TEH_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN

(1)

ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN

CLUSTER PERKEBUNAN

KOMODITAS

Teh (Camellia chinensis )

Pengembangan Teknologi Untuk Mengurangi Dampak

Kekeringan di Perkebunan Teh

Koordinator Komoditas

Dr. Santi Rosniawaty

NIP 197307132000122001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

November, 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMENORIENTASI CLUSTER PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TA 2012

Pilar : Pangan

Cluster Penelitian : Perkebunan

Komoditas : Teh

Penyusun

Nama : Dr. Santi Rosniawaty

NIP : 197307132000122001

Bandung, 19 November 2012 Mengetahui dan menyetujui, Koordinator penyusun, Ketua LPPM Unpad

Prof. Dr. Wawan Hermawan, M.S Dr. rer. nat. Suseno Amien, Ir NIP. 196205271988101001 NIP. 196510051991031004


(3)

I. Ringkasan

Musim kemarau yang menjadi lebih keras dan dengan interval waktu yang lebih lama i menyebabkan perkebunan teh di Indonesia rawan kekeringan. Kemarau lebih dari 2 bulan akan mengganggu pertumbuhan tanaman teh, dan menurunkan produksi pucuk hingga kematian tanaman. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari kekeringan ini barulah sebatas perbaikan sistem budidaya teh, sedangkan hal lain yang mungkin berpotensi efektif untuk ikut mengurangi dampak kekeringan tersebut belumlah tersentuh dengan baik seperti penggunaan mikroorganisme dan penggunaan bahan tanaman yang tahan akan cekaman kekeringan.

Permasalahan diatas perlu diatasi antar lain dengan pemupukan tanaman teh menggunakan mikroba yang dapat beradaptasi dengan kekeringan seperti Azotobacter , fungi mikoriza arbuskuler dan juga bakteri serta jamur pelarut fosfat belum banyak diteliti. Penelitian mengenai mikroba potensial indigenus dari rizosfer teh yang dapat spesifik bekerja pada tanaman teh harus segera diteliti. Diharapkan dalam waktu dekat dapat diidentifikasi mikroba potensial yang khusus spesifik dapat bersimbiosis mutualisma dengan tanaman teh, dan jangka panjang dapat dihasilkan suatu produk berupa pupuk bio-organik yang dapat diaplikasikan oleh pekebun. Hal lain yang perlu dilaksanakan adalah perakitan bahan tanaman unggul baru yang tahan akan kekeringan. Mengingat siklus pemuliaan teh yang lama (12-15 tahun) maka diperlukan solusi praktis untuk menghasilkan bahan tanam yang tahan cekaman kekeringan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Dengan melakukan grafting maka dapat diperoleh kombinasi antara klon unggul dengan klon yang tahan kekeringan dalam satu tanaman. Diharapkan dalam waktu dekat dapat diperoleh kombinasi batang bawah dan batang atas yang kompatibel untuk dikembangkan menjadi tanaman yang tahan kekeringan. Namun begitu diharapkan dalam jangka panjang dihasilkan klon unggul baru yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan tanpa harus melakukan grafting. Perbaikan produksi teh yang menjadi indikator penting untuk pengembangan teh berkelanjutan tidak terbatas pada produksi tetapi juga kandungan substansi penentu kualitasnya. Selain itu, indikator kesehatan tanah akan menjadi faktor penting untuk selalu dimonitor.

Penelitian ini memerlukan kerjasama yang baik dengan pihak lain. Pihak yang sangat berpeluang dan berkompeten untuk bekerjasama adalah Pusat Penelitian


(4)

Teh dan Kina yang merupakan pemegang mandat penelitian di bidang komoditi teh di Indonesia.

II. Pendahuluan

Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil devisa bagi Indonesia dan meyerap tenaga kerja yang banyak karena bersifat padat karya. Saat ini Indonesia menempati urutan ke-7 sebagai penghasil teh dunia, dengan produksi tahun 2010 mencapai 129,200,000 kg dan memiliki kontribusi 3.1% dari total produksi teh dunia (ITC,2011).

