47 kefasikan, dan juga terpelihara dari sebab-sebab yang merusak terhadap
mur’ah atau harga dirinya.
14
Secara garis besarnya dapat diambil sebuah ketentuan dari pemaparan diatas, bahwa seorang yang adil dalam meriwayatkan sebuah hadis harus memilki
persyaratan: a.
Islam b.
Baligh c.
Mempunyai akal sehat d.
Taqwa e.
Memelihara muru’ah f.
Tidak berbuat dosa besar g.
Menjauhi dosa-dosa kecil.
15
3. Periwayatnya harus dabit
Dabit adalah keyakinan dan keteguhan terhadap sesuatu yang diriwayatkan seorang perawi, bahwa dia dalam keadaan sadar ingat ketika dalam
meriwayatkan sebuah hadis, tidak lalai pelupa, hafal terhadap apa yang diriwayatkannya, kuat ingatannya dalam tulisannya akan sebuah hadis, dan juga
mengetahui paham terhadap makna hadis yang diriwayatkannya.
16
Dari uraian tersbeut dapat dipahami bahwa seorang yang dabit harus mampu dalam ingatan yang kuat akan hafalannya, dan memahami dengan betul
terhadap hafalan atau tulisan yang didapatinya, kemudian dia harus bisa mentransfer atau menerangkannya dengan pengertian yang sesungguhnya tanpa
ada keraguan sedikitpun akan hadis yang diterangkan tersebut agar tidak terjadi kesalah pahaman bagi yang mendengarkan hadis yang disampaikannya, karena
jika terdapat kesalahan dalam pemaparannya niscaya dia yang akan menanggung dosa yang dikerjakan oleh pendengarnya, kemudian bahagian-bahgian yang diatas
disebutkan merupakan materi kajian para kritikus hadis dalam memberikan
14
Yuslem, Metodologi......, hal. 8.
15
Al-Hafiz Ibnu Katsir, al- Ba’ist al-Hatsist Syarh Ikhtisar Ulum al-Hadis Beirut: Dar al-
Fikr, tt, hal. 87.
16
Ibnu Katsir, al- Ba’ist al-Hatsist…… hal. 87.
48 penilaian positif
ta’dil maupun negatif jarh terhadap kualitas kepribadian ‘adalah dan kapasitas intelektual dabit seorang perawi hadis.
Ke-dabit-an seorang perawi adakalanya berhubungan dengan daya ingat dan juga hafalan yang disebut dengan dabit sadr, dan adakalanya berhubungan
dengan kemampuannya dalam memahami dan memelihara catatan terhadap hadis yang ada padanya dengan baik dari kemungkinan terjadinya kesalahan,
perubahan, atau kekurangan pada hadisnya, dan ini disebut dengan dabit kitab. Sekarang ini, para perawi tersebut tidak dapat dijumpai lagi secara fisik,
maka untuk mengetahui dabit atau tidak dabit seorang perawi dapat diketahui melalui dua cara: a. Berdasarkan kesaksian para ulama, b. Berdasarkan
kesesuaian riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh periwayat yang lain yang telah dikenal ke-dabit-annya.
17
4. Sanad tidak mengandung syaz