memiliki kepribadian individuality, dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya tersebut sewaktu diperdagangkan. Dengan adanya daya pembeda atas suatu merek
hal ini juga memberikan jaminan nilai kualitas dari barang dan jasa dengan barang dan jasa sejenis lainya yang dihasilkan oleh produsen berbeda.
2. Secondary meaning
Sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai secondary meaning, terlebih dahulu penulis menjelaskan sedikit mengenai pengertian dari secondary
meaningMenurut kamus umum bahasa inggris.Dalam kamus bahasa inggris secondary meaning berarti makna sekunder. Yang bila diartikan secara luas ialah
satu kata atau bentuk yang memliki arti lain atau yang disebut dengan makna sekunder tersebut. Selain itu dalam kamus umum Bahasa Indonesia pengertian
katasecondary meaning ialah. Kata secondary meaning bila diartikan kedalam bahasa indonesia berarti makna skunder. Dimana makna skunder terdiri dari dua
suku kata yaitu makna dan skunder yang bila diartikan satu persatu ialah. Makna merupakan arti kata dari maksud pembicara atau penulis atau pengertian yang
diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan sementara arti kata sekunder adalah berkenaan dengan yang kedua atau tingkatan kedua. Dan pegabungan kata
tersebut memberikan arti bahwa satu kata yang memiliki arti yang lain.
Dalam Black Law Dictonary, secondary meaning “A consumer deducted
meaning for a brand name or symbol that differs from its primary meaning. A term in copyright law where a common name or symbol must acquire a distinctive
name to be given trade mark rights”. Konsumen mengambil pemikiran untuk merek atau simbol yang berbeda dari makna utamanya. Dimana dalam hak cipta
nama atau simbol yang umum harus mempunyai nama yang khas untuk mendapatkan hak atas merek dagang. Menjadi kesimpulan dari beberapa
pengertian diatas bahwa secondary meaning adalah makna skunder atau memiliki arti yang lain. Dalam sebuah merek secondary meaning adalah hal yang sangat
penting. Dengan adanya secondary meaning sebuah merek apple yang merupakan kata umum untuk buah apple dapat menjadi merek sebuag produk elektronik
karena “Aplle” memiliki secondary meaning untuk sebuah produk elektronik. Di dalam merek tanda yang memiliki kemampuan untuk menjadi pembeda cabable
of becoming distinctive setalah pengembangan dari asosiasi konsumen atau membangun pengertian kedua disebut dengan secondary meaning. Di Indonesia
yurisprudensi mengenai secondary meaning ada dalam juris prudensi Mahkamah Agung No. 127KSip1972 mengenai Merek Y.K.K. yang menyatakan bahwa
“suatu merek meskipun hanya terdiri dari beberapa huruf-huruf dapat diterima sebagai merek karena sudah demikian dikenal luas oleh masyarakat, sehingga
dianggap mempunyai daya pembeda.
Didalam hukum merek terdapat banyak pengertian dan definisi mengenai makna sekunder atau yang disebut secondary meaning. Di dalam sub judul ini
penulis akan membahas mengenai pengertian dari makna sekunder atau secondary meaning. Makna sekunder atau secondary meaning adalah makna sekunder yang
diperoleh dari pergeseran persepsi publik, sehingga menjadi definisi bahwa makna sekunder merupkan makna dari merek tersebut yang didapat dari persepsi
konsumen. Seperti dalam teks berikut: “Secondary meaning is acquired through a shift in public perception: “If
because of association with a particular product or firm over a period of time a word has come to stand in the minds of the public as a name or
identification for that product or firm, the word is said to have acquired a secondary meaning”.
17
Dalam pengertian tersebut makna sekunder merupakan persepsi konsumen terhadapa suatu merek sudah berubah seiring dengan waktu sehingga merek
tersebut menjadi merek sekunder.
Dalam pendapat lain, makna sekunder adalah makna sebuah tanda yang semula tidak dapat didaftarkan sebagai merek, akan tetapi bisa mendapat perlindungan
17
Safeway Stores, Inc v Safeway Properties, Inc, 307 F2d 495, 499 2d Cir 1962. See also McCarthy, 2 McCarthy on Trademarks and Unfair Competition § 15:8 at 15-20 to -24 cited in
note 6. Dikutip dari Brody reprotection for formerly generic term
dan sah didaftarkan menjadi merek jika bisa menunjukan makna sekunder tersebut. Seperti dalam teks berikut:
“Non-word marks may also gain protection on a showing of secondary meaning
—the color pink, for example, is protected when applied to home insulation because of its close association with Owens-
Corning”.
18
Didalam pendaftaran merek, ada merek yang dapat didaftarkan dan ada juga merek yang tidak dapat didaftarkan seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya. Dan salah satu alasan sebuah merek dapat didaftarkan ialah memiliki daya pembeda. Dalam hal ini daya pembeda tersebut dihasilkan oleh
makna sekunder tersebut. Sehingga dengan adanya makna sekunder tersebut sebuah merek mendapat perlindungannya karena telah memiliki daya pembeda.
Selain itu makna sekunder bukanlah suatu makna yang melekat pada merek tersebut akan tetapi muncul dari penggunaan kata atau frase dengan jangka waktu
yang cukup. Dan menjadi tanda yang unik dan membangun makna sekunder tersebut. Seperti dalam teks berikut:
“Secondary meaning” arises from use of a descriptive, or otherwise unprotectable, word or phrase in such a way, for a sufficient duration, and
18
See In re Owens-Corning Fiberglas Corp, 774 F2d 1116, 1127 –28 Fed Cir 1985. Dikutip dari
Brody ibid.
with enough frequency, that it becomes uniquely associated with the user andor the user’s product”.
