Analisis Kesan Terjemahan AL-QUR’AN Ke Dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil AL-QUR’AN Pada Surah Ali Imran
ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI
IMRAN
SKRIPSI SARJANA O
L E H
NUR INDAH SARI NIM : 090704008
DEPARTEMEN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
ANALISIS KESAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INDONESIA MUSHAF SYAAMIL AL-QUR’AN PADA SURAH ALI IMRAN
SKRIPSI SARJANA DISUSUN
O L E H
NUR INDAH SARI NIM. 090704008
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. M. Husnan Lubis, M.A
NIP.196201161987031003 NIP.19650112199003201 Dra. Fauziah, M.A
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTASILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB MEDAN
(3)
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Ketua,
NIP.19621204198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.
Sekretaris,
NIP.196501121990032001 Dra. Fauziah, M.A.
(4)
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:
Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A
No. Nama Tanda Tangan
Panitia Ujian
1. Dra. Pujiati, M.Soc.sc, Ph.D (...) 2. Dra. Fauziah, M.A (...) 3. Dr. M. Husnan Lubis, M.A (...)
4. Dra. Rahlina Muskar, M.Hum (...) 5. Drs. Bahrum Saleh (...)
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, 30 oktober 2014
(6)
ABSTRAK
Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Syaamil Al-Qur’an adalah salah satu terjemahan Al-Qur’an berupa terjemahan kata perkata yang menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur’an. Di dalam Syaamil Al-Qur’an terdapat kata-kata lazim. Kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di pahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini adalah kata-kata lazim yang berasal dari bahasa Arab yang sudah umum dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesan-kesan pada terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali Imran. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengambil objek pembahasan terjemahan surah Ali Imran pada Syaamil Al-Qur’an. Penelitian ini mengasaskan pada pendapat Newmark dan Nida yaitu teori analisis komponen makna untuk digunakan menganalisis kata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya dari 9 data terssebut terdapat kesan-kesan terjemahan yaitu kesan terjemahan berlebihan, kesan terjemahan kurang, dan kesan terjemahan salah.Terjemahan Syaamil Al-Qur’an lebih cendrung pada kesan terjemahan berlebihan
(7)
ﺓﺭﻭﺻ
ﺕ
ﻱﺭﺟ
ﻱﺩ
ﺓ
,
ﻱﺭﺎﺳ ﻩﺩﻧﺇ ﺭﻭﻧ
2014
ﺔﻳﺳﻳﻧﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻉﺎﺑﻁﻧ ﻹﺍ ﻝﻳﻠﺣﺗ
.
ﻡﻭﻠﻌﻟﺍ ﺔﻳﻠﻛ
:
ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻡﺳﻗ
:
ﻥﺍﺩﻳﻣ
.
ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳﻟﺍ ﻲﻓ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ
ﺔﻳﻠﻣﺎﺷ ﺓﺭﻁﻣﻭﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺔﻳﻧﺎﺳﻧﻹﺍ
ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺕﺎﻣﺟﺭﺗ ﻯﺩﺣﺇ ﻥﻋ ﺓﺭﺎﺑﻋ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ
ﻲﻓ ﻭ
.
ﺔﻳﺳﻳﻧ ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﺡﺭﺗﻘﻣﻟﺍ ﺎﻫﺎﻧﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻙﻠﺗ ﻝﻛ ﻝﺑﺎﻘﺗ ﻭ ﺔﻣﻠﻛﺑ ﺔﻣﻠﻛ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ
ﻑﺎﻳﻁﺃ ﻥﻣ ﺱﺎﻧﻟﺍ ﺔﻣﺎﻋ ﺎﻬﻣﻬﻔﻳ ﺔﻌﺋﺎﺷ ﺔﻓﻭﺭﻌﻣ ﺓﺩﺎﺗﻌﻣ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣﻟﺍ ﺍﺫﻫ
ﺭﻌﻣ ﺔﻳﺑﺭﻋ ﺕﺎﻣﻠﻛ ﻝﻭﺣ ﺭﻭﺩﻳ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻭ
.
ﻊﻣﺗﺟﻣﻟﺍ
ﻭ
ﻭﺩﻧﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺔﻠﺧﺍﺩ ﺱﺎﺳﺃ ﻲﻫﻭ ﺔﻓ
ﻑﺣﺻﻣﻟﺎﺑ ﻡﻳﺭﻛﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻓﺭﻌﻣ ﻰﻟﺇ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﻑﺩﻬﻳ
.
ﺔﻳﺳﻳﻧ
ﺭﻌﻣﻟﺍ ﺔﻳﺑﺭﻌﻟﺍ ﺎﻬﺗﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ﻲﻓ ﺭﻭﻛﺫﻣﻟﺍ
ﻭ
ﺙﺣﺑ ﺓﺫﻔﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻫ
.
ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ ﺓﺭﻭﺳ ﻲﻓ ﺔﻓ
ﻙﺭﺎﻣﻭﻳﻧ ﺞﻬﻧﻣ ﻊﺑﺗﻳ ﻱﺫﻟﺍ ﻲﻔﺻﻭﻟﺍ ﺞﻬﻧﻣﻟﺍ ﻲﻫ ﺎﻬﻳﻓ ﺔﻣﺩﺧﺗﺳﻣﻟﺍ ﺔﻘﻳﺭﻁﻟﺍ ﻭ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﺑﺗﻛﻣ
ﻭ ﺭﺛﻷﺍ ﺔﻳﻠﻣﻋ ﻥﺃ ﻲﻫ ﺙﺣﺑﻟﺍ ﺍﺫﻫ ﺞﺋﺎﺗﻧ ﻥﻣ ﻭ
.
ﺕﺎﻣﻠﻛﻟﺍ ءﺍﺯﺟﺃ ﻝﻳﻠﺣﺗ ﻲﻓ ﺏﺻﻧﻣﻟﺍ ﺍﺩﻳﻧ ﻭ
ﻭﺃ
,
ﻰﻠﻋﻷﺍ ﺩﺣﻟﺍ ﺯﻭﺎﺟﺗ ﺩﻗ ﺭﺛﻷﺍ ﻥﺎﻛﺃ ءﺍﻭﺳ ﺔﻳﻠﺟ ﺓﺭﻫﺎﻅ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ ﻲﻓ ﺭﺛﺄﺗﻟﺍ
ﺩﺋﺍﺯﻟﺍ ﺭﺛﻷﺍ ﻙﻟﺫﺑ ﻡﺳﺗﻳ ﻝﻣﺎﺷﻟﺍ ﻥﺍﺭﻘﻟﺍ ﻑﺣﺻﻣ ﻭ
.
ﺔﺋﻁﺎﺧﺔﻣﺟﺭﺗﻟﺍ ﺔﻳﻠﻣﻋ ﻥﺃ ﻭﺃ
,
ﻰﻧﺩﻷﺍ ﺩﺣﻟﺍ
.