Kekeringan merupakan masalah yang krusial bagi perkebunan teh, mulai dari skala petani kecil hingga perkebunan besar. Kekeringan dapat meyebabkan penurunan produksi hingga lebih dari 50% (Sukasman, 1990). Perubahan iklim global akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya musim kemarau lebih keras dan lebih lama, hal ini menyebabkan kerusakan yang lebih parah di perkebunan teh, yang mengakibatkan anjloknya produksi pucuk. Kemarau panjang dengan intensitas yang berat pernah terjadi pada tahun 1994 dan 1997 dimana hujan hampir tidak pernah turun selama 6 bulan, hal ini menyebabkan kerusakan tanaman yang parah di perkebunan teh Jawa Barat (Johan, 1999). Usaha untuk mengurangi dampak kekeringan untuk saat ini adalah dengan memperbaiki sistem budidaya teh. Pada perkebunan teh dengan ketinggian 700 mdpl maka penanaman pohon pelindung tetap merupakan suatu keharusan. Pohon pelindung tetap akan menjaga iklim mikro menjadi terjaga, hal ini sangat penting dikarenakan teh akan berhenti untuk berfotosintesis pada suhu lebih dari 30O C. Alternatif lain untuk penanggulangan

permasalahan kemarau adalah dengan melakukan irigasi, namun cara ini masih jarang dilakukan dikarenakan instalasi irigasi yang cukup mahal dan tingkat keamanan peralatan irigasi di lapangan yang rawan pencurian. Hal yang perlu diperhatikan pula sebagai upaya mengurangi dampak dari kekeringan adalah pemupukan yang teratur sesuai dengan dosis anjuran hasil dari analisis hara tanah dan daun.


(5)

Ada peluang lain dalam mengurangi dampak dari kekeringan yaitu dengan memanfaatkan mikroba yang ada di dalam tanah. Telah diketahui beberapa peranan Vasikular Arbuskular Mikoriza (VAM) dalam membantu tanaman terhadap cekaman air, selain itu juga VAM diketahui membantu ketersediaan hara P. Akan tetapi belum ada VAM yang memiliki spesifikasi untuk pertanaman teh. Areal pertanaman teh mempunyai beberapa sifat spesifik, diantaranya pH asam, ketinggian di atas 700 m dpl, dan didominasi oleh tanah Andisols. Penginfeksian VAM pada bibit tanaman diindikasikan dapat membantu peranannya menjadi lebih optimal.

Penanggulangan kekeringan dapat pula dilakukan dengan menanam klon teh yang tahan kekeringan. Namun sangat disayangkan hingga saat ini belum ada klon yang tahan akan kekeringan sebagai akibat perubahan iklim global saat ini. Klon unggul seri GMB yang dilepas pada tahun 1989 dan 1999 sebenarnya cukup kuat dalam menghadapi cekaman kekeringan pada masanya, namun pada saat ini berdasarkan laporan dari beberapa perkebunan, klon seri GMB menunjukan gejala yang tidak tahan terhadap kekeringan dikarenakan musim kemarau yang terjadi akhir-akhir ini menjadi lebih keras dan interval waktu yang lebih lama. Perakitan klon unggul baru yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan mutlak diperlukan sebagai salah satu solusi atas masalah kekeringan ini. Perakitan klon teh unggul baru memerlukan waktu yang lama mengingat teh merupakan tanaman tahunan. Metode konvensional pemuliaan teh yang umum dilakukan adalah seleksi pohon induk (seleksi massa), seleksi galur, dan persilangan buatan (Astika, 1991). Dengan menggunakan seleksi pohon induk dan seleksi galur dibutuhkan waktu sekitar 12 – 15 tahun (Wellensiek, 1938 dalam Astika, 1991). Sedangkan menurut Bezbaruah (1984) dalam Astika (1991) dengan metode pemuliaan yang telah disederhanakan, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan klon-klon unggul baru dapat dipersingkat 4 tahun dari versi Wellensiek. Dengan perkembangan teknologi bioteknologi khususnya biomolekuler diharapkan siklus pemuliaan teh dapat lebih dipersingkat dengan mengkombinasikan antara sistem konvensional dan bioteknologi. Cara lebih singkat untuk menghasilkan klon yang tahan kekeringan adalah dengan melakukan grafting antara klon yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan sebagai batang bawah dengan klon yang berproduktivitas baik. Di India hal ini telah dilakukan, sebagai contoh adalah dilakukannya grafting antara klon


