I. Ringkasan Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia. Produksi
pisang di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan pertama untuk komoditas buah-buahan BPS, 2012. Pada Tahun 2025 ekspor pisang
Indonesia pada sebesar 1 juta ton. Diharapkan tahun 2010 dan 2015 sudah bisa direalisasikan ekspor sebesar 30.000 ton dan 150.000 ton yang
dipasok dari sentra produksi di Indonesia. Jawa Barat merupakan sentra produksi pisang nomor 1 di Indonesia. Cluster penelitian pisang sangat
mendukung dalam perencanaan dan target penelitian yang jelas sehingga pemenuhan kebutuhan pisang nasional dan internasional dapat terpenuhi.
Adapun tujuan jangka menengah adalah mendapatkan koleksi plasma nutfah pisang ambon Jawa Barat sebagai sumber bibit unggul, mendapatkan
deskripsi karakter-karakter penting, memproduksi dan mendapatkan bibit pisang unggul berdaya hasil tinggi dan bebas penyakit. Tujuan jangka
panjang adalah meningkatkan peran Universitas Padjadjaran Unpad dalam program konservasi pemanfaatan plasma nutfahsumber bibit unggul di
Jawa Barat.
Positioning cluster penelitian pisang di skala nasional relatif belum tertinggal jauh, khususnya dibandingkan dengan Institut Pertanian Bogor
IPB, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia LIPI, dan Balai Penelitian Buah Balitbu Solok Sumatera Barat. Tahap penelitian pisang IPB tentang deteksi
integritas genomik dan biodiversitas. LIPI melakukan studi tentang kompatibilitas persilangan 4n2n, Balitbu 2012 mengkaji mengenai
penyakit Fusarium molecular. Cluster penelitian pisang Unpad sendiri sangat optimis dalam menghasilkan pisang unggul pada tahun 2016. Fokus
cluster pisang adalah pengembangan pisang lokal wilayah Jawa Barat melalui koleksi dan ekplorasi sumber bibit unggul terget 2012-2014,
seleksi berdasarkan penyakit, hibridisasi, perbanyakan melalui kultur jaringan target 2015-2016.
Penelitian yang telah dikerjakan adalah eksplorasi dan studi keanekaragaman spesies pisang di Jawa Barat 2010, keanekaragaman
hayati level ekosistem 2012, keragaman genetik berdasarkan Morfho- Agronomi. Kegiatan yang akan dikerjakan adalah analisis level ploidi 2013,
seleksi berdasarkan morfho-agronomy dan penyakit 2013, perluasan variasi melalui irradiasi dan hibridisasi 2014, perbanyakan kultur jaringan
2014-2015, Pelepasan bibit unggul 2016.
75
Untuk memperkuat penelitian cluster pisang Unpad, beberapa institusi luar yang terlibat antara lain : LIPI CP: Yuyu S. Purba, Balitbu Solok
Catur Hermanto, PT. Mulia Raya Sukabumi, dan rencana jangka panjang kerjasama penelitian pisang dengan Queensland University of Technology,
Australia CP : Prof James. II. Pendahuluan
Beberapa isu strategis terkait dengan pengembangan penelitian cluster pisang antara lain : Pisang Ambon
Musa paradisiaca mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Menurut Ningsih 2002,
buah pisang ambon menjadi salah satu buah yang digemari oleh sabagian besar penduduk dunia. Hal ini dikarenakan pisang ambon memiliki rasa
yang enak, kandungan gizi tinggi, mudah didapat, dan harganya relatif murah, sehingga menjadi salah satu buah unggulan di Indonesia yang
diprioritaskan untuk dikembangkan secara intensif. Berdasarkan hasil penelitian Prayoga dkk. 2011, pisang ambon memiliki INP Indeks Nilai
Penting tertinggi di antara varietas pisang lain, yaitu 55,61. Penelitian tersebut dilakukan di lokasi pengamatannya yang terletak pada wilayah
Jawa Barat Garut, Purwakarta, Bandung, Cianjur, Bogor, dan Banjar. Produksi dan luas areal lahan tanaman pisang di Jawa Barat paling besar di
antara yang lainnya, yaitu tahun 2000 memproduksi 1.435.103 ton pisang pada lahan 22.899 ha, tahun 2001 produksinya 1.431.941 ton pada lahan
19.591 ha, tahun 2002 memproduksi 1.473.460 ton pada lahan 16.347 ha, dan pada tahun 2003 produksi pisangnya 1.068.875 ton pada lahan 15.446
ha DPPHH, 2005. Mengingat bahwa pisang ambon yang mendominasi di antara pisang