ﺔﻐﻟﺎﺑﻟﺍ ﺔﻣﺟﺭﺗﻟﺍ ﺔﺣﺋﺍﺭ ﻪﻳﻓ ﻭ
(8)
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ Alif - tidak dilambangkan
ﺏ Ba B Be
ﺕ Ta T Te
ﺙ Sa ṡ es (dengan titik di atas)
ﺝ Jim J Je
ﺡ Ha ḥ ha (dengan titik di bawah)
ﺥ kha Kh ka dan ha
ﺩ Dal D De
ﺫ Zal ż zet (dengan titik di atas)
ﺭ Ra R Er
ﺯ Zai Z Zet
ﺱ Sin S Es
ﺵ syin Sy es dan ye
ﺹ Sad ṣ es (dengan titik di bawah)
ﺽ dad ḍ de (dengan titik dibawah)
ﻁ Ta ṭ te (dengan titik di bawah)
ﻅ Za ẓ zet (dengan titik di bawah)
ﻉ `ain ‘ koma terbalik (di atas)
(9)
ﻑ Fa F Ef
ﻕ Qaf Q Ki
ﻙ Kaf K Ka
ﻝ Lam L El
ﻡ mim M Em
ﻥ nun N En
ﻭ waw W We
ﻩ Ha H Ha
ء hamzah ` Apostrof
ﻱ Ya Y Ye
C. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh: ﺔﻣﺩﻘﻣ : muqaddimah
ﺓﺭﻭﻧﻣﻟﺍﺔﻧﻳﺩﻣﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah D. VOKAL
1. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺱﻠﺟ = jalasa Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﻡﺣﺭ = rahima Vokal Tunggal / dammah/ ditulis “u” contoh : ﺏﺗﻛ = kutub 2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻑﻳﻛ = kaifa Vokal rangkap / fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﻝﻭﺣ = haula
(10)
3. Vokal Panjang
Vokal panjang fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻝﺎﻗ= qāla
Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﺭﻳﺭﺣ = ̒harīrun Vokal panjang / dammah/ di tulis “u” contoh: ﻡﻭﺣﺭﻣ =marhūmun E. Hamzah
Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)
Contoh: ﺏﺩﺃ = ‘adabun
ﺔﻣﻷﺍ ﺩﺎﺣﺗﺍ = ittihād al-‘ummah F. Lafzul- Jalalah
Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah
Contoh : ﻟ ﺩﻣﺣﻟﺍditulis : alhamdulillah ﷲ ﺩﺑﻋ ditulis : Abdullah G. Kata Sandang “al-“
1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah.
Contoh : ﻥِﻛﺎَﻣَﻷﺍﺔَﺳﱠﺩَﻘُﻣْﻟﺍ = al-`amâkin al-muqaddasah ُﺔَﺳﺎَﻳﱢﺳﻟﺍُﺔﱠﻳِﻋ ْﺭَﺷﻟﺍ = al-siyâsah al-syar’iyyah
2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.
Contoh : ﻱِﺩ ْﺭ َﻭﺎَﻣْﻟﺍ = al-Mâwardî ﺭَﻫ ْﺯَﻷﺍ = al-`Azhar
ﺓَﺭ ْﻭُﺻْﻧَﻣْﻟﺍ = al-Manshûrah
3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Al-Afgânî adalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca al-Qur`ân al-Karîm.
(11)
DAFTAR SINGKATAN H : Tahun Hijriah
M : Tahun Masehi SM : Sebelum Masehi SH : Sebelum Hijriah Q.S : Al-Qur’an Surah SWT : Subhanahu wa Ta’ala SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam A.s : `Alaihi al-Salam
Ra : Radiyallahu `anhu t.p : Tanpa penerbit t.t : Tanpa tahun
(12)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi umat. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak, amin ya rabbal ‘alamin.
Alhamdulillah, atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “AnalisisKesan Terjemahan Al-Qur’an Ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Harapan penulis adalah semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, 30 Oktober 2013
(13)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini sebagai ungkapan rasa bahagia, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai selesainya skripsi ini, baik itu berupa moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang memimpin organisasi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta Bapak Pembantu Dekan IDr.M. Husnan Lubis, M.A, Bapak Pembantu Dekan II Drs. Syamsul Tarigan dan Bapak Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian M. M.A yang membantu memimpin organisasi Fakultas Ilmu Budaya USU dan memberikan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Bahasa Arab, Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. dan Ibu Dra. Fauziah, M.A.
3. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag
4. Dosen pembimbing I Dr.M. Husnan Lubis, M.A dan Dosen pembimbing IIDra. Fauziah, M.A. Bapak dan Ibu yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Arab USU yang telah mendidik peneliti dan menuangkan ilmunya selama masa perkuliahan. 6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya ayahanda Ramlan Lubis dan
ibunda Sutrisni yang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Terima kasih untuk semua do’a dan dukungan yang telah ayah dan ibu berikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk Ayah dan Ibu di dunia dan akhirat.
(14)
7. Untuk suamiku tercinta mas Heri yang telah memberikan dukungan semangat dan senantiasa mendo’akanku. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk suamiku di dunia dan akhirat serta mengumpulkan kami di surga-Nya.
8. Adik-adikku tercinta, adek Peggy, Bina dan Della serta keponakkanku tersayang Qania yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan pada kakaknya ini. Untuk adik- adek ku tercinta rajin belajar dan ikutilah jejak orang-orang yang sukses dunia dan akhirat, semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah.
9. Terima kasih kakek, nenek, oom dan ibu-ibu ku tercinta, kakek Manan, nenek Saerah, oom Iwan, ibu Sutik, oom Zul, ibu Tini, oom Mardi, ibu Suni, oom Takun, ibu Yanti dan oom Jun yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan.
10.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) yang bersama-sama telah belajar untuk berorganisasi.
11.Teman-temanku tercinta Sastra Arab USU Angkatan 2009 Nurul, Oza, Diah, Pudin, Ciput, Defi, Nazwa, Halimah, Agi, walimah, Budi, An-nur, Rian, Diki, Ali, Halim yang sama-sama telah melewati masa suka dan duka selama masa perkuliahan dan semoga silaturahmi tetap terjaga selamanya.
12.Untuk sahabat-sahabatku yang ada di Hizb kakak Rina, kakak Chyntia, kakak Dewi, kakak Fiza, kakak Lina, kakak Reze, kakak Mimi, Endah, kakak Uci, Shinta, adek Mesra terima kasih atas do’a dan motivasi yang kalian berikan untuk terselesainya penelitian ini.
Penulis berterima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan dan jasa semoga menjadi amalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasannya di hari akhirat. Amin ya Rabb al-‘alamin.
(15)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
PEDOMAN TRANSLITRASI iii
DAFTAR SINGKATAN vi
KATA PENGANTAR vii
UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI x
BAB I . PENDAHULUAN 1 1.1Latar Belakang Masalah 1 1.2Perumusan Masalah 5 1.3Tujuan Penelitian 6 1.4Manfaat Penelitian 6 1.5Metodologi Penelitian 7 BABII.TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Kajian Terdahulu 8 2.2 Kerangka Konsep 9 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 3.1 HASIL 19 3.1.1 Pengenalan 19 3.1.2 Kata Lazim Dan Maknanya Dalam Contoh Ayat Al-Qur’an 20 3.2 PEMBAHASAN 62 3.2.1 Kesan Terjemahan Kata Lazim 62 3.2.1.1 Kesan Terjemahan kata Hakim 62 3.2.1.2 Kesan Terjemahan kata Ayat 64 3.2.1.3 Kesan Terjemahan kata Salam 66 3.2.1.4 Kesan Terjemahan kata Dzalim 67 3.2.1.5 Kesan Terjemahan kata Taqwa 68 3.2.1.6 Kesan Terjemahan kata Amal 70 3.2.1.7 Kesan Terjemahan kata Kafir 72 3.2.1.8 Kesan Terjemahan kata Alim 74 3.2.1.9 Kesan Terjemahan kata Sholeh 77
(16)
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 79
4.1 Kesimpulan 79
4.2Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 81
LAMPIRAN
(17)
ABSTRAK
Nur Indah Sari, 2014. Analisis Kesan Terjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali Imran. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Syaamil Al-Qur’an adalah salah satu terjemahan Al-Qur’an berupa terjemahan kata perkata yang menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur’an. Di dalam Syaamil Al-Qur’an terdapat kata-kata lazim. Kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di pahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini adalah kata-kata lazim yang berasal dari bahasa Arab yang sudah umum dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesan-kesan pada terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali Imran. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengambil objek pembahasan terjemahan surah Ali Imran pada Syaamil Al-Qur’an. Penelitian ini mengasaskan pada pendapat Newmark dan Nida yaitu teori analisis komponen makna untuk digunakan menganalisis kata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya dari 9 data terssebut terdapat kesan-kesan terjemahan yaitu kesan terjemahan berlebihan, kesan terjemahan kurang, dan kesan terjemahan salah.Terjemahan Syaamil Al-Qur’an lebih cendrung pada kesan terjemahan berlebihan
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan penerjemahan secara besar-besaran telah dicanangkan oleh Kongres Bahasa Indonesia pada 1978. Kongres ini memprogramkan akan melaksanakan gerakan tersebut payda awal Pelita III. Kongres tersebut bertujuan untuk menggalakkan penerjemahan dan mewujudkan Bahasa Indonesia sebagai pendukung pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, (Mufid dan Kaseruan, 2007:4).