(6)

Cr-6017 dengan klon UPASI-9 yang tahan akan kekeringan (Balasubramanian., et al. 2010) dan di Indonesia hal tersebut belum dilakukan.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, diharapkan dalam waktu dekat ini dapat diketahui cara yang efektif untuk mengurangi dampak kekeringan di perkebunan teh melalui pemanfaatan bioorganisme tanah dan penggunaan klon yang tahan kekeringan melalui proses grafting. Tujuan jangka panjang adalah menghasilkan klon unggul baru yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan tanpa melalui grafting sebagai bagian dari paket teknologi untuk menanggulangi masalah kekeringan di perkebunan teh di Indonesia.

III. Studi Literatur

Ditinjau dari lintasan fotosintesisnya, teh merupakan tipe tanaman C3 dengan hasil antara fotosintesis asam glikolat (Roberts dan Keys, 1981). Tipe tanaman ini menyukai udara sejuk antara 20o hingga 30o C untuk mencapai

pertumbuhan dan produksi bahan kering yang optimal (Stoskopf, 1981). Hal itulah yang menyebabkan teh di Indonesia cocok untyuk dikembangkan di daerah pegunungan. Selain persyaratan suhu udara, hal lain yang penting bagi tanaman teh adalah curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan minimum yang dikehendaki adalah 1,150 mm hingga 2,000 mm per tahun, dan tidak menghendaki adanya bulan kering lebih dari 2 bulan (Sukasman, 1990).

Sebagai dampak dari global warming musim kemarau yang terjadi semakin keras dan seringkali dengan interval waktu yang lebih lama. Penelitian teh di Indonesia untuk mengurangi dampak dari kekeringan ini baru sebatas perbaikan sistem budidaya, mulai dari penelitian jenis pohon pelidung yang cocok di perkebunan teh hingga jarak tanamnya, penelitian mengenai waktu pangkasan, mulching, waktu pemupukan, dan sistem irigasi yang efektif dan efisien.

Penelitian mengenai aspek lain yang mungkin bisa digunakan untuk menanggulangi masalah kekeringan belum tersentuh dengan baik. Vasikular Arbuskular Mikoriza (VAM), dikatehui dapat mengurangi efek kekeringan pada


(7)

tanaman dengan membantu tanaman mengikat unsur P. Seperti diketahui bahwa unsur P ini terkait langsung dengan kandungan air dalam tanah, kurangnya ketersediaan air dalam tanah dapat menurunkan koefisien difusi P dan suplai P ke dalam akar (Sarief, 1985). VAM sendiri sudah umum diteliti pada tanaman pangan, dan diketahui bahwa dengan adanya VAM dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi kekeurangan air. Hal ini menurut Sentosa (1991) diakibatkan oleh adanya penurunan resistensi akar terhadap gerakan air, sehingga transpor air ke akar meningkat, meningkatnya serapan P oleh VAM pada tanaman akanmeningkatkan ketahan tanaman terhadap kekeringan, dan juga dengan adanya hypa-hypa eksternal yang halus dan panjang sehingga mampu mengambil air dari tempat yang lebih jauh dan dalam. Namun hingga saat ini belum diketahui kemampuan VAM pada tanaman teh dan ini menjadi peluang untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai hal tersebut.