yang lainnya, maka dapat diasumsikan bahwa produksi dan areal lahannya pun lebih besar di antara pisang yang lainnya. Melihat potensi keragaman
pisang ambon di Jawa Barat, maka diperlukan upaya kegiatan pengembangan pisang sehingga dapat memecahkan permasalahan pisang
secara nasional produksi maupun internasional melalui pemenuhan ekspor. Pengembangan penelitian cluster pisang harus dilaksanakan secara
komprehensif dan sinergis antara berbagai bidang ilmu pendukung multidisipliner. Varietas unggul pisang yang akan dihasilkan memiliki
kualitaskeunggulan baik secara fenotifik dan genetik, agronomi, kandungan gizi tinggi, dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hal tersebut
76
dapat dicapai apabila penelitian cluster pisang bekerja sama dalam tim keilmuan multidispliner sehingga produk dan target varietas unggul pisang
sangat berkualitas dan berdaya saing tinggi. Benchmarking kompetensicapaian tim peneliti cluster pisang salah
satunya dilakukan dengan cara seminar nasional seminar nasional PERIPI dan PERHORTI pada November 2012, studi koomparatif dengan institusi
dalam negeri yaitu IPB, Balitbu Solok, dan perusahaan swasta PT. Mulia Raya dan isntitusi luar negeri yaitu : Queensland University of Technology,
Australia pada acara studium generale di Fakultas Pertanian Unpad. Hasil
seminar nasional tersebut adalah masukan dari berbagai peserta instansi lain dan instansi lain yang terkait baca: Balitbu terkait kekurangan
penelitian pisang yang telah dilakukan sehingga tim peneliti pisang mengetahui posisi dan langkah selanjutnya dalam pengembangan pisang di
Indonesia dan dijadikan sebagai dasar perbaikan penelitian selanjutnya. Penelitian yang sudah dilakukan oleh tim pisang Unpad kajian keragaman
genetik dan kajian agroekosistem wilayah Jawa Barat memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.
Cluster penelitian pisang di skala nasional relatif belum tertinggal jauh, khususnya dibandingkan dengan Institut Pertanian Bogor IPB,
Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia LIPI, dan Balai Penelitian Buah Balitbu Solok Sumatera Barat. Tahap penelitian pisang IPB tentang deteksi
integritas genomik dan biodiversitas. LIPI melakukan studi tentang kompatibilitas persilangan 4n2n, Balitbu 2012 mengkaji mengenai
penyakit Fusarium molecular. Cluster penelitian pisang Unpad sendiri sangat optimis dalam menghasilkan pisang unggul pada tahun 2016. Fokus
cluster pisang adalah pengembangan pisang lokal wilayah Jawa Barat melalui koleksi dan ekplorasi dan karakterisasi berdasarkan
morpho- agronomy dan molecular marker sebagai sumber bibit unggul terget 2012-
2014, seleksi berdasarkan penyakit, hibridisasi, perbanyakan melalui kultur jaringan target 2015-2016.
Tujuan jangka panjang dalam penelitian ini adalah i meningkatkan peran Unpad dalam program konservasi pemanfaatan plasma nutfah, dan
produksi pisang ambon lokal sebagai sumber bibit unggul dalam menunjang ketahanan pangan di Jawa Barat, ii menjadi model
self income generating bagi keberlanjutan kegiatan penelitian Unpad yang mandiri melalui produksi
77
berbagai jenis plasma nutfah pisang ambon lokal yang memiliki nilai komersial tinggi. Adapun target khusus yang ingin dicapai adalah i
mendapatkan koleksi plasma nutfah pisang ambon lokal di Jawa Barat yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber bibit unggulpohon induk, ii
mendapatkan deskripsi karakter-karakter penting untuk upaya konservasi dan pengembangan lebih lanjut kebun koleksi dari plasma nutfah pisang
ambon lokal di Jawa Barat, dan iii memproduksi dan mendapatkan bibit pisang bebas penyakit hasil kultur janringan. Manfaat yang dapat diperoleh
dari kegiatan ini antara lain : tersedianya bibit unggul pisang ambon lokal Jawa Barat dan dapat disebarluaskan kepada petani sebagai bibit unggul,
hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasionalinternasional baik berupa naskah maupun poster sehingga dapat
menjadi bahan rujukan bagi program pemuliaan pisang.