Penerjemahan tidak dapat dilakukan tanpa penguasaan yang memadai terhadap bahasa asing (bahasa sumber yang diterjemahkan). Kemampuan dan penguasaan terhadap bahasa asing seperti bahasa Arab, harus ditingkatkan dan dikembangkan. Hal ini disebabkan, setiap bangsa dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan bangsa lain dalam segala aspek kehidupan, terutama untuk menyerap informasi dan ilmu pengetahuan, serta teknologi, untuk memperluas cakrawala bangsa sejalan dengan keperluan pembangunan, (Mufid dan Kaseruan, 2007:2)
Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia bermula sejak pertengahan abad 17 (1302 H/1884 M), yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) di Aceh. Kegiatan penerjemahan ini pertama kali dilakukan oleh Abdur Rauf Al-Fansuri dari Singkel, Aceh. Walaupun belum sempurna, terjemahan Abdur Rauf ini merupakan pembuka jalan bagi para penerjemah lain, (Husnan, 2004:9).
Adapun Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW dengan menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan pedoman hukum bagi seluruh
(19)
umat manusia, disamping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya, (Arief, 2012 :98).
Objekkajian dalam penelitian ini adalah Syaamil Qur’an. Syaamil Al-Qur’an adalah salah satu terjemahan Al-Al-Qur’an berupa terjemahan kata perkata.terjemahannya menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur’an serta bentuk kata bahasa Indonesia dan arti kata tersebut diletakkan tepat di bawah kata yang berbahasa Arab. Ia fungsinya yaitu Al-Qur’antarbiyah (pendidikan), maka bagi umat Islam yang belum mengenal ataupun mengetahui bahasa Al-Qur’an, Syaamil Al-Qur’an akan membimbing dan mempermudah dalam menguasai dan memahami kandungan Al-Qur’an. Syamil Al-Qur’an adalah hasil buah kerjasama antara Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI dan CV. Haekal Media Center dalam penerbitannya, (Baihaqi, 2010:6).
Terjemahan Syaamil Al-Qur’andi dalamnya terdapat kata-kata lazim.Adapun pengertian kata lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan; sudah umum : sekarang sudah -- wanita berambut pendek; melazimkan v membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman n kebiasaan (yang sudah umum): memakan sirih merupakan~bagi orang tua-tua kita dulu, (http://artikata1 .blogspot.com/2012/08/pengertian-lazim.html
Kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di pahami oleh masyarakat. Kata-kata lazim dalam kajian ini adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum. Sedangkan kata lazim dalam bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu pengetahuan, dan adat budaya sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan berdasarkan patokan tertentu. Kata-kata lazim terpilih ini seperti kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh . Adapun contoh kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain: kata-kata hakim, salam, dan ayat.
).
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6
(20)
/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul
ḥakīmu/ ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
58 ( /żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah (kisah 'Isa),
kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh UhikmahU’, (Ali ‘Imran : 58)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
19 (
/’innad dīna ʻindallahil UislāmuU wa makhtalafal lażīna ūtul kitāba illa min baʻdi
mā jā´ahumul ʻilmu bagyā bainahum wa man yakfur bi´āyātillahi fa´innallahi sarīʻul ḥisābi/ ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah UIslamU.
tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya’, (Ali ‘Imran : 19)
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
83 (
/’afagaira dīnillahi yabgūna wa lahu, UaslamaU man fīs samāwāti wal arḍi ṭauʻān
wakarhān wa ilaihi yarjaʻun/’Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah Umenyerahkan diriU segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan’, (Ali ‘Imran : 83)
U
U
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
58 ( /żālika natlūhu ʻalaika minal ´UayātiU ważżikril ḥakīmi/’Demikianlah (kisah 'Isa),
kami membacakannya kepada kamu sebagian dari Ubukti-buktiU (kerasulannya) dan
(membacakan) Al-Quran yang penuh hikmah’, (Ali ‘Imran : 58)
UU
(21)
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
97 (
/ fīhi U´āyātumU maqāmu ibrāhīm wa man dakhalahu kāna ´āminan walillahi ʻala
annāsi ḥijjul baiti manistaṭāʻa ilaihi sabīlan wa man kafara fa´innallaha ganiyyun ´anil ʻālamīna/’Padanya terdapat Utanda-tandaU yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam’, (Ali ‘Imran : 97)
Kata hakim dalam surah Ali ‘Imran ayat 6 bermakna Maha bijaksanadan dalam ayat 58 bermakna hikmah.Kata salampada surah Ali ‘Imran ayat 19 bermakna Islamdan dalam ayat 83 bermakna menyerahkan diri.Kata ayat dalam surah Ali ‘Imran ayat 58 bermakna bukti-bukti, dan dalam ayat 97 bermakna tanda-tanda. Contoh yang dipaparkan terdapat perbedaan makna kata yang menimbulkan kesan terjemahan yang berbeda antara satu dengan yang lain pada kata yang sama.
Oleh karena itu, perlu satu analisis kesan terjemahan, apakah terjemahan tersebut mengalami kesan terjemahan makna berlebihan/meluas, kesan terjemahan makna menyempit/kurang, kesan terjemahan makna kata salah atau kesan terjemahan taksa/ambigu.
Kesan terjemahan disini maksudnya adalah pembahasan yang berkaitan dengan hasil terjemahan itu sendiri. Adapun kesan-kesan terjemahan tersebut antara lain :
a. Kesan Terjemahan Berlebihan
Ialah berlaku apabila terdapat maklumat atau pesan sampingan yang ditambahatau bertambah dalam teks sasaran dibandingkan dengan maklumat atau pesan yang terdapat dalam teks bahasa sumber.Perkara ini mungkin berlaku atau dilakukan oleh penterjemahan untuk menyesuaikannya dengan keperilahan keadaan pembaca teks sasaran.
(22)
’, (Ali ‘Imran : 6) b. Kesan Terjemahan Kurang
Ialah hasil penterjemahan yang di dalamnya terdapat penghilangan makna teks sumber. Penghilangan ini kadang-kadang tidak dapat dihindarkan, hal ini mungkin karena tuntutan dari bahasa sasaran ini sendiri sehingga berlaku pengurangan terhadap makna teks sumber dalam teks bahasa sasaran.
c. Kesan Terjemahan Taksa
Ialah kesan apabila susunan ayat sesuatu teks sasaran atau kata yang memberikan tafsiran lebih dari satu pemahaman. Ia juga boleh berlaku pada peringkat kata dan sintaksis
d. Kesan Terjemahan Salah
Ialah hasil terjemahan yang gagal mengeluarkan dan melahirkan makna atau pesan yang sebenarnya daripada teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Terjemahan salah merupakan hasil terjemahan yang sama meninggalkan kesan terjemahan karena ia memberikan tafsiran pesan yang menyeleweng dari maklumat asal yang terdapat dalam teks bahasa sumber.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis merasa sangat perlu untuk meneliti dan menganalisis Kesan Terjemahan dalam Terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran.
1.2 Masalah Kajian
(23)
1. Kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran, masih belum diketahui jumlah kata-katanya?
2. Kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim terpilih Surah Ali ‘Imran, masih belum diketahui berapa jumlahnya?
