya proses tersebut masih akan berlangsung terus pada lingkungan yang lebih luas melalui pergaulan dalam masyarakat.
Seiring berjalannya waktu dengan masuknya bangsa-bangsa asing sebagai penjajah di Indonesia, khususnya di kepulauan Nusa Tenggara pada awal abad ke-
16, yang ditandai sebagai titik awal proses akulturasi base line of acculturation yang berjalan lambat selama kurang lebih tiga abad dan melaju dengan cepat sejak
akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, masuklah pula misionaris-misionaris risten untuk menyebarkan agama risten, penyuluhan kesehatan, pendidikan
formal di sekolah, serta unsur-unsur kebudayaan Eropa.
Menurut apita 1976:16-28, orang Sumba masih mengingat asal usul leluhurnya dan oleh karena itu mereka masih mengadakan hubungan dengan
beberapa suku-bangsa seperti Jawa, Sumbawa, Bugis, Makassar, Selayar, Buton, Bajau, Sabu, Flores dan lain-lain. ecuali itu, pada abad 16, suku bangsa Sumba
telah bergaul dengan bangsa-bangsa asing seperti Portugis, Spanyol, Cina, Arab,
Perancis, dan Inggris. Hubungan itu terjalin karena adanya perdagangan diantara mereka. Bangsa-bangsa asing itu sangat tertarik dengan kayu cendana yang harum,
kayu kemuning yang indah, dan hewan-hewan terutama kuda Sumba yang gagah dan terkenal dengan sebutan kuda sandlewood. ayu-kayu dan hewan, mereka
tukarkan dengan kain-kain, barang pecah belah yang dibuat dari porselin, bermacam-macam muti terutama muti salak ana hi’da, parang dan pisau dan lain
sebagainya. Dari orang inggris mereka mendapat uang emas dalam bentuk ound dan dukaton yang lafal Sumba dikenal dengan matimbi dan likatongu atau nduaka.
4.4.2. Sejarah Masuknya Etnis Sumba di ali