104 sahih apabila sanad tersebut sahih, hadis tersebut telah dilakukan penelusuran
ternyata sahih li zatih, kemudian untuk mengukur kesahihan matan maka dilakukan perbandingan denga Al-Quran, dan juga perbandingan dengan Hadis
riwayat yang lain yang mendukung hadis tersebut, serta dikaitkan dengan rentetan sejarah. Secara jelas sudah dapat dibuktikan dengan perbandingan berikut ini:
1. Perbandingan Hadis dengan Al-Quran.
Hadis tentang Isbal, setelah dilakukan penelusuran ternyata sahih:
اَأا َجَرَحا َاَوا ىقاسصاا ىفْحىنا َىىإاىمىلْسُمْصااُةَرْزىإ اَناَكااَماىَْْ بْعَكْصااََْْ بَواُهَْ حَ بااَمحىفاَحاَُجا َاا ْو
اىهْحَصىإاُهلصااْرُظَْ ثاََْااًرَطَباَُراَزىإارَجاْنَماىرا صاا ىِاَوُهَ فاىَْْ بْعَكْصااْنىماَلَفْسَأ
Abu Daud Kemudian dilakukan penelitian dan perbandingan terhadap Al-Quran,
pada dasarnya tidak ada yang bertentangan dengan ayat Al-Quran, justru Al- Quran menganjurkan untuk menggunakan pakaian yang bagus-bagus bila hendak
melaksanakan salat dan menutup aurat dalam suasana keseharian dan tidak boleh pula berlebih-lebihan dalam menggunakannya. Sebagaimana yang telah Allah
Swt. uraikan dalam QS. Al- A’raf: 31:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap memasuki mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa untuk menggunakan pakaian yang
bagus dan indah untuk beribadah kepada Allah Swt. itu memang dianjurkan, namun secara eksplisit tidak dijelaskan batasan-batasannya. Namun tujuan ayat
tersebut menganjurkan dan tidak ada ayat yang menafikannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara matan Hadis yang diriwayatkan oleh Sa
’id al-Khudriy yang ditakhrij oleh Imam Abu Daud dan Imam Muwatta’ Malik dapat
dikategorikan tidak ada masalah, karena sanad nya adalah sahih, maka dengan uraian di atas secara matan hadis tersebut dapat dinyatakan sahih.
105 Karena kandungan hadis dengan ayat tidak ada yang bertentangan, dan itu
menjadi landasan awal atas kesahihan matan hadis tersebut.
2. Perbandingan dengan Hadis riwayat lain.
Bila ditinjau dari segi perbandingan dengan Hadis riwayat yang lainnya, maka dapat dilihat bahwa Hadis yang menjadi objek penelitian ini tidak terdapat
yang menunjukkan adanya pertentangan, tetapi justru saling mendukung dan sifatnya menguatkan status kasahihannya. Hal tersebut dengan adanya berbagai
jalur sanad yang mendukung kandungan matan Hadis yang sedang diteliti, baik dari segi perawi Kutub at-
Tis’ah maupun Kutub as-Sittah semuanya meriwayatkan dengan matan yang saling menguatkan sebagaimana yang telah
dicantumkan dalam himpunan hadis dan yang telah diuraikan di atas,salah satunya yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:
ا ْنَعا ىجَرْعَْأاا ْنَعاىداَنِزصاا ىَِأا ْنَعا كىصاَمااَنَرَ بْخَأا َفُسوُثاُنْباىهلصااُيْبَعااََ ثيَح اَةَرْ ثَرُها ىَِأ
ا انَأ
ا َلاَقاَملَسَواىهْحَلَعاُهلصااىلَصاىهلصااَلوُسَر اَطَباَُراَزىإارَجاْنَما َىىإاىةَماَحىقْصااَمْوَ ثاُهلصااُرُظَْ ثا َا
اًر
129
Maka dari segi perbandingan dengan riwayat lain, seperti yang diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh al-Bukhari merupakan hadis sahih baik dari
segi sanad dan matannya, maka hadis yang sedang diteliti adalah dapat diterima maqbul, dan tidak ada di sana menunjukkan pertentangan.
3. Perbandingan dengan sejarah.