3. Penterjemahan satu kata yang sama tidak konsisten dalam menterjemahkannya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mendata kata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
2. Untuk mengetahui kesan-kesan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran.
3. Untuk mengetahui alasan kenapa tidak konsisten dalam menterjemahkan satu kata yang sama.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diraih dari penelitian ini adalah : 1. Diketahui kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam
bahasa Indonesia pada Mushaf Syaamil Al-Qur’an dalam surah Ali ‘Imran.
2. Diketahui kesan yang ada pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran, sehingga tidak lagi muncul keraguan terkait kesan terjemahan pada Syaamil Al-Qur’an.
(24)
3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran. 2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.
3. Klasifikasi data
4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji. 5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:
- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran
6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).
BAB II
(25)
3. Diketahui alasan ketidakkonsistenan penterjemahan satu kata yang sama yaitu adanya konteks situasi pada kata yang diterjemahkan.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah terjemahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan menggambarkan tentang hal-hal yang teliti.Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendata kata-kata lazim terpilih dalam surah Ali ‘Imran. 2. Mencari makna kata-kata lazim terpilih.
3. Klasifikasi data
4. Menentukan data kata-kata lazim yang layak di kaji. 5. Kata-kata lazim terpilih seperti dalam 1.3 yaitu:
- Mendatakata-kata lazim terpilih yang mana-mana saja pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran.
- Mendata kesan-kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih dalam Surah Ali ‘Imran
6. Dan menyusunnya dalam bentuk laporan karya ilmiah (Skripsi).
BAB II
(26)
2.1Kajian Terdahulu
Penelitian dan tulisan tentang terjemahan sudah banyak dikaji dan diteliti oleh para peneliti, baik para mahasiswa ataupun dosen, terutama beberapa Mahasiswa dan Dosen Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara (USU) antara lain :
a. Saiful Bahri Sidabalok (2010) dengan judul Analisis Teknik Penerjemahan Surah Al Kahfi Sebagai Penjabaran Ekuiavalensi Pada Al-Qur’an Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia. Penelitian ini membahas tentang pemakaian atau penerapan prosedur ekuivalensi dalam terjemahan surah Al Kahfi pada Al-Qur’an terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia, yang telah ditashih oleh dewan pentashih Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, serta membahas ketepatan makna dari hasil terjemahan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua teknik dan pola penerjemahan yang ada pada Prosedur Ekuivalensi dipakai dalam penerjemahan surah Al KahfiAl-Qur’an terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, kecuali satu pola, yakni pola Kt F=F1[Kt=F2(Kt +Kt)]. Secara keseluruhan, pemakaian teknik dan pola penerjemahan penjabaran Prosedur ekuivalensi dalam terjemahan surah Al Kahfi tersebut terdapat pada 215 tempat.
b. Baihaqi Hasibuan (2010) dengan judul Analisis Prosedur Transfer Dalam Terjemahan Surah Al Baqarah Pada Syamil Al-Qur’an. Penelitian ini membahas tentang cara atau proses penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-quran menurut prosedur transfer serta menilik seberapa konsistenkah prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an dan konsistensi prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terdapat 54 data yang berupa terjemahan menurut prosedur transfer yang terdiri dari kata,
(27)
frase, dan juga kalimat. Dan adanya ketidak konsistenan prosedur transfer dalam penerjemahan surah Al Baqarah pada Syamil Al-Qur’an.
c. M.Husnan Lubis (2004) dengan judul Pemilihan Kata Bahasa Indonesia Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia : Analisis Perbandingan Dan Strategi Penerjemahan. Tujuan penelitian ini membandingkan tiga teks terjemahan Al-Qur’an secara umum. Adapun tiga teks terjemahan yang dimaksud : pertama, Mahmud Yunus. Kedua, Departemen Agama RI. Ketiga, Hamka.
Sejauh yang diketahui penulis hingga saat ini, belum ada satu kajian yang ditulis oleh pihak manapun tentang analisis kesan terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada Surah Ali ‘Imran.
2.2 Kerangka Konsep
Menterjemahkan adalah pekerjaan yang melibatkan sekumpulan teori atau ilmu, tetapi kemampuan menterjemahkan dengan baik adalah seni. Menterjemahkan, dengan demikian adalah keterampilan yang melibatkan lebih banyak seni (bakat) daripada upaya dan teori. Oleh sebab itu, penterjemahan sangat bergantung pada rasa kebahasaan seseorang. Rasa bahasa ini berbeda pada satu individu dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain, kepandaian menterjemahkan lebih merupakan suatu yang “diberikan” daripada yang “diperoleh”, (Mufid dan Kaseruan, 2007:5-6).
Namun demikian, kita tidak dibenarkan menafikan upaya, latihan, dan teori-teori tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan rasa bahasa seseorang, jika tidak dibareng dengan latihan, praktik yang terus-menerus dan berkelanjutan, dan teori (meski tanpa disadari), maka sulit kita bayangkan dia akan menjadi penerjemah yang baik. Jadi, keduanya yaitu bakat dan latihan yang baik adalah sama pentingnya, (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).
Menurut kamus ﻡﻼﻋﻷﺍ ﻲﻓ ﺪﺠﻨﻤﻟﺍedisi 1986 dalam Mufid (2007 : 6) disebutkan bahwa:
(28)
,
ﻪﻨﻋ ﻢﺟﺮﺗ
,
ﻰﻛﺮﺘﻟﺍ ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻪﻠﻘﻧ ْﻱﺃ ﺔﻴﻛﺮﺘﻟﺎﺑ ﻪﻤﺟﺮﺗ
:
َﺮﺧﺍ ﻥﺎﺴﻠﺑ ُﻩﺮﺴﻓ
:
ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻢﺟﺮﺗ
ﺮﻴﺴﻔﺘﻟﺍ
:
ِﻢﺣﺍﺮﺘﻟﺍ ﺝ ﺔﻤﺟﺮﺘﻟﺍ
,
ُﻩﺮﻣﺃ ﺢﺿﻭﺃ
./tarjamal kalama : fassarahu bilisảnin ảkhara : tarjamahu bitturkiyati ai naqalahu ilal lisảni atturkiyyi, tarjama ‘anhu, auḍaḥa amrahu, attarjamatu jama’ attarảjimu : attafsỉru’ / Menerjemahkan kalimat : menafsirkannya dengan bahasa lain : terjemah bahasa Turki berarti memindahkannya kepada lisan orang Turki, menerjemahkannya, menjelaskan perkaranya, ‘at-tarjamatu’ bentuk jamaknya’at-tarājimu’ ; ‘at-tafsiru’ (menafsirkan), (Mufid dan Kaseruan, 2007:6).
Adapun secara terminologis, menerjemah didefinisikan sebagai berikut :
ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻰﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ
/Atta’biru ‘an ma’na kalami fi lughati bikalami akhiri min lughati ukhra ma’al wafāi bijami’i ma’ānīhi / menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu, (Syihabuddin, 2002 : 7).Secara etimologis kata terjemah digunakan untuk mengacu pada empat makna. Pertama, berarti menyampaikan pembicaraan kepada orang lain yang pembicaraan tersebut tidak sampai kepadanya. Kedua, berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa yang sama dengan bahasa pembicaraan itu. Ketiga, berarti menafsirkan pembicaraan dengan bahasa bukan bahasa pembicaraan, dan yang Keempat, berarti proses pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Perlu dibedakan pula antara kata penerjemahan dan terjemahan sebagai padanan dari translation. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan, (Syihabuddin, 2002 :6-7).
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Meskipun sangat tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan dewasa ini, disini akan disoroti dua definisi saja sebagai pijakan memasuki pembahasan, (Rochayah, 2009:25)
Menurut Newmark, (1981) dalam Husnan, (2010 : 3) , memberikan definisi penterjemahan adalah proses penggantian pesan atau pernyataan secara
(29)
tertulis dalam satu bahasa. Pesan dalam bahasa sumber itu harus sama dengan pesan yang sudah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran untuk menggantikan pasan atau pernyataan yang telah ada.
