Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan
motivasi, kemudian kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara
emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis Mubarak dan Chayatin,
2007. Sedangkan masalah fisik yang dapat terjadi ialah antara lain gangguan sistem
muskuloskeletal, gangguan eliminasi urine, gangguan gastrointestinal, gangguan respiratori, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme dan nutrisi,
gangguan sistem integumen, dan juga gangguan sistem neurosensorik Mubarak dan Chayatin, 2007.
Penggunaan proses keperawatan, aplikasi kritis anatomi dan fisiologi, dan pengalaman dengan klien memungkinkan perawat mengembangkan rencana
keperawatan secara individual untuk klien yang mengalami gangguan mobilisasi dan juga yang beresiko. Rencana keperawatan dibuat untuk meningkatkan status
fungsional klien, meningkatkan perawatan mandiri, mempertahankan kondisi psikologis, dan mengurangi bahaya imobilisasi Potter dan Perry, 2005.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah ini dilihat dari dua bagian, mobilisasi dan imobilisasi. Kedua area tersebut biasa dikaji selama pemeriksaan fisik
lengkap Potter dan Perry, 2005.
Mobilisasi
Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan, latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh Potter dan Perry, 2005.
Rentang Gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan
Universitas Sumatera Utara
transversal. Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi oleh ligament, otot, dan konstruksi sendi. Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan
dan mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama Potter
dan Perry, 2005.
Gaya Berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan. Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat
untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan Fish dan Nielsen, 1993.
Latihan dan Toleransi Aktivitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan
sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke status kesehatan maksimal Potter dan Perry, 2005.
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada
perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak atau yang sering disebut dengan latihan Range Of Motion ROM, atau aktivitas sehari-hari dengan
penyakit akut atau kronik. Pengkajian toleransi aktivitas meliputi data fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan Potter dan Perry, 2005.
Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Pengkajian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan. b.
Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh postur tubuh yang buruk.
Universitas Sumatera Utara
c. Memberi kesempatan klien untuk mengobservasi posturnya.
d. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
e. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikososial.
Imobilisasi
Perawat mengkaji klien imobilisasi dari bahaya imobilisasi dengan melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu, pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fisiologis, sama seperti aspek psikososial dan perkembangan klien Potter dan Perry, 2005.
Faktor Fisiologis Sistem Metabolik
Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pencatatan asupan
dan haluaran serta data laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi
perubahan transport nutrient, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi klien untuk menentukan perubahan fungsi gastrointestinal Potter dan Perry, 2005.
Sistem Respiratori
Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi pergerakan dinding
dada selama siklus inspirasi-ekspirasi penuh. Selain itu, perawat juga mengauskultasi seluruh area paru-paru untuk mengidentifikasi gangguan suara
nafas, crackles,
atau mengi. Pengkajian system respiratori lengkap mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan keperawatan yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori Potter dan Perry, 2005.
Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian keperawatan kardiovaskuler pada klien imobilisasi termasuk memantau tekanan darah, mengevaluasi nadi apeks maupun nadi perifer,
Universitas Sumatera Utara
mengobservasi tanda-tanda adanya statis vena misalnya edema dan penyembuhan luka yang buruk. Tekanan darah klien harus diukur, terutama jika berubah dari
berbaring ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan cara ini, kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji sebelum klien
meninggalkan pengaman tempat tidur Potter dan Perry, 2005.
Sistem Muskuloskeletal
Kelainan muskuloskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot, dan kontraktur
Potter dan Perry, 2005.
Sistem Integumen
Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak, diperhatikan
higienisnya, atau dipenuhi kebutuhan eliminasinya. Pengkajian minimal harus dilakukan setiap 2 jam Potter dan Perry, 2005.
Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus menentukan bahwa klien
menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau parenteral dengan benar Potter dan Perry, 2005.
Faktor Psikososial
Perawat harus mengobservasi perubahan status emosional. Perawat harus mengobservasi selama beberapa hari sebelum menyimpulkan bahwa ia
mempunyai masalah depresi. Perawat juga mengobservasi perubahan perilaku, seperti pada klien kooperatif yang menjadi argumentatif atau pada klien sopan
yang mulai memperlihatkan alat kelaminnya berulang kali. Terakhir, perawat juga harus mengobservasi perubahan gangguan mekanisme koping klien yang normal
dalam beradaptasi terhadap imobilisasi. Penurunan kemampuan koping
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan klien menjadi disorientasi, bingung, depresi ataupun mengalami perubahan perilaku yang lain Potter dan Perry, 2005.
2. Diagnosa Keperawatan