A IV GAMARAN UMUM KOTA DENPASAR DAN PERKAWINAN CAMPURAN
4.1. Sejarah Kota Denpasar
ota Denpasar Ibukota Daerah Tingkat I Provinsi Bali adalah salah satu kota besar di Indonesia. Sebagai pusat pariwisata yang terletak dekat pelabuhan atau
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai ota Denpasar mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari dua segi yaitu non-fisik dan dari fisik.
Dari segi non fisik tampak jelas betapa pesat terjadinya pertumbuhan proses urbanisasi. Proses urbanisasi dan perubahan struktur sosial kota adalah perhatian
utama dari mereka yang tertarik pada studi sosiologi perkotaan. Sedangkan dari segi fisik tampak betapa pesatnya pembangunan gedung-gedung, baik itu gedung
perkantoran, sekolah, kampus, universitas, pertokoan, pasar, terminal, perumahan penduduk maupun jalan raya tumbuh dengan cepat. Semua penunjang bagi semakin
ramainya kota serta semakin banyaknya sarana angkutan.
Dilihat dari segi kehidupan kotanya, ota Denpasar memiliki tiga kegiatan utama yaitu 1 sebagai pusat pemerintahan 2 sebagai pusat pariwisata dan
perekonomian dan 3 sebagai kota kesenian. Dengan melihat Denpasar sebagai pusat pemerintahan maka kita akan terbawa pada asal mula kota ini, yaitu pada masa
kerajaan-kerajaan di Bali. Nama Denpasar berasal dari masa kerajaan-kerajaan di Bali. Nama Denpasar berasal dari kata den dan asar yang berarti sebelah utara
pasar den=utara, pasar=asar, mengingatkan kita pada suatu pola letak istana uri yaitu bahwa letak sebuah puri selalu berada disebelah utara pasar. Jadi rupanya nama
Denpasar ini diambil berdasarkan letak puri yang selalu berada disebelah utara pasar. Pada masa kerajaan, puri merupakan pusat pemerintahan, bahkan tidak jarang juga
sebagai pusat kebudayaan.
Di masa kolonial perkembangan ota Denpasar dipengaruhi oleh unsur-unsur “barat”, seperti pengaturan gedung-gedung adminitrasi pemerintahan dan mulai
munculnya bangunan sekolah-sekolah. Dengan demikian maka nilai tradisional mulai mengalami perubahan. Pasar yang dulunya ada di depan istana kemudian dipindahkan
ke tempat yang baru, sedangkan lokasi pasar itu dijadikan lapangan, yang dulu dikenal sebagai alun-alun. Ini salah satu ciri dari pola kota kolonial dimana gedung-
gedung pemerintahan dan rumah pejabat pemerintah ada disekitar alun-alun tersebut. Beberapa bangunan dengan corak dan bentuk mengikuti model “barat” ini tentu
berkembang sampai masa pembangunan dewasa ini.
edudukan ota Denpasar sebagai ibu-kota Daerah Tingkat I Provinsi Bali tidak dapat dilepaskan dari beberapa unsur yang menunjang terutama masyarakatnya
yang sebagian besar memeluk agama Hindu. Oleh karena itu disamping mempunyai kedudukan sebagai ibu kota, kota Denpasar lebih banyak berperan pula sebagai pusat
segala aktivitas baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang kebudayaan. Dari segi kebudayaan ini rupanya akan lebih menonjol pada masa-masa sekarang ini
terutama pada masa pembangunan yaitu sejak Pelita I sampai akhir Pelita II. Hal ini sudah tentu kita tidak dapat melepaskan pandangan terhadap kedudukan Pulau Bali
dimata dunia internasional yang sejak zaman penjajahan Belanda sudah dikenal dengan kebudayaannya termasuk berbagai macam dan bentuk kesenian, upacara
keagamaan serta adat-istiadatnya yang menarik bagi para wisatawan asing dan wisatawan dalam negeri. Demikian pesatnya arus wisatawan ke Bali, ini berarti
semua kegiatan berpusat di ota Denpasar. Dampak ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan perluasan kota, munculnya hotel-hotel bertaraf Internasional
maupun nasional, rumah makan, toko-toko, tempat-tempat rekreasi ataupun taman hiburan sehingga pembangunan dalam bidang pariwisata berkembang dengan pesat.
Salah satu yang menonjol mengenai kekhasan ota Denpasar adalah sebagai pusat kebudayaan. Hal ini tercermin dalam kegiatan pendidikan yaitu munculnya
sekolah-sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Banyaknya sekolah ini menyebabkan penduduk ota Denpasar semakin padat, keramaian kota
semakin meningkat dan secara tidak langsung berpengaruh juga pada masalah inovasi terutama menyadarkan masyarakat ota Denpasar pada tingkat pengetahuan. Akibat
dari dampak ini muncul stratifikasi sosial dalam masyarakat kota yang terdiri atas
golongan elite dan non-elite atau dapat dilihat dari golongan bawah sampai golongan atas.
ota Denpasar dalam hubungannya dengan penelitian ini, bukanlah merupakan pusat pemerintahan atau kota administratif, melainkan sebagai tempat pertemuan dan
interaksi masyarakat dari berbagai latar belakang serta jenis pekerjaan di dalamnya, yang membentuk suatu masyarakat multikultural dan dinamis.
4.2. Geografi Kota Denpasar