78
III. Studi Literatur Pisang merupakan salah satu tanaman yang berasal dari kawasan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia BPP Teknologi, 2000. Menurut Valmayor dkk. 2000, terdapat banyak jenis pisang yang ditemukan di Indonesia,
termasuk jenis pisang ambon. Pisang Ambon
Musa paradisiaca mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Menurut
Ningsih 2002, buah pisang ambon menjadi salah satu buah yang digemari oleh sabagian besar penduduk dunia. Hal ini dikarenakan pisang ambon
memiliki rasa yang enak, kandungan gizi tinggi, mudah didapat, dan harganya relatif murah, sehingga menjadi salah satu buah unggulan di
Indonesia yang diprioritaskan untuk dikembangkan secara intensif.
Studi keanekaragaman pada pisang merupakan kajian awal dalam pengembangan pisang selanjutnya. Keanekaragaman ekosistem mencakup
makhluk hidup, lingkungan dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Keanekaragaman tingkat ekosistem yang dipengaruhi oleh interaksi
lingkungan tersebut menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat pada berbagai tingkatan kesatuan makhluk
hidup Wood dan Lenne, 2006. Keanekaragaman tersebut dapat terlihat pada penampilan fenotipik. Keragaman fenotip dapat diketahui dengan
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan fenotip tanaman pisang. Besarnya kemiripan fenotip memberikan gambaran mengenai hubungan
kekerabatan antaraksesi-aksesi pisang tersebut Sukartini, 2007. Menurut Balitbu 1996, pisang-pisang yang ada sekarang ini berasal dari persilangan
antara dua spesies liar, yaitu spesies
Musa acuminata yang bergenom A dan Musa balbisiana yang bergenom B. Tanaman ini mempunyai tingkat ploidi
yang beragam, karena persilangan alami dari pisang spesies liar yang terus menerus berlangsung dan adanya pengaruh lingkungan, sehingga semakin
tercipta jenis tanaman baru yang bersifat diploid, triploid dan tetraploid, diantaranya AAB, ABB, AAAB, ABBB, dsb. Susunan genom pisang tersebut
dibagi dalam tujuh kelompok, yaitu diploid AA, triploid AAA, tetraploid AAAA, diploid AB, triploid AAB, ABB, dan tetraploid ABBBAAABAABB.
Praktik budidaya dan campur tangan manusia pun menjadi salah satu faktor yang menyebabkan jenis pisang yang beragam dengan tingkat
kekerabatan yang berbeda Fehr, 1987 ; Loveless, 1989 ; Sianturi, 2008 dalam Prayoga 2011. Begitupun dengan kondisi lingkungan, masing-
masing daerah di Jawa Barat memiliki kondisi yang bervariasi. Variasi
79
tersebut terdapat dari segi ketinggian tempat, curah hujan, kelembaban, suhu, kesuburan tanah, serta potensi hama dan penyakit tanaman untuk
komoditas tertentu. Hal ini memungkinkan besarnya perbedaan penampilan pada pisang ambon.
