2.4.4 Biaya Kekurangan Persediaan Shortage Cost
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena
proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehiggan beralih ke tempat lain.
Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari: a.
Kuantitas tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi
permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan.
b. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur
tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.
c. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan
biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.
2.5 Uji Lilliefors
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data akan diuji dengan uji
Liliefors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali dengan penentuan
taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5 0,05 dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
H : Sampel berdistribusi normal
H
1
: Sampel tidak berdistribusi normal Dengan kriteria pengujian :
Jika W
hitung
W
tabel
terima H , dan
jika W
hitung
W
tabel
tolak H nilai W
hitung
didapat dari rumus |
| dengan:
= fungsi distribusi normal baku = fungsi distribusi kumulatif sampel
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah : 1.
Data pengamatan X
1
, X
2
, X
3
, …, X
n
dijadikan bilangan baku Z
1
, Z
2
, Z
3
,..., Z
n
dengan menggunakan rumus dengan ̅ dan S masing-masing merupakan
rata-rata dan simpangan baku, ̅
∑
√ ∑
̅
̅ dengan:
̅ = Rata-rata hitung S = Simpangan baku
= Bilangan baku = Data ke-i
n = Jumlah data 2.
Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang FZ
i
= PZ Z
i
. 3.
Selanjutnya dihitung proporsi Z
1
, Z
2
, Z
3
, …, Z
n
yang lebih kecil atau sama dengan Z
i
. Jika proporsi ini dinyatakan oleh SZ
i
maka : 1.
Hitung selisih FZ
i
– SZ
i
, kemudian tentukan harga mutlaknya. 2.
Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, misal harga tersebut W
.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol H , dilakukan dengan cara
membandigkan W ini dengan nilai W
kritis
yang terdapat dalam tabel untuk taraf nyata yang dipilih 5. Untuk mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel.
2.6 Model Persediaan EOQ Back Order
Yamit 2005 mengemukakan bahwa untuk model persediaan back order, pelanggan yang tidak dapat dipenuhi permintaannya menyetujui untuk menunggu pengiriman
pada pesanan berikutnya. Hal ini berarti perusahaan tidak akan kehilangan penjualan tetapi perusahaan menanggung biaya tambahan untuk melakukan pemesanan kembali
dan biaya dari nama baik pelanggan, meskipun biaya nama baik ini sulit untuk dihitung.
Persediaan model back order dapat ditunjukkan oleh gambar 2.1 dimana kekurangan persediaan adalah
unit dan persediaan maksimum adalah atau . Jika jumlah permintaan adalah
, maka persediaan maksimum dapat memenuhi permintaan selama
⁄ . Setelah itu back order mulai terjadi, sebab permintaan tidak dapat dipenuhi dari persediaan. Dengan demikian siklus persediaan adalah
⁄ .
Rata-rata persediaan adalah ⁄ , dan waktu kehabisan persediaan adalah
⁄ . Sehingga biaya simpan per siklus:
dengan jumlah siklus per tahun ⁄ , maka biaya simpan menjadi
Q L
C
c
2
2
2.1
Biaya back order per siklus: = biaya back orderrata-rata back orderperiode back order
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah siklus per tahun ⁄ , maka biaya back order menjadi
Q J
C
P
2
2
2.2
Biaya pesan per tahun: = frekuensi pemesananbiaya pesan
Q DC
S
2.3
Sehingga total biaya persediaan tahunan:
Q L
Q C
Q L
C Q
DC TC
P C
S
2 2
2 2
2.4
Universitas Sumatera Utara
persediaan L
Lead time Lead time Q ROP ROP
waktu ⁄
⁄ J
Terima pemesanan Satu siklus
Gambar 2.1 Persediaan model back order
Persediaan Q optimal menurut Siagian 2006 didapat dengan mencari turunan pertama persamaan 2.4 terhadap Q dan kemudian disamakan dengan nol,
maka diperoleh:
P S
P C
C DC
C C
L L
Q 2
2 2
2
2.5
Dan jika persamaan 2.4 diturunkan terhadap L yang disamakan dengan nol, diperoleh:
Universitas Sumatera Utara
P C
P
C C
QC L
2.6
Dari 2.5 dan 2.6 diperoleh:
P P
C C
S
C C
C C
DC Q
2
2.7
C P
P S
S
C C
C C
DC L
2
2.8 2.9
Frekuensi pemesanan optimal per tahun:
Q D
F
2.10
Reorder point ROP:
. J
N L
D ROP
t
2.11 dengan:
= jumlah pemesanan optimal = jumlah back order optimal
= jumlah waktu operasi per tahun = ordering cost per pemesanan
= jumlah barang yang dibutuhkan dalam 1 periode = holding cost biaya simpan
= biaya backordering per unit dalam satu periode = total biaya persediaan tahunan
= tingkat persediaan maksimum = lead time
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data