Seluruh perawi Adil Kaedah Kesahihan Sanad

45 membacakan atau mendengarkan langsung dan tanpa ada perantara diantara kedua belah pihak, menurut Imam Nasa’i dengan menggunakan lafal akhbarana, sedangkan menurut Ismail i bn Mas’ud dan juga Khalid ibn Haris dengan menggunakan lafal haddasana, begitu juga dengan lafal ‘an’anah yang dianggap dengan ketersambungan sanadnya walaupun dianjurkan untuk meneliti lebih jelasnya terhadap kemungkinan pertemuanya dengan guru dan juga murid- muridnya. 10 Dalam ketersambungan sanad pada sebuah Hadis harus adanya, supaya Hadis tersebut tergolong pada hadis sahih, akan tetapi dalam penelitiannya tidak sedikit didapati adanya keterputusan sanad hadis yang menjadikannya tidak diterima atau diakui sebagai hadis sahih yang akan dijadikan sebagai hujjah dalam penetapan atau sandaran pada sebuah hukum, salah satu penyebabnya adalah terbuangnya awal sanad hadis tersebut, sama ada yang terbuang itu satu atau lebih banyak mu ’allaq, dan tidak sedikit pula didapati keterbuangan satu sanad pada pertengahan sanad tersebut munqat i’, begitu juga perkataan sahabat yang terbuang pada akhir sanadnya menurut tabi ’in, dan menurut pengarang sendiri tidak terbatas keterputusannya baik pada awal, pertengahan, atau pada akhir sanad tersebut mursal, atau dengan ketidak bersambungan dua sanad secara berurutan dengan sengaja, seperti perkataan Imam Malik yang langsung menyebutkan dengan perkataan Nabi Muhammad saw. tanpa menyebutkan sahabat atau tabi ’in yang seharusnya ada pada setiap sanad hadis dalam mengklasifikasikannya pada hadis sahih mu’dal, serta sanad hadisnya pada zahirnya bersambung, akan tetapi pada kenyataannya terputus mudallas. 11

2. Seluruh perawi Adil

Keadilan ‘adalah yang dituntut dari perawi dalam persyaratan ini adalah seperti yang telah termuat dalam standar konvensional syar’i seperti: status keislaman, mukallaf, tidak terkontaminasi dengan aksi-aksi bid’ah dan menjaga 10 Mahmud al-Tahhan, Usul al-Tarjih wa Dirasat al-Asanid Riyadh: Maktabah Ma’arip, 1991, hal. 196. 11 Zapar Ahmad Usmani al-Tahanawi, Qawaid fi Ulumul Hadis Cairo: Dar al-Salam, 2000, hal. 39- 41. 46 wibawa muru’ah. Sedangkan kedabitan yang dimaksudkan dalam syarat ini adalah meliputi kemampuan seorang perawi untuk memahami dan menghafal dengan baik riwayat yang diterimanya serta kesanggupan untuk menyampaikannya kepada orang lain dengan baik pula. 12 Persyaratan adil juga menegaskan kesahihan hadis dari perawi yang tidak dikenal pribadi majhul ‘ain dan kepribadiannya majhul wasfhal atau disebut juga mastur. Kemajhulan bisa ditandai dengan penyebutan figur perawi yang tidak transparan dengan menggunakan lafal-lafal yang samar mubham, seperti: seorang laki-laki ar-rajul, seseorang fulan, seorang guru syaikh, dari kalangan kami min ashabina dan lain sebagainya. Kemudian pada sebuah hadis sahih diharuskan pada sanadnya orang-orang yang ‘adil dan dabit untuk menentukan sebuah hadis tersebut tergolong pada hadis sahih, dan seorang yang adil tidak terluput dari kesalahan-kesalahan yang kecil walaupun dia seorang imam lagi masyhur, akan tetapi dalam meriwayatkan sebuah hadis dituntut untuk adil terhadap agamanya. Setiap perawai hadis yang adil harus memenuhi dan mempunyai kriteria yang didapati dalam dirinya, yaitu: - seseorang itu harus muslim yang sudah dewasa balig, - juga seorang yang berakal, - kemudian taat dalam menjalankan ritualitas keagamaan, - tidak melakukan atau memperbuat perbuatan fasik seperti mencuri, dll, dan juga tidak rusak muru’ah-nya. 13 Sedangkan Ibnu al-Mubarak mengatakan bahwa seorang yang adil harus mempunyai dalam kepribadiannya lima bentuk: 1. Menyaksikan atau bergaul secara baik dengan masyarakat. 2. Tidak meminum minuman keras atau yang memabukkan. 3. Agamanya tidak rusak. 4. Tidak didapati berbohong. 5. Tidak juga seorang yang terganggu akalnya atau gila. Menurut ‘Ulama Mustalah al-Hadis, bahwa seorang yang adil harus mempunyai kriteria: muslim, baligh, berakal sehat, terpelihara dari sebab-sebab 12 Abi Amru Usman bin Abdurrahman al-Saharzuri, Muqaddimah Ibnu Salah Beirut:Dar Kutub al-Ilmiah, 1989, hal. 16. 13 Yuslem, Ulumul Hadis, hal. 220. 47 kefasikan, dan juga terpelihara dari sebab-sebab yang merusak terhadap mur’ah atau harga dirinya. 14 Secara garis besarnya dapat diambil sebuah ketentuan dari pemaparan diatas, bahwa seorang yang adil dalam meriwayatkan sebuah hadis harus memilki persyaratan: a. Islam b. Baligh c. Mempunyai akal sehat d. Taqwa e. Memelihara muru’ah f. Tidak berbuat dosa besar g. Menjauhi dosa-dosa kecil. 15

3. Periwayatnya harus dabit

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pelayanan Pendidikan Pemakai di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

2 39 50

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PERGURUAN TINGGI : Studi tentang Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Pembiayaan di Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan, dan Universitas Islam Sumatera Utara.

0 2 104

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 1

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 3

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 19

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 22

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 17

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 5

Manajemen Kopertais Wilayah Ix Dalam Pembinaan Dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Ptais) Di Sumatera Utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 5