Berdasarkan definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan atau amanat dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa penerima dengan padanan yang paling dekat dan wajar.
Proses terjemahan dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu memahami makna nash sumber, mengungkapkan pemahaman tersebut di dalam nash penerima, dan menyusun kembali hasil pengungkapan tersebut agar sesuai dengan karateristik nash penerima. Pada tahap pengungkapan ini penerjemah menggunakan metode, prosedur, dan teknik penerjemahan. Ketiga cara tersebut berinteraksi secara intensif dalam mengungkapkan dan mereproduksi amanat nash sumber, sehingga diperolehlah padanan yang wajar di dalam nash penerima, (Syihabuddin, 2002: 77).
Menurut E.Sadtono, (1985) menyatakan bahwa setiap proses penerjemahan memiliki tujuan. Adapun tujuan-tujuan penerjemahan antara lain :
1. Untuk menyampaikan berita, informasi dan pesan dari bahasa sumber dalam bentuk bahasa penerima. Akan tetapi, dalam menyampaikan berita melalui bahasa penerima, diperlukan tata bahasa dan pebendaharaan kata. 2. Untuk menghasilkan suatu karya terjemahan dari bahasa sumber dengan
membawa makna yang sepadan pada bahasa penerima. 3. Untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.
Terjemahan adalah merupakan produk yang didapati darimenterjemahkan fakta yang tersimpan dalam suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran. Oleh karena itu, beberapa masalah pasti akan timbul sebagai akibat dari kegiatan penerjemahan tersebut. Setiap usaha penerjemahan mengakibatkan sedikit banyaknya terjadi penghilangan makna, penggantian makna, penambahan makna
(30)
atau penafsiran makna. Perkara-perkara seperti itu muncul disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, (Husnan, 2008:4).
Penterjemahan merupakan proses atau rangkuman kegiatan pemindahan sesuatu ide atau proses memahami pesan makna, maksud atau fikiran yang terkandung dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran harus mengikuti kaedah bahasa sasaran. Penerjemahan tersebut bertujuan untuk menghasilkan kesan yang sama atau hampir sama kepada pembacanya dengan kesan yang didapat oleh pembaca bahasa teks aslinya, (Husnan, 2008:7).
Kegiatan penerjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan dengan teori. Adapun kerangka teori tentang kesan terjemahan yang digunakan antara lain:
1. Newmark, (1992) dalam Husnan (2008:10 )yaitu :
• Kaedah terjemahan yang sesuai dengan teks yaitu terjemahan komunikatif dan terjemahan semantik.
• Terjemahan perlu menghasilkan kesan yang sama kepada pembaca seperti kesan penulis bahasa sumber.
• Terjemahan perlu menghasilkan setepat mungkin rangkuman makna penulis bahasa sumber.
• Terjemahan yang bersifat informatif bukan ekspresif, pembaca harus diberi penjelasan tambahan untuk memahaminya dan juga terjemahan itu harus menggunakan kata yang ada.
2. Nida, (1964) dalam Husnan (2008:10), yaitu :
• Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya bahasa sasaran. Terjemahan yang berupa Dinamik ialah terjemahan yang memberikan penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi kandungan teks asli dengan teks bahasa sasaran.
• Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, yaitu kepadanan Formal dan kepadanan Dinamik.
(31)
Pendapat Newmark dan Nida tersebut mengasaskan pada teori analisis komponen makna untuk digunakan menganalisis kata. Maka, kesan terjemahan dapat kita lihat melalui analisis Komponen Makna. Tentang perubahan-perubahan makna dapat dilihat dari sifat perubahan makna-makna dalam terjemahan kata bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia mengalami terjemahan makna berlebihan/meluas, terjemahan makna menyempit/kurang, terjemahan makna kata salah atau terjemahan taksa/ambigu ?. Untuk memastikan semua itu, dengan menggunakan kaedah atau teori analisis komponen makna, (dalam kutipan Husnan, 2008:26).
Komponen Makna atau Komponen Semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain. Pengertian komponen ialah keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda,
Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu-persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpama kata ayah yang memikili komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /-betina/, /+kawin/, dan /-melahirkan anak/; dan kata ibu memiliki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /-jantan/, /+betina/, /+kawin/, dan /+melahirkan anak/. Kalau dibandingkan komponen kata ayah dan ibu adalah kelihatan sebagai bagan berikut:
(http//www.sciencehacker2991.wordpress.com/komponenmakna(semantikba -hasaIndonesia)/.
(32)
1. Manusia 2. Dewasa 3. Jantan 4. betina 5. Kawin
6. Melahirkan anak
+ + + - + -
+ + - + + +
Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan bentuk-bentuk yang bersinonim. Umpamanya, kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim dalam bahasa Indonesia. Tetapi, maknanya tidak persis sama. Oleh karena itu, kata ayah dan bapak pun, meskipun bersinonim tentu ada perbedaan maknanya. Dimanakah letak bedanya itu ? kalau kita analisis komponen makna yang dimiliki kata ayah dan bapak akan terlihat sebagai berikut:
Komponen makna Ayah Bapak 1. Manusia
2. Dewasa
3. Sapaan kepada orang tua laki-laki 4. Sapaan kepada orang yang
dihormati
+ + +
-
+ + +
+
Dari bagan itu kelihatan bahwa kata ayah dan bapak sama-sama memiliki komponen makna 1 sampai 3 ; bedanya, kata ayah tidak memiliki komponen 4, sedangkan kata bapak memiliki komponen makna itu. Dengan demikian, kita bisa melihat beda makna kata ayah dan bapak yang hakiki, yang menyebabkan kata bapak dalam ujaran tersebut, tidak dapat ditukar dengan kata ayah,, (Chaer,2003:318-321)
Dalam kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan. Menurut Wikipedia, penerjemahan diartikan suatu aktivitas yang terdiri dari menafsirkan
(33)
makna teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dan membuat teks yang baru yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasaran),
Problematika kesulitan dalam penerjemahan adalah pada pencarian padanan atau ekuivalensi yang sesuai antara bahasa sumber dan bahasa penerima, sehingga dituntut kegiatan penerjemahan yang lebih memahami pada tataran tersebut, agar menghasilkan terjemahan yang tepat. Karena masalah padanan merupakan bagian inti dari teori penerjemahan. Dan praktek menerjemahkan sebagai realisasi dari proses penerjemahan selalu melibatkan pencarian padanan,
Pemilihan padanan bagi kata-kata yang sesuai dalam bahasa sasaran perlu meneliti fungsi semantik disekeliling kata-kata tersebut melalui konteks dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pentingnya konteks dalam penggunaan suatu kata untuk mengenal pasti fungsi semantiknya dalam ayat dapat diperlihatkan, (Husnan, 2008:122)
(http://www.kom -pasiana.com/ padanandalam terjemahan/)
Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski (1923: 307) dalam blog www.miftahnugroho.wordpress.comdengan sebutan konteks situasi. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah ini “Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context situation (Persis seperti dalam realitas bahasa lisan atau tertulis, kata tanpa konteks linguistik adalah isapan jempol belaka dan berdiri untuk apa-apa dengan sendirinya, sehingga dalam realitas yang diucapkan, ucapan tidak ada artinya kecuali dalam situasi konteks)”, -atik/).