19
Pendapat tersebut didukung oleh pendapat lain yaitu, seperti dalam teks berikut : “It is “secondary” in that it refers to an acquired, rather than to an inherent,
meaning.
”
20
Hal ini menyatakan bahwa semula sebuah merek tidak mempunyai makna sekunder. Akan tetapi makna sekunder tersebut bisa didapatkan guna
mendapatkan daya pembeda atau identitas atas merek tersebut. Tentunya dengan waktu yang tidak sebentar, oleh karena hal tersebut diperoleh dari konsumen.
Yang dimana konsumen merubah persepsi atas makna dari sebuah merek tersebut.Selain pengertian bahwa makna sekunder merupakan tanda yang
diperoleh dari persepsi konsumen, makna sekunder merupakan yang dapat memberikan perlindungan untuk tanda yang merupakan istilah deskriptip atau
yang tidak memiliki ke khasan. Yang dikutip dari teks aslinya sebagai berikut:
19
The abridged eighth edition of Black’s Law Dictionary 2004 defi es se o da ea i g as a
I telle tual P ope t te desig ati g: A spe ial se se that a t ade a k o t ade a e fo a business, goods, or services has acquired even though the trademark or trade name was not
o igi all p ote ta le. See also A desig atio that is ot i he e tl disti ti e, su h as a o d that describes the nature of the product on which it appears, nevertheless may become, as a
esult of use a spe ifi pe so , u i uel asso iated ith that pe so s goods, se i es, or usi ess. “u h a ui ed disti ti e ess is alled se o da ea i g . ‘estate e t Thi d of
Unfair Competition § 13, cmt. e 1993. Dikutip dari Fletcher_descriptive and generic_vol103_no2_a2
20
Fletcher_descriptive and generic_vol103_no2_a2
“a descriptive term is not considered inherently distinctive, and will not be protected unless the mark owner establishes that the term has acquired
source significance or secondary meaning.”
21
Alasan sebuah merek dapat diterima pendaftaranya adalah merek tersebut memiliki daya pembeda. Karena daya pembeda tersebut memberikan ciri khas
kepada merek tersebut dan membuat merek tersebut berbeda dari merek hasil produsen lainnya. Sehingga dalam hal ini makna sekunder di artikan sebagai
makna lain atas sebuah merek yang dihasilkan oleh konsumen. Dimana makna tersebut memberikan daya pembeda terhadapa merek tersebut dan mengubah
sebuah merek yang deskriptip dan tidak bisa didaftarkan menjadi merek yang dapat didaftarkan.
Selain itu makna sekunder adalah gambaran yang konsumen artikan sebagai penampilan atau mengidentifikasikan karakteristik dari produk dan mungkin yang
menjadi faktor utama dalam memotivasi pembelian produk tersebut. Seperti dalam teks berikut:
“Secondary meaning, in trademark-unfair competition parlance, is that inference of source to which Judge Hand referred, which a purchaser draws
21
Fletcher, ibid.
from the appearance or other identifying character-istics of the product and which may be a principal factor in motivating the purchase”.
22
Dalam hal ini makna sekunder diartikan sebagai gambaran yang konsumen berikan atau karakteristik dari produk yang konsumen beli atau gunakan.
Pendapat lain mengartikan bahwa makna sekunder adalah makna yang diterapkan untuk kata deskriptif. Seperti dalam teks berikut:
“The term secondary meaning began as a trademarklaw concept applied to descriptive words, particularly geographical ones, which had come to be
associated with the product of some particular manufacturer”.
23
Hal ini menegaskan bahwa arti dari makna sekunder adalah suatu makna yang digunakan untuk merubah makna sebuah merek yang deskriptif. Sehingga merek
tersebut bisa didaftarkan dan bukan merupakan kata deskriptif. Dan selain itu makna sekunder adalah suatu kata untuk memperoleh kekhasan sehingga
mencapai makna sekunder. Seperti dalam teks berikut: “When certain aspects of an item including its trade dress have, in the
cognitive networks of a “substantial,” “appreciable” or “significant”
22
Wotherspoon v. Currie, L.R. 5 H.L. 508 1872; see Reddaway v. Banham, [1896] A.C. 199
camel hair belting. To be sure, as Judge Hand pointed out in the passage quoted in text accompanying note 10 mupra, the maker need not be individually known by name, and a notion
of some single, though anonymous, source will suffice for purposes of secondary meaning. See Shredded Wheat Co. v. Humphrey Cornell Co., 250 Fed. 960, 963 2d Cir. 1918; Saalfield
Publishing Co. v. G. C. Merriam Co., 238 Fed. 1, 8-9 6th Cir., cert. denied, 243 U.S. 651 1917.
23
Richard H.stern and Joel E. Hoffman, public injury and the public interest: secondary meaning in the law of unfair competition. University of Pennsylvania Law Reviem. Vol. 110 : 935.
proportion consumers in a product category, come to represent a single brand or source, we say this information has acquired distinctiveness and
achieved secondary meaning”.
24
Hal ini meyatakan bahwa pengertian dari makna sekunder adalah bentuk kekhasan dari sebuah merek tersebut. Dengan demikian makna sekunder atau
secondary meaning adalah makna dari sebuah merek yang didapat atau dihasilkan dari kosnumen. Dengan persepsi berbeda atas sebuah merek yang konsumen
berikan suatu merek tersebut memiliki ciri khas atau daya pembeda atas merek tersebut. Dan dengan makna sekunder suatu merek yang deskriptif tidak dapat
didaftarkan dapat berubah menjadi merek yang dapat didaftarkan.
C. Generic Term Yang Membangun Secondary Meaning Dapat Didaftarkan