Dari sisi penggunaan bahan tanam, klon teh yang tahan pada kondisi kemarau saat ini belumlah ada. Klon-klon unggulan yang tahan pada kondisi kemarau pada masa lalu menunjukan gejala tidak tahan pada kondisi kemarau yang terjadi saat ini. Penelitian untuk perakitan klon unggul yang tahan akan kekeringan di Indonesia masih belum banyak dilakukan, hal ini menjadikan peluang sekaligus tantangan bagi para pemulia teh untuk menghasilkan klon yang tahan terhadap kekeringan. Koleksi plasma nutfah teh di Indonesia yang dikelola oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam usaha perakitan klon yang tahan terhadap kekeringan. Dengan jumlah aksesi mencapai sekitar 600 aksesi klon, eksplorasi dan identifikasi klon-klon yang memiliki ketahanan cekaman air harus dilakukan. Klon-klon yang memiliki karakter tahan terhadap kekeringan dapat dijadikan sebagai tetua dalam persilangan buatan untuk menghasilkan klon unggul baru yang tahan terhadap kekeringan. Siklus pemuliaan teh membutuhkan waktu yang lama, hampir 12-15 tahun untuk menghasilkan klon unggul baru, selain itu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan sudah tentu biaya yang tidak sedikit. Dengan perkembangan bioteknologi diharapkan kombinasi dengan sistem konvensional akan lebih mempersingkat siklus pemuliaan teh. Dengan memanfaatkan bioteknologi, deteksi akan gen-gen pengendali karakter yang diinginkan sangat mungkin untuk diketahui. Hal ini sangat bermanfaat dalam hal seleksi tanaman yang dapat dilakukan sedini mungkin.


(8)

Namun begitu ada salah satu solusi praktis untuk menghasilkan klon dengan karakter tahan terhadap kekeringan yaitu dengan melakukan grafting antara klon yang tahan dengan klon yang memiliki keunggulan lainnya. Di India hal ini sudah dilakukan, namun di Indonesia hal ini belum dilakukan. Para pekebun mempertimbangkan harga pokok pembibitan akan menjadi tinggi bila proses

grafting dilakukan, hal ini dikarenakan kekhawatiran tingkat kematian yang tinggi pada proses grafting. Dugaan ini perlu untuk dicarikan jawaban dengan melakukan penelitian mencari klon-klon yang cocok (kompatibel) untuk dijadikan sebagai batang bawah. Penelitian dimulai dengan identifikasi klon-klon yang tahan akan cekaman kekeringan lalu diuji kompatibilitasnya dengan klon-klon unggul yang sudah ada.


(9)

IV. Road Map Cluster

Tahun 2013 2014 2015 2016

TAHAPAN

1. Persiapan uji klon-klon tahan cekaman air dari koleksi plasma nutfah teh.

2. Uji ketahanan terhadap cekaman air klon

koleksi plasma nutfah teh

3. Persilangan dan uji

kompatibilitas 4. Pembibitan tanaman F1hasil persilangan dan Bibit hasil grafting

(1) Pembuatan bibit klon-klon (20 klon) yang akan diuji, dan akan dilaksanakan di KP Gambung Puslit Teh dan Kina . Waktu yang diperlukan sekitar 13 bulan hingga bibit siap diuji ketahanan terhadap cekaman air di rumah kaca.

Tim Pelaksana:

Laboratorium Pemuliaan UNPAD, PPTK, Agronomi UNPAD.

(1) Pengujian cekaman air dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (3 ulangan, 20 perlakuan).

Tim Pelaksana: Laboratorium Pemuliaan UNPAD, PPTK

(1) Persilangan dilakukan antara klon yang telah diketahui memiliki ketahanan terhadap cekaman air dengan klon yang memiliki produktivitas tinggi, tahan penyakit blister blight, dan memiliki kualitas baik untuk menghasilkan klon unggul baru yang memiliki produktivitas tinggi, tahan penyakit blister blight, kualitas baik dan tahan terhadap cekaman air.

Tim Pelaksana: Laboratorium Pemuliaan UNPAD dan PPTK

(1) Pengamatan pertumbuhan bibit F1 hasil persilangan yang dimulai dengan proses peretakan biji, perkecambahan,

pemindahan kecambah ke polybag. Waktu yang dibutuhkan hingga bibit siap ditanam di lapangan adalah selama 12 bulan.

Tim Pelaksana: Laboratorium

Pemuliaan UNPAD dan PPTK

(2) uji daya perakaran dan pertubuhan klon-klon yang akan diuji.