Ketika pertama kali Malinowski mengembangkan pandangan-pandangannya ini, dia mempunyai pikiran bahwa kita membutuhkan konsep konteks situasi hanya jika kita sedang mempelajari suatu bahasa yang primitif, bahasa budaya yang tak tertulis, tetapi kita tidak akan membutuhkan konsep-konsep semacam itu untuk pemerian bahasa suatu peradaban yang sudah maju. Akan tetapi, setelah lebih kurang sepuluh tahun kemudian, dia keliru pada
(34)
kesimpulan gagasan umum tentang konteks situasi untuk pemahaman bahasa Inggris atau bahasa besar lainnya sama perlunya sebagaimana untuk pemahaman bahasa kiriwinia. Masalahnya hanyalah bahwa konteks budayanya yang khas untuk setiap kelompok masyarakat di setiap tingkat perkembangan, (Ruqaiya, 1992:9-10)
Ada seorang ahli bahasa yang menjadi koleganya yaitu J.R Firth. Firth tertarik pada latar belakang budaya bahasa dan ia mengambil alih pemikiran Malinowski tentang konteks situasi dan memasukkannya ke dalam teori kebahasaannya sendiri, (Ruqaiya, 1992:10)
Meskipun demikian, dalam arti tertentu Firth menemukan bahwa pemikiran Malinowski tentang konteks situasi, tidak begitu lengkap untuk tujuan-tujuan kebahasaan, sebab pandangannya belum cukup umum. Malinowski berkepentingan dengan kajian teks-teks tertentu, dan karenanya pandangannya tentang konteks situasi dirancang untuk menjelaskan dan merinci makna contoh-contoh tertentu dalam pemakaian bahasa. Untuk itulah Firth membuat suatu kerangka untuk konteks situasi yang dapat digunakan untuk kajian teks sebagai bagian dari teori kebahasaan umum, (Ruqaiya, 1992:10-11)
Pokok-pokok pandangan Firth adalah sebagai berikut :
• Pelibat (participants) dalam situasi : yang dimaksud Firth ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang sepadan dengan yang disebut oleh para sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat;
• Tindakan Pelibat : hal yang sedang mereka lakukan, meliputi baik tindakan tutur (verbal action) maupun tindakan yang bukan tutur (non verbal action); • Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan : benda-benda dan
kejadian-kejadiansekitar sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung;
(35)
• Dampak-dampak tindakan tutur: bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi, (Ruqaiya, 1992:11)
Dalam analisis teks, terdapat pedoman yang dapat kita manfaaatkan yaitu kerangka konseptual konteks situasi yang sederhana dengan tiga pokok bahasan antara lain:
1. Medan wacana menunjukan pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung
2. Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peran apa yang terdapat diantara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.
3. Sarana wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu: organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya) dan juga mode retoriknya, (Ruqaiya, 1992:16)
Dapat di ringkas bahwa kerangka teori Firth dan Malinowski dalam Husnan (2008:11) tentang keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan, yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang seperti berikut :
• Ciri-ciri relevan mengenai peserta, orang, kepribadiannya. a. Gerak ujaran si peserta.
b. Gerak bukan ujaran si peserta. • Objek-objek yang relevan.
(36)
Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterpretasikan sesuatu maksud atau pesan, konteks keperihalan keadaan budaya dan aspek praktik kehidupan seharian perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian, makna suatu kata ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan tersebut. Dalam hal ini penerjemah harus menimbang kesan perkataan terhadap semua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi, (Husnan, 2008:11).
Dari beberapa teori yang diterangkan di atas. Maka dalam kajian ini, teori yang sesuai adalah teori Newmark dan Nida yang mengasaskan pada teori analisis komponen makna untuk digunakan menganalisis kata dan teori Firth dan Malinowski dapat digunakan untuk menganalisis keperihalan keadaan pada makna kata tersebut.
(37)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
3.1.1 Pengenalan
Pengertian lazim adalah sudah biasa; sudah menjadi kebiasaan; sudah umum (terdapat, terjadi, dilakukan, dsb): sekarang sudah -- wanita berambut pendek; melazimkan; membuat supaya lazim; membiasakan; kelaziman dan kebiasaan (yang sudah umum): memakan sirih merupakan ~ bagi orang tua-tua kita dul
Lazim, maksudnya bahwa kelompok kata atau pengelompokan kata seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan dalam bahasa Indonesia. Misalnya: kata besar, agung, raya, tinggi dapat dikatakan sinonim, hampir bersamaan atau hampir sama makna mereka. Kita dapat mengatakan hariraya, haribesar (tepat dan lazim). Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan haritinggi. Apalagi jaksaagung diganti dengan jaksa raya ( tidak saksama dan tidak lazim ), com /2012/08/bab-iii -ragam-dan-pilihan-kata.html)
Dengan kata lain, kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat dipahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini kata-kata lazim yang berasal dari bahasa Arab dan sudah umum dalam bahasa Indonesia, sehingga makna katanya sudah dipahami oleh khalayak ramai/masyarakat umum. Pada bidang ilmu khusus seperti ilmu Agama, ilmu pengetahuan, dan adat budaya kata-kata lazim ini harus sesuai dengan pengertian yang sudah ditentukan berdasarkan patokan tersebut. Contoh-contoh yang akan dijadikan objek kajian adalah ayat-ayat Al-Qur’an pada surah Ali ‘Imran. Adapun kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain : kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh .
(38)
3.1.2 Kata Lazim Dan Maknanya Dalam Contoh Ayat Al-Qur’an
Kata-kata lazim yang peneliti pilih antara lain : kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh sebagai berikut :
3.1.2.1Kata Lazim Hakim
Kata Hakim yang terdapat pada surah Ali-Imran antara lain:
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 6:
(
/huwal lażī yuṣawwirukum fil arḥāmi kaifa yusyā’u lā ilāha illa huwal ʻazīzul
U
ḥakīmu/U ‘Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia
kehendaki. Tiada tuhan selain Dia. Yang Maha perkasa, UMaha bijaksanaU’, ( Ali
‘Imran : 6)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (18 :
/ syahidallahu ´annahu, lā ilāha ilā huwa walmalāikatu wa ūlūl ilmi qāimām bilqisṭi lā ilāha ilā huwal ʻazīzul ḥakīmu/’Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa, UMaha
BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran : 18)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
(23 :
/ alam tara ilāl lażīna ūtū naṣībān minal kitābi yud´auna ilā kitābillahi liyaḥkumi bainahuma ṡumma yatawalā farīqum minhum wahum muʻri ḍuna/ ‘Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian kitab (Taurat)? mereka diajak (berpegang) pada Kitab Allah untuk Umemutuskan U(perkara)
diantara mereka. Kemudian sebagian dari mereka berpaling seraya menolak kebenaran’, ( Ali imran : 23)
(39)
UU
ﺍ)
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝ 55
(
/iż qālallahu yāʻīsā innī mutawaffīka warāfiʻuka illā wa mu ṭahhiruka minal lażīna kafarū wa jāʻilul lażīnat tabaʻūka fauqa lażīna kafarū illā yaumil qiyāmati ṡumma illā marjiʻukum fa´ UahkumuU bainakum fīmā kuntum fīhi
takhtalifūn / ‘(ingatlah), ketika Allah berfirman: "wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri
U
keputusan Utentang apa yang kamu perselisihkan’, (Ali imran : 55)
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
: 58 ( /żālika natlūhu ʻalaika minal ayāti ważżikril UhakīmiU/ ‘Demikianlah kami bacakan
kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh UhikmahU’,
( Ali ‘Imran : 58)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) ( 62
/´inna hażā lahuwal qaṣaṣul ḥaqqu wa mā min ´ilāhin ´illallahu wa ´innallaha lahuwal ʻazīzul ḥakīmu/ ‘sungguh, ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah Maha Perkasa, UMaha BijaksanaU’, ( Ali ‘Imran :
62)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
9 7 (
/mā kāna libasyarin ´an yu´tiyahullahul kitāba wa ḥukma wan nubuwwahu ṡumma yaqūla linnāsi kūnū ʻibādan illa min dūnillahi wa lākin kūnū rabbāniyyinanimā kuntum tuʻallimūnal kitāba wa bimā kuntum tudrusūna/’Tidak
(40)
mungkin bagi seseorang manusia yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) 126
(
/ wa mā jaʻalahu allahu ´illa busyrā lakum wa lita ṭma´inna qulūbukum bihi wa mān naṣru ´ila min ʻindi allahil ʻazīzil ḥakīmi/’Dan Allah tidak menjadikan (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar hatimu tenang karenanya. dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah yang Maha Perkasa lagi UMaha Bijaksana’U , ( Ali ‘Imran :
126)
Data-data yang di atas dapat diklasifikasikan bahwa kata lazim Hakim memiliki 8 data ayat.Dari 6 data tersebut ada 4 kata yang bermakna Maha Bijaksana dan ada 2 kata bermakna Hikmah serta ada 2 kata yang bermakna Memutuskan/ Keputusan. Data kata lazim Hakim yang layak untuk dikaji dalam penelitian ini yaitu yang bermakna Maha Bijaksana, Hikmah dan Memutuskan/ Keputusan.
