70 pada tempat yang salah. Umpamanya, hadis yang semula disimpulkan oleh
mukharrij sebagai hadis tentang perang, ternyata oleh penyusun kitab diletakkan pada hadis tafsir.
55
Berikut ini beberapa karya tulis yang disusun berdasarkan metode yang tersebut di atas, diantaranya adalah:
1. Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, oleh Al-Muttaqi al-Hindi.
2. Miftah kunuz as-Sunnah, oleh A.J. Wensinck.
3. Nasb ar-Rayah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah, oleh Az-Zayla’i.
4. Ad-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah, oleh Ibn Hajar.
Dan kitab-kitab lain yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu dalam bidang fiqh, hukum, targhib dan tarhib, tafsir, serta sejarah.
56
Namun, bila mukharrij mengalami kesulitan dalam menggunakan metode tersebut, dapat juga menggunakan metode yang di bawah berikut ini.
5. Takhrij Melalui Pengamatan Terhadap Sifat-Sifat Khusus Atau Status
Pada Sanad Dan Matan Hadis.
Penggunaan metode ini memperkenalkan tentang suatu upaya baru yang telah dilakukan oleh para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu
penghimpuan hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu dalam pencarian atau penelusuran hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis-hadis
Qudsi, hadis Masyhur, hadis Mursal, hadis D a’if, dan yang lainnya. Seorang
peneliti hadis, dengan membuka kitab-kitab seperti diatas, dia telah melakukan takhrij al-hadis.
Keutamaan dari metode ini adalah dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam
karya-karya yang sejenis, maka hal ini sekaligus merupakan kelemahan dari metode ini.
57
55
Abdul Mahdi, Turuq Takhrij, hal. 122-123.
56
Ibid,. hal. 123-125.
57
Ibid,. hal. 195.
71 Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini, diantaranya adalah
sebagai berikut: 1.
Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, oleh As-Suyuti. 2.
Al-Ittihafat as-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qudsiyyah, oleh Al-Madani. 3.
Al-Marasil, oleh Abu Daud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.
58
Demikian beberapa metode takhrij yang dapat dipergunakan oleh para mukharrij atau peneliti hadis dalam rangka mengenal hadis-hadis Rasul saw. dari
segi sanad dan matan-nya, terutama dari segi statusnya, apakah hadis itu dapat diterima maqbul sebagai landasan dalam berhujjah atau ditolak mardud.
Maka dari itu, untuk selanjutnya penulis akan mengawali penelusuran penggalan hadis dengan menggunakan langkah atau metode yang ketiga yakni
dengan men-takhrij melalui pengetahuan tentang suatu lafaz yang menonjol atau yang tidak banyak dipergunakan dari lafaz matan hadis
untuk menginventarisir hadis-hadis tentang isbal tersebut.
D. Klasifikasi Hadis Isbal