tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya bukan zat-Nya. Demikian pula dengan sifat-sifat seperti sifat hidup, berkuasa, mendengar dan
melihat.
104
Oleh karena itu Asy‘ariyah terkenal dengan kelompo ا ص ا ا ا yaitu
kelompok yang menetapkan adanya sifat-sifat Allah yang qadim, Mengenai antropomorpisme Al-
Asy‘ari berpendapat bahwa Tuhan mempunyai muka, tangan,mata dan sebagainya dengan tidak ditentukan bagaimana bila kayfa
105
yaitu dengan tidak mempunyai bentuk dan batasan layukayyaf wa layuhad
106
Al- Asy‘ari seterusnya menentang faham keadilan Tuhan yang dibawa
kaum Mu‘tazilah. Menurut pendapatnya Tuhan berkuasa mutlak dan tak ada satupun yang wajib bagi-Nya. Tuhan berbuat sekehendak-Nya,sehingga kalau ia
memasukkan seluruh manusia kedalam neraka tidaklah Ia bersifat zalim.
107
2. Alquran
Alqurn adalah kalamullah, yang tertulis di dalam mushap Alquran. Alquran diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui Malaikat Jibril
dengan lafaz dan maknanya. Qiraah- nya tertulis didalam mushap berbahas arab, sesuai dengan firman Allh, Q.S. Asy-Su
‘ara: 192-195.
Artinya: dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin Jibril, ke dalam hatimu
Muhammad agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
104
Kitab al- Luma‟ selanjutnya disebut al-Luma‟Kairo 1965, h.3031.
105
Al-Ibanah, h.9.
106
Ibid.,h. 25.
107
Al-Milal. I101.
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.QS. Asy-Su ‘araa: 192-
195.
108
Sebagai kalamullah, Alquran menempati posisi sebagai sumber pertama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi
manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, secara etimologi Alquran artinya bacaan bentuk mashdar dari kata kerja qo-ro-a yang berarti
membaca. yang oleh Asy‘ariyah dikatakan qadim, bagi Mu‘tazilah dikatakan makhluk. Sesuai dengan doktrin tauhid, maka Mu‘tazilah berpegang pada paham
kemakhlukan Alquran. Dalam konteks inilah maka pada masa tiga kekhalifahan Abbasiyah yang
berpaham resmi Mu‘tazilah, yaitu al-Ma‘mun 813, al-Mu‘tasyim 833, yang keduanya merupakan anak Khalifah Harun al-Rasyid 786 dan al-Watsiq 842
yaitu anak al- Mu‘tasim menerapkan mihnah Alquran untuk menguji keyakinan
seseorang terhadap paham kemakhlukan Alquran. Mereka memberi hukuman bagi orang yang menganut paham ke qadiman Alquran. Termasuk yang terkena
hukuman itu adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
109
Dalam mengkaji sifat-sifat Tuhan, tidak dapat dilepaskan dalam pembahasan mengenai Alquran. Karena Alquran merupakan kalamullah sehingga
banyak pula aliran-aliran kalam yang mempedebatkan masalah Alquran ini apakah Alquran merupakan qadim atau kah baharu. Dengan demikian timbullah
dalam sejarah Islam apa yang disebut mihnah atau inquisition. Contoh dari surat yang mengandung instruksi itu terdapat dalam Tarikh al-Tabari.
110
Yang pertama sekali harus menjalani ujian ialah para hakim al-qudah. Instruksi itu
menjelaskan bahwa orang yang mengakui Alquran bersifat qadim dan dengan demikian menjadi musyrik tidak berhak untuk menjadi hakim. Bukan para hakim
dan pemuka-pemuka saja yang dipaksa mengakui bahwa Alquran diciptakan yang
108
QS. As- Syu‘araa: 192-195.
109
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, h. 499-450.
110
Jilid VIII, h. 631-644
menjadi saksi dalam perkara yang dimajukan dimahkamah juga menganut paham demikian. Jika tidak, kesaksiannya batal.
