44
antagonis karena selama di lapangan tidak menemukan lakon yang menampilkan Semar sebagai tokoh antagonis. Terkait dengan hal tersebut,
meskipun masing-masing tokoh Punakawan memiliki watak yang berbeda- beda namun pada dasarnya mereka mempunyai sifat yang baik.
1.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Dalam hal ini masing-masing tokoh Punakawan dapat dikategorikan dalam jenis tokoh sederhana karena mereka memiliki satu kualitas pribadi
tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Kusbini dalam wawancara 16 Mei 2009 menyatakan bahwa tokoh Semar dapat dikategorikan sebagai tokoh
bulat misalnya dalam lakon Semar Mbangun Kayangan. Dalam lakon tersebut, peran awal Semar hanya sebagai abdi namun ada kalanya seorang
Semar berperan penting di sebuah Kayangan. Terkait dengan hal tersebut, peran Semar dalam kehidupan sehari-hari dapat dimaknai bahwa orang
kecilpun berperan penting dalam membangun negara.
1.4 Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Dalam lakon-lakon tertentu Semar juga termasuk tokoh statis, karena tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat
adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi, kadang keberadaan mereka hanya sebagai penghibur untuk meramaikan pertunjukan. Namun dalam lakon-lakon
tertentu juga, tokoh Semar dapat dikategorikan sebagai tokoh berkembang, tinggal menyesuaikan lakon yang sedang dimainkan. Terkait dengan hal
45
tersebut tokoh Punakawan tidak berpacu pada sebuah pakem, sehingga dapat berperan sekreatif mungkin.
1.5 Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Tokoh Semar dapat masuk dalam kategori jenis ini karena merupakan penggambaran, pencerminan, atau perantara dalam menghubungkan cerita
lakon dengan kondisi atau situasi masyarakat yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak dapat ditemukan dalam kehidupan nyata karena
mereka memang tokoh imajiner yang hanya ditampilkan tergantung sanggitan atau garap pentas tertentu. Tokoh Punakawan hanya ada dalam versi wayang
Jawa. Seperti penjelasan di atas, pada kenyataannya kehadiran tokoh Punakawan tidak berpotensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu
yang berada di luar dirinya, karena mereka bukan berasal dari dunia nyata. Widayat dalam wawancara 16 Mei 2009 menyatakan bahwa secara fisik
tokoh Punakawan tidak dapat ditemukan dalam kehidupan nyata tetapi karakter-karakter yang terkandung di dalamnya menggambarkan sifat-sifat
yang ada dalam diri manusia. Terkait dengan hal tersebut, karakter tokoh Punakawan yang dimunculkan pada Wayang Orang Ngesti Pandhawa
Semarang sama halnya seperti yang ada dalam wayang kulit, yaitu merupakan adopsi dari sifat-sifat manusia dalam kehidupaan sehari-hari.
Tokoh Semar dalam perwatakanya menggambarkan sifat berbudi luhur atau baik. Dalam kehidupannya dia digambarkan sebagai pamomong dan
selalu mengabdi pada kesatria yang berbudi. Persepsi pada Wayang Orang
46
Ngesti Pandhawa berbeda dengan pendapatnya Bastomi tentang karakter tangan. Menurut Bastomi karakter tangan kanan selalu diatas dan
menggenggam, yang mempunyai arti baik dan bersifat subyektif. Terkait dengan hal tersebut bahwa tokoh Semar selalu merendah dan tidak
menyombongkan diri seperti layaknya seorang abdi. Sedangkan dalam karakter tokoh Semar yang terdapat pada Wayang Orang Ngesti Pandhawa,
tangan kanan tokoh Semar dibuka, yang mempunyai makna penggambaran dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.
1.6 Gerak