Hasil survey dan eksplorasi Prayoga 2011, 96 lokasi yang berada dalam beberapa kabupaten di Jawa Barat membuktikan bahwa areal
tanaman pisang selalu ditemukan di tempat pengamatannya. Lokasi penelitiannya itu ia kelompokkan berdasarkan ketinggian tempat, yaitu
dataran tinggi, medium, dan rendah. Tingkat keragaman varietas pisang di dataran rendah dan medium tergolong tinggi dengan nilai berturut-turut
2,42 dan 2,92, sedangkan di dataran tinggi nilai indeksnya hanya mencapai 1,22. Menurut hasil pengamatannya menunjukkan bahwa tanaman pisang
ambon yang paling mendominasi dibandingkan pisang lainnya. Ada beberapa jenis pisang ambon yang ditemukan, diantaranya ambon jepang,
ambon lumut, ambon kuning, dan ambon putih. Jenis pisang ambon ini banyak ditemukan di dataran rendah dan medium, kecuali pisang ambon
kuning yang hanya ditemukan di daerah dataran medium saja. Oleh karena itu, akibat kondisi lingkungan, campur tangan manusia, dan tersebarnya
pisang ambon di Jawa Barat dapat memungkinkan adanya keanekaragaman pisang ambon yang tinggi.
Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan anakan
sucker yang tumbuh dari bonggolnya Surono dan Himawan, 2010. Pemisahan anakan dari satu induk pisang menghasilkan
sekitar 5–10 anakan pertahun Imelda, 1991. Perbanyakan bibit pisang dapat juga dilakukan dengan cara membelah-belah bonggol sesuai dengan
jumlah mata tunas yang ada. Setiap belahan bonggol disebut dengan istilah bit Surono dan Himawan, 2010.
Kendala pengadaan bibit unggul pisang secara konvensional adalah sulit mendapatkan bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu
yang singkat. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan teknik kultur jaringan. Berbagai penelitian
tentang kultur jaringan pisang telah banyak dilakukan. Genotip-genotip pisang yang telah berhasil dikulturkan secara
in vitro antara lain Pisang Cavendish Bhagyalaksmi dan Singh, 1995; Surono dan Himawan, 2010,
Pisang Ambon Setiyoko, 1995; Surono dan Himawan, 2010, Pisang Kepok,
80
Pisang Uli, Pisang Raja Nisa dan Rodinah, 2005, dan Pisang Sabri Sultan et.al., 2011.
Keberhasilan kultur jaringan pisang sangat bergantung pada media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Media
Murashige dan Skoog MS adalah media yang paling sering digunakan dalam perbanyakan pisang
sampai saat ini. Media MS memiliki jumlah hara makro dan mikro yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pisang.
Mutasi memegang peranan yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman pisang. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pisang budidaya
bersifat partenokarpi, tidak berbiji serta mempunyai sterilitas bunga yang tinggi. Oleh sebab itu, pemuliaan secara konvensional melalui persilangan
seksual sangat sulit dilakukan. Tidak mengherankan jika ahli pemulia pisang seperti De Langhe sangat menganjurkan pemakaian iradiasi sebagai
alternatif dalam perbaikan genetik tanaman ini. Induksi mutasi telah menghasilkan mutan-mutan pisang dengan sifat-sifat yang menarik.
Meskipun demikian, informasi mendasar yang melandasi perubahan sifat tersebut belum banyak diketahui. Identifikasi genetika mutan pisang
umumnya dikerjakan melalui pendekatan sitogenetika,
fluorescence in situ hybridisation FISH atau flow cytometri. Pendekatan yang lebih
komprehensif melalui pemakaian penanda molekular diharapkan mengungkap lebih mendalam perubahan genom yang terjadi. Di antara
berbagai penanda genetik, mikrosatelit yang berdasarkan
polymerase chain reaction PCR merupakan teknik yang terbukti paling bermanfaat pada
analisis genom dengan berbagai problem pada tanaman pisang. Selain itu, mikrosatelit juga mempunyai polimorfisme yang tinggi dan dapat
diandalkan Rita Megia dan Nina Ratna Djuita, 2010.