Kemudian ujian serupa juga dihadapkan kepada pemuka-pemuka tertentu dari masyarakat karena yang memimpin rakyat haruslah orang yang betul-betul
menganut paham tauhid. Diantara yang diuji terhadap Ahmad Ibn Hanbal. Salah satu dialog yang terjadi antara Ishaq Ibn Ibrahim Gubernur Irak dengan Ahmad
Ibn Hanbal berjalan sebagai berikut: Ishaq
: Apa pendapatmu tentang Alquran? Ibn Hanbal
:Sabda Tuhan. Ishaq
:Apakah ia diciptakan? Ibn Hanbal
:Sabda Tuhan. Saya tak dapat mengatakan lebih dari itu. Ishaq
:Apa arti ayat: Maha Mendengar sami‟ dan Maha Melihat
Basir? Ibn Hanbal :Tuhan mensifatkan diri-Nya dengan kata-kata itu
Ishaq :Apa artinya?
Ibn Hanbal :Tidak tahu. Tuhan adalah sebagaimana Ia sifatkan diri-Nya.
111
Pemuka-pemuka yang ikut diuji bersama-sama denga Ibn Hanbal berjumlah kira-kira 30 orang, dan dalam ujian-ujian ulangan selanjutnya hanya
Ahmad Ibn Hanbal dan Muhamad Ibn Nuh yang berkeras dan tidak mau mengubah keyakinan. Yang lainnya dibebaskan tetapi Ahmad Ibn Hanbal serta
temannya dibelenggu dan dikirim dengan beberapa orang kepada Al- Ma‘mun di
Tarsus. Tetapi sebelum mereka sampai di kota itu ,al- Ma‘mun meninggal dunia
dan sungguhpun demikian Ibn Hanbal tidak dibebaskan karena ia dipandang sebagai pemuka penting yang menentang paham diciptakannya Alquran.
111
Terjemahan bebas dari teks dalam ibid., VIII639.
Sikap Ibn Hanbal yang dengan keberaniannya dan tak takut mati mempertahankan keyakinannya membuat ia mempunyai banyak pengikut di
kalangan umat Islam yang tidak sepaham dengan kau m Mu‘tazilah. Sungguhpun
pemuka-pemuka lain menemui ajal dengan hukuman bunuh, al- Mu‘tasim dan al-
Wasiq 824-847 M tak berani menjatuhkan hukuman mati atas dirinya. Hukuman serupa itu akan menimbulkan kekacauan akhirnya al-Mutawakkil membatalkan
pemakaian aliran Mu‘tazilah sebagai mazhab di negara ditahun 848 M. Dengan
demikian selesailah riwayat mihnah iyang ditimbulkan kaum Mu‘tazilah dan dari
ketika itu mulailah menurun pengaruh dan arti kaum Mu‘tazilah.
112
Secara teologis mihnah, merupakan gerakan pembersihan akidah Islam dari hal-hal yang berbau kemusyrikan. Secara politis, kebijakan mihnah Alquran
dalam sebuah pemerintahan Islam mempunyai dampak yang sangat strategis bagi pelaku kebijakan. Penerapan paham ke-qadim-an Alquran maupun ke
makhlukannya mengandung dua potensi yang bertolak belakang. Ke-qadim-an mengandung makna keabsolutan atau kemutlakan bagi pemberlakuan Alquran,
yakni ketentuan hukum-hukumnya mutlak berlaku, sedangkan kemakhlukan mengandung makna kerelatifan atau ketidakpastian bagi pemberlakunya, yakni
ketentuan hukum-hukumnya tidak mesti harus diterapkan. Berkaitan dengan itu, maka secara politis doktrin kemakhlukan Alquran
melalui mihnah Alquran mempunyai urgensi kuat bagi pihak penguasa yang ingin mempertahankan atau melindungi kekuasaannya, dengan demikian mihnah
Alquran, sebagai sebuah kebijakan mengandung dua dimensi, yakni teologis dan politis. Secara teologis kaum Mu‘tazilah berupaya keras mempertahankan ajaran
pokok yang dianutnya, yakni tauhid, sedangkan secara politis kaum Mu‘tazilah
berupaya keras mempertahankan kekuasaannya karena pemberlakuan ketentuan- ketentuan Alquran secara mutlak akan sangat berdampak
112
Harun Nasution, Teologi Islam dalam Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, h. 64.
3. Manusia