3.1.2.2Kata Lazim Azab
Kata Azab yang terdapatpada surah Ali-Imran antara lain:
UU
ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ)
: (4 /min qablu hudal linnāsi wa furqāna ´innal lażīna kafarū bi´ayātillahi lahum ʻażābun syadīdun wallahu ʻazīzun żūn tiqāmin/ ‘Sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh UazabU yang berat. Allah
Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman’, ( Ali ‘Imran : 4)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (16
/alażīna yaqūlūnā rabbanā ´innanā ´āmanna fagfirlanā żunūbanā waqinā
(41)
benar-benar beriman, Maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembahku bukan penyembah Allah", tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya’, ( Ali ‘Imran : 79)
azab neraka" ‘, ( Ali ‘Imran : 16)
UU
: ﻥﺍﺮﻤﻋ ﻝﺍ) (21
/´innal lażīna yakfurūna bi´ayātillahi wa yaqtulūna annabiyyina bigairi ḥaqqin wa yaqtulūna lażīna ya´murūna bilqisṭi minan nāsi fabasysyirhum biʻażābi
´alīmin/’Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira, yaitu
U
azabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 21)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 56
(
56. /fa´ammāl lażīna kafarū fa´uʻażżibuhum ʻażāban syadīdan fīd dunyā wal ´akhirati wa mā lahum min nāṣirīna/ ‘Maka adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku azab mereka dengan Uazab Uyang sangat keras di dunia dan di
akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 56)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 77
(
/ ´innal lażīna yusytarūna biʻibahdillahi wa´aimānihim ṡamanan qalīlan ´ulā´ika lā khalāqa lahum fīl ´akhirati wa lā yukallimuhum allahu wa lā yanẓuru ´ilaihim yaumal qiyāmati wa lā yuzakkīhim wa lahum ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 77)
UU
ﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 91
(42)
/´innal lażīna kafarū wa mātū wahum kaffārun falan yuqbala min ´aḥadihim mil´ul ´arḍi żahabāan walawi aftadā bihi, ´ulā´ika lahum ʻażābun ´alīmun wa ma lahum min nāṣirīna/ ‘Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka, sekalipun (berupa) amas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong’, ( Ali ‘Imran : 91)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 105
(
/ wa lā takūnū kallażīna tafarraqū wakhtalafū mim baʻdi ma jā´ahumul bayyinātu wa ´ulā´ika lahum ʻażābun ʻaẓīmun/ ‘Dan janganlah kamu menjadi seperti orang -orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat UazabU yang
berat’, ( Ali ‘Imran : 105)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
106 (
/yaumal tabyaḍḍu wujūhu wataswaddu wujūhun fa´ammāl lażīna aswaddat wujūhuhum akfartum baʻda ´īmānikum fażūqūl ʻażāba bimā kuntum takfurūna/ ‘Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): "mengapa kamu kafir setelah beriman? karena itu rasakanlah UazabU
disebabkan kekafiranmu itu" ‘, ( Ali ‘Imran : 106)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
128 (
/laisa laka minal ´amri sya´un ´auyatūba ʻalahim ´au yuʻażżibahum fa´innahum ẓālimūna/ ‘Itu bukan urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka atau UmengazabnyaU karena sesungguhnya mereka orang-orang dzalim’,
(Ali ‘Imran : 128)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
129 (
/ wa lillahi mā fīs samāwāti wa mā fīl ´arḍi yagfiru liman yasyā´u wa yuʻażżibu
man yasyā´u wallahu gafūrur raḥīmun/ ‘Dan milik Allah-lah apa yang yang ada
(43)
dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha pengampun, Maha penyayang’, ( Ali ‘Imran : 129)
U
U
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) 176
(
/ wa lā yaḥzunakal lażīna yusāriʻūna fīl kufti ´innahum lan ya ḍurrūllahu syai´an yurīdu allahu´allā yujʻala lahum ḥaẓẓan fīl ´akhirati walahum ʻażābun ʻa ẓīmun/ ‘Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, sesungguhnya sedikitpun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat UazabU yang besar’, ( Ali ‘Imran : 176)
UU
ﻝﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ 177 (
/ ´innal lażīna asytarawūl kufra bil´imāni lan yaḍurrūllahu syai´an wa lahum
ʻażābun ´alīmun/ ‘Sesungguhnyaorang-orang yang membeli kekafiran dengan
iman, sedikitpun tidak merugikan Allah, dan mereka akan mendapat UazabU yang
pedih’, ( Ali ‘Imran : 177)
UU
ﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝ 178
(
/wa lā yaḥsabanna lażīna kafarū ´annamā numlī lahum khairul li´anfusihim ´innamā humlī lahum liyazdādū ´iṡmān wa lahum ʻażābum muhīnun/ ‘Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnyatenggang waktu yang kami berikan kepada merekahanyalah agar dosa mereka semakin bertambah, dan mereka akan mendapat UazabUyang menghinakan’, ( Ali ‘Imran :
178)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
181 (
/ laqad samiʻallahu qaulal lażīna qālū ´innallahu faqīrun wa na ḥnu ´agniyā´u sanaktubu mā qālū waqatlahumul ´anbiyā´a bigairi ḥaqqin wa naqūlu żūqū ʻażābal ḥarīqi/ ‘Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan :”sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh
(44)
nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar, dan kami akan mengtakan (kepada mereka) : “rasakanlah olehmu azab yang membakar” ‘, (Ali ‘Imran :181)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ) (188
/ lā tuḥsabannal lażīna yafraḥūna bimā ´atūw wa yuḥibbūna ´an yuḥmadū bimā lam yafʻalū falā ta ḥsabannahum bimafāzatim minal ʻażābi wa lahum ʻażābun
´alīmun/ ‘Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira
dengan apa yang mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat UazabU yang pedih’, ( Ali ‘Imran : 188)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
191 (
/ alażīna yażkurūna allahu qiyamā wa quʻudan wa ʻalā junūnihim
wayatafakkarūna fī khalqis samāwāti wal ´arḍi rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilān sunḥānaka faqinā ʻażāban nāri/ ‘(yaitu) orang -orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata). “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci Engkau, lindungilah kami dari UazabU
neraka” ‘, ( Ali ‘Imran : 191)
Contoh data yang di atas dapatdiklasifikasikan bahwa kata lazim Azab memiliki 15 data ayat.Kata lazim Azab ini hanya memiliki satu makna kata yaitu Azab. Karena kata ini konsisten terhadap makna asalnya, maka kata lazim Azab ini tidak masuk dalam kajian dalam penelitian.