Penggunaan penanda mikrosatelit telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, misalnya Creste
at al. yang meneliti tentang karakterisasi genetik kultivar pisang dari Brazil. Oriero
et al. [6] dapat mendeteksi 100 polimorfisme dari 23 aksesi pisang dan 66,7 polimorfisme dari 17 aksesi
plantain di Nigeria. Kaemmer et al. berhasil mendeteksi polimorfisme dalam
15 jenis dan kultivar genus Musa. Analisis mikrosatelit juga dapat digunakan untuk menyeleksi klon-klon pisang yang memiliki ketahanan terhadap
penyakit sigatoka hitam, sedangkan oligonukleotida DNA dan amplifikasi sidik jari DNA dapat membedakan klon Lakatan dan Latundan keduanya asli
dari Philipina yang diiradiasi dan tidak diiradiasi Rita Megia dan Nina Ratna
81
Djuita, 2010. Di Indonesia, teknik mikrosatelit telah berhasil mendeteksi rata-rata 9,3 alel per lokus pada pisang diploid AA dan triploid AAA
mengungkap keanekaragaman dan hubungan kekerabatan berbagai aksesi pisang Indonesia mempergunakan tiga primer khusus serta dapat dipakai
untuk klasifikasi dan analisis filogeni kultivar pisang Rita Megia dan Nina Ratna Djuita, 2010.
Penggunaan iradiasimutasi dan pemuliaan molekuler sangat diperlukan dalam peningkatan variasi dan pemecahan masalah dalam
pengembangan pisang. Induksi mutasi melalui iradiasi sinar gamma belum dilakukan pada aksesi pisang yang dimiliki Unpad. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian terkait induksi mutasi untuk memperluas variasi genetik. Pemuliaan molekuler juga sangat diperlukan untuk mendeteksi varietas
pisang unggul berdasarkan analisis level DNA sehingga seleksi pisang unggul akan lebih cepat.
Pisang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan dalam skala agribisnis. Namun pengembangannya
terkendala oleh adanya penyakit yang dikenal dengan nama penyakit Panama. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporum Schlecht f. sp.
cubense E.F. Smith Snyder and Hansen Foc. Jamur ini adalah patogen tular tanah yang merupakan patogen pisang paling berbahaya yang sampai
saat ini masih tetap mengancam industri pisang dunia, termasuk Indonesia. Foc memiliki karakter biologis yang sangat spesifik dibandingkan Foc
memiliki karakter biologis yang sangat spesifik dibandingkan kelompok Fusarium oxysporum lainnya. Karakter tersebut antaralain mengelompokkan
Foc ke dalam ras dan strain. Pengelompokan Ras berdasarkan pada patogenisitasnya terhadap tanaman inang. Karakterisasi strain dilakukan
dengan melakukan uji
vegetative compatibility group VCG, karakterisasi ini didasarkan kepada pertukaran genetik dua isolat yang diuji. Sejauh ini
kerentanan suatu kultivar pisang lebih banyak dihubungkan dengan kelompok ras dari patogen
Foc tersebut, padahal dalam satu ras terdapat beberapa VCG
Foc. Karakterisasi dengan analisis VCG lebih banyak digunakan karena dapat menilai keragaman strain
Foc dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan pengelompokan dengan raspatogenisitas. Namun,
dalam simposium Internasional tentang Fusarium cubense yang di lakukan
di Brazil disampaikan bahwa identifikasi VCG saja ternyata tidak mampu memberikan informasi akurat tentang variasi genetik dalam setiap VCG,
82
kesamaan genetik di antara VCG dan hubungan antara masing-masing VCG itu sendiri. Pada tahun 1890,
Foc ras1 menghancurkan industri pisang dunia, dimana jenis yang terserang pisang jenis Gross Michel. Semenjak itu, kulivar
rentan Gross Michel diganti dengan kultivar resisten terhadap Foc ras 1,
yaitu Cavendish. Namun, baru-baru ini ada laporan yang menyatakan bahwa Foc Ras 1 dapat menyerang Cavendish. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukanlah penelitian untuk menguji kompatibilitas dan virulensi isolat Foc
Ras 1 terhadap varietas Ambon Kuning dan Ambon Hijau, Ambon kuning merupakan salah satu pisang dari kelompok Grosh Michel yang dikenal
rentan terhadap Ras 1 dan Ambon hijau dari kelompok Cavendish yang dikenal tahan terhadap Ras 1. Selain itu, juga dilakukan analisis genetic
isolat dengan RAPD PCR untuk melihat variasi genetic isolat tersebut Resta Patma Yanda, 2012.
IV. Roadmap Cluster Capaian utama