Antawacana Hal-Hal yang Mendukung Karakter dan Fungsi Punakawan

17 kritik-kritik lewat humor yang dilontarkan, mungkin dapat disamakan dengan tokoh Abu Nawas atau Nasrudin dalam kisah-kisah humor sufi http:id.wikipedia.orangwikipunakawan. Tokoh Punakawan memiliki fungsi berbeda-beda dari berbagai versi namun masih tetap berpegang pada nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tuntunan masyarakat dalam kehidupan sekarang ini.

E. Hal-Hal yang Mendukung Karakter dan Fungsi Punakawan

1. Antawacana

Antawacana merupakan jenis bahasa percakapan yang digunakan saat pementasan sesuai dengan karakter, misalnya antewecana Dursasana berbeda dengan antawacana Arjuna, Dursanana berwatak gagah dan mudah marah digambarkan dengan suasa yang keras dan kasar, sedangkan Arjuna ksatria yang sabar, tampan dan pandai digambarkan dengan suara yang halus, lemah, lembut, dan berwibawa, walaupun dalam suasana perang Subiarti 2001: 25. Menurut Hersapandi 1991 : 163-169 , antawacana dalam wayang wong dibagi menjadi dau yaitu yang berbentuk dialog dan ngudarasa. Dialig adalah bentuk percakapan antara dua orang atau lebih sebagai lawan bicara baik secara prosa maupun tembang, sedang ngudarasa adalah suatu bebtuk percakapan tunggal atau monolog yang mungungkapkan isi hati tanpa kehadiran oranng lain sebagai lawan. 18 Berikut ini contoh nada-nada dalam antawacana sesuai dengan perwatakannya yaitu: 1. Putri : a. Luruh : 1. Luruh anteb, nada 2 misalnya Subadra, Sinta, Kunti, dan Erawati. 2. Luruh tanggung, nada 3 misalnya Lesmanawati, Siti Sundari, Surtikanti. 3. Luruh ampang, nada 5, 6 misalnya Pergiwati, peran bocah. b. Lanyap 1. Lanyap anteb, nada 2, 6, 1 misalnya Bathari Durga, Sarpakenaka, Raseksi. 2. Lanyap tanggung, nada 3, 1, 2 misalnya Pergiwa, Larasati. 3. Lanyap ampang, nada 3, 1, 2 misalnya Srikandi, Trijata dan Banowati. 2. Putra: a. Luruh 1. Luruh anteb, nada 3, 5, 6, 1 misalnya Sena Werkudara, Gathutkaca, Arjuna. 2. Luruh tanggung, nada 2, 3 misalnya Setyaki, Kartamarma, Udawa. 3. Luruh ampang, nada 3, 5, 6, misalnya Puntadewa, Bathara Guru, Lesmana. b. Lanyap 1. Lanyap anteb, nada 3, 1, 2 misalnya Dasamuka Rahwana, Baladewa. 19 2. Layap tanggung, nada 2, 6 misalnya Salya, Matswapati, Bisma. 3. Lanyap ampang, nada 3, 1, 2 misalnya Kresna, Dewasrani, Karna. c. Dhagel 1. Dhagel anteb, nada yang digunakan tidak ada ukuran tertentu misalnya Togog, Burisrawa atau raksasa, sedang untuk putri misalnya Limbuk. 2. Dhagel tanggung, misalnnya Semar, Gareng, Petruk, Sengkuni, sedang untuk putri misalnya Emban. 3. Dhagel ampang, misalnya Cakil, Bagong, Cantrik, Durna, sedang untuk putri misalnya Cangik. Antawacana selain terbagi karena karakter juga terbagi oleh tingkatan berbeda menurut pangkat dan kedudukan, misalnya: seorang raja dan seorang mempunyai gaya bahasa yang berbeda.

2. Gerak Tari