3.1.2.3Kata Lazim Ayat
Kata Ayat yang terdapat pada surah Ali-Imran antara lain:
U
U
ﻝﺍ)
:ﻥﺍﺭﻣﻋ 4 (
(45)
/ min qablu hudal linnāsi wa furqāna ´innal lażīna kafarū bi´ayātillahi lahum ʻażābun syadīdun wallahu ʻazīzun żūn tiqāmin/ ‘Sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Maha Perkasa lagi mempunyai hukuman’, ( Ali ‘Imran : 4)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
7 (
/ huwal lażīna ´anzala ʻalaikal kitāba minhu ´ayātum muḥkamātun hunna ´ummul kitābi wa ´ukharu mutasyābihātun fa´ammāl lażīna fī qulūbihim zaigun fayatabiʻūna mā tasyābaha minhu abtigā´al fitnati wab tigā´a ta´wīlihi, wa mā yaʻlamu ta´wīlihi,´illallahu war rāsikhuūna fīl ʻilmi yaqūlūna ´āmannā bihi, kullum min ʻindi rabbinā wa mā yażżakkaru ´illā ´ūlūl ´albābi/ ‘Dialah yang menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Diantaranya ada U
ayat-ayat Umuhkamāt, itulah pokok-pokok kitab (Al-Qur’an) dan yang mutasyābihāt.
Adapun orang-orang yang condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyābihāt untuk mencari-cari fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, kami beriman kepadanya ( Al-Qur’an) semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal’, ( Ali ‘Imran : 7)
UU
:ﻥﺍﺭﻣﻋ ﻝﺍ)
11 (
/kada´bi ´āli firʻuna wal lażīna min qablihim każżbū bi´ayātinā fa´akhażahumullahu biżunūnihim wallahu syadīdul ʻiqābi/ ‘(keadaan mereka) seperti keadaan pengingkut Fir'aun dan orang-orang yang sebelum mereka; mereka mendustakan Uayat-ayatU Kami, maka Allah menyiksa mereka disebabkan
dosa-dosanuya . Allah sangat berat hukumannya’, ( Ali mimran : 11)
UU
(1)
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Dalam bab terakhir skripsi ini, peneliti membuat kesimpulandari pembahasan tersebut, sesuai dengan hasil analisa yang telah penulis lakukan. Adapun kesimpulan yang penulis peroleh yaitu sebagai berikut :
1. kata-kata lazim adalah kata yang sudah umum dan arti katanya dapat di pahami oleh masyarakat. Dalam kajian ini kata-kata lazim terpilih pada terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an surah Ali ‘Imran yaitu kata hakim, azab, ayat, salam, dzalim, taqwa, amal, kafir, alim dan sholeh, dan di antarakata-kata lazim yang layak untuk diteliti terdapat 9 kata yaitu kata Hakim, Ayat, Salam, Dzalim, Taqwa, Amal, Kafir, Alim dan Sholeh. Hal ini disebabkan karena pada kata lazim azab
tidak mengalami perubahan atau terjemahan konsisten yaitu tetap pada kata asal bahasa tersebut.
2. Kesan pada terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia Mushaf Syaamil Al-Qur’an pada kata-kata Lazim Terpilih Surah Ali ‘Imran menunjukkan bahwasanya dari 9 data terssebut terdapat kesan-kesan terjemahan yaitu kesan terjemahan berlebihan 70%, kesan terjemahan kurang 25%, dan kesan terjemahan salah 5%. Terjemahan Syaamil Al-Qur’an lebih cendrung pada kesan terjemahan berlebihan. Data tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Kesan terjemahan berlebihan yaitu kata lazim hakim yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata bijaksana. kata lazim salam yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata muslim, islam, dan berserah diri. kata lazim amal yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata amal, kerja, pekerjaan, dan melakukan. kata lazim kafir yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata ingkar. kata lazim alim
(2)
yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata mengetahui, ilmu, dan mengajarkan.
b. Kesan terjemahan kurang yaitu kata lazim hakim yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata hikmah. kata lazim ayat yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata tanda, dan bukti. kata lazim dzalim yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata kerugian. kata lazim taqwa yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata ditakuti, menjaga dan pelihara. kata lazim sholeh yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata kebajikan dan perbaikan.
c. Kesan terjemahan salah yaitu kata lazim alim yang memiliki makna yang terdapat pada Syaamil Al-Qur’an adalah kata belum nyata.
3. Penterjemahan satu kata yang sama tidak konsisten. Hal ini terjadi karena Pemilihan padanan bagi kata-kata yang sesuai dalam bahasa sasaran perlu meneliti fungsi semantik disekeliling kata-kata tersebut melalui konteks dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pentingnya konteks dalam penggunaan suatu kata untuk mengenal pasti fungsi semantiknya dalam ayat dapat diperlihatkan.
4.2Saran
Dalam usaha memajukan prestasi mahasiswa bahasa Arab di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Medan penulis memberi saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada mahasiswa agar meneliti dari segi strategi penerjemahan untuk memahami proses penerjemahan bahasa arab.
2. Kepada seluruh umat islam agar mempelajari terjemahan untuk mempermudah dalam memahami ajaran islam secara menyeluruh.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Munawwir.( 1984). Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Progresif.
Arief B Iskandar. (2012).Materi Dasar Islam Mulai Dari Akar Hingga Daunnya.
Bogor. Al Azhar Press
Baihaqi Hasibuan. (2010). Analisis Prosedur Transfer dalam Terjemahan Surah Al Baqarah pada Syaamil Al-Qur’an (skripsi). Medan: USU
Departemen Agama RI. (2007). Syaamil Al-Qur’an. Bandung : CV. Haekal Media Centre.
M.A.K Halliday—Ruqaiya Hasan. (1992).Bahasa, Konteks, dan Teks :
Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik sosial. Cet I. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press.
M.Husnan Lubis. (2004).Pemilihan Kata Bahasa Indonesia Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia : Analisis Perbandingan Dan Strategi Penerjemahan. Malaysia : Universiti Sains Malaysia.
M.Husnan Lubis. (2008). Pengantar Ilmu Penerjemahan. Medan : Bartong Jaya. M.Rudolf Nababan. (2003).Teori Menterjemah Bahasa Inggris. Cet II.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mahmud Yunus. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta : PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah.
Mansoer Pateda. (2001). Semantik Leksikal (Edisi Kedua). Cet I. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Nur Mufid dan Kaseruan AS.Rahman. (2007). Buku Pintar Menterjemahkan Arab-Indonesia (cara paling tepat, mudah dan kreatif). Surabaya: Penerbit Pustaka Progresif.
Rochayah Machali. (2009).Pedoman Bagi Penerjemah: Panduan lengkap bagi
Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional. Bandung : Mizan
Media Utama.
Syihabuddin . (2002).Teori dan Praktik Penerjemahan Bahasa Arab-Indonesia.
Bandung :Dikti Depdiknas
(4)
)
(http://artikata1.blogspot.com/2012/08/pengertian-lazim.html)
(http//www.HIMASAunpad2013.com)
(http//www.sciencehacker2991.wordpress.com/komponenmakna(semantikbahasaI ndonesia)
(5)
LAMPIRAN
Kesan Terjemahan Kata Lazim
No. Kata lazim terpilih
Makna yang terdapat pada Syaamil Al-qur’an
Jenis –jenis kesan terjemahan
1. Hakim - Bijaksana - Hikmah - Memutuskan
Kesan terjemahan berlebihan
Kesan terjemahan kurang Kesan terjemahan kurang
2. Ayat - Tanda - Bukti
Kesan terjemahan berlebihan
Kesan terjemahan berlebihan
3. Salam - Islam
- Berserah diri
Kesan terjemahan berlebihan
Kesan terjemahan berlebihan
4. Amal - Kerja - Pekerjaan - Melakukan Kesan terjemahan berlebihan Kesan terjemahan berlebihan Kesan terjemahan berlebihan
- Belum nyata Kesan terjemahan salah
5. Kafir - Ingkar Kesan terjemahan berlebihan
7. Dzalim - Kerugian Kesan terjemahan kurang
8. Taqwa - Ditakuti - Menjaga - Pelihara
Kesan terjemahan kurang Kesan terjemahan kurang Kesan terjemahan kurang
9. Sholeh - Kebajikan - Perbaikan
Kesan terjemahan kurang Kesan terjemahan kurang
(6)