Tim Pelaksana:

Laboratorium pemuliaan UNPAD, PPTK, Agronomi UNPAD

(2) Pengamatan keragaman genetik klon-klon uji berdasarkan karakter morfologi dan fisiologis.

Tim Pelaksana: Laboratorium Pemuliaan UNPAD, PPTK

(2) Uji kompatibilitas pada proses grafting dalam pembibitan teh dengan menggunakan

kombinasi klon yang telah diketahui tahan terhadap cekaman air sebagai batang bawah, dan klon unggul yang ada sebagai batang atas, sebagai solusi praktis dengan waktu yang lebih singkat dalam menghasilkan klon yang tahan terhadap cekaman air.

Tim Plaksana: Laboratorium Pemuliaan, Agronomi UNPAD, Pemuliaan PPTK

(2). Uji secara molekuler pada bibit F1 untuk mengetahui keragaman genetik dan kehadiran gen-gen pengendali ketahanan terhadap cekaman air, yang dapat digunakan sebagai seleksi awal.

Tim Pelaksana: Laboratorium


(10)

Tahun 2013 2014 2015 2016

TAHAPAN

1. Persiapan uji klon-klon tahan cekaman air dari koleksi plasma nutfah teh.

2. Uji ketahanan terhadap cekaman air klon

koleksi plasma nutfah teh

3. Persilangan dan uji

kompatibilitas 4. Pembibitan tanaman F1 hasil persilangan dan Bibit hasil grafting

(3) Isolasi dan identifikasi VAM spesifik dataran tinggi teh. Tim Pelaksana: Laboratorium

Ilmu Tanah UNPAD, PPTK

(3) Pengamatan dengan menggunakan marka molekuler Marker Assisted Selectiondi Laboratorium untuk mengetahui keragaman genetik dan mencari gen-gen

pengendali ketahanan terhadap cekaman air.

Tim Pelaksana: Laboratorium Pemuliaan UNPAD, PPTK

(3) Pengujian VAM pada bibit teh grafting.

Tim Pelaksana: Laboratorium Ilmu Tanah, Pemuliaan, Agronomi UNPAD, Pemuliaan PPTK

(3). Perbanyakan bibit grafting yang memiliki kompatibilitas baik, sebagai persiapan untuk uji lanjut di lapangan.

Tim Pelaksana: Laboratorium,

Pemuliaan, Agronomi UNPAD, Pemuliaan PPTK

(4) Pengujian VAM pada bibit teh koleksi. Tim Pelaksana: Laboratorium Ilmu Tanah, Pemuliaan, Agronomi UNPAD, Pemuliaan PPTK 158


(11)

(12)

Kompetensi Peneliti

Penelitian komoditas teh di Unpad dikoordinasikan oleh Minat Perkebunan Jurusan Budidaya Tanaman dan didukung oleh Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Biologi dan Bioteknologi Tanah serta Kesuburan Tanah, dan Fakultas Teknologi Industri Pertanian.

V. Kerjasama

UNPAD akan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Teh dan Kina sebagai pemegang mandat penelitian komoditas tanaman teh di Indonesia serta dengan PTPN VIII yang merupakan pengguna hasil-hasil penelitian.

VI. Fasilitas

Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah:

No Fasilitas yang dibutuhkan Tujuan/Keterangan

1 Nursery/naungan kolektif pembibitan Untuk melakukan pembibitan teh 2 Klon teh koleksi plasma nutfah Tidak tersedia dan dimiliki oleh

PPTK

3 Rumah Kaca Untuk melakukan uji cekaman kekeringan

4 Laboratorium molekuler Untuk menganalisis klon-klon uji secara molekuler

VII. Usulan Narasumber

1. Nama : Dr. Bambang Sriyadi Bidang Keahlian : Pemuliaan Tanaman

Institusi : Pusat Penelitian Teh dan Kina

Alamat Instansi : Gambung, PO BOX 1013, Bandung 40010 No. Telp Instansi : 022-5928185

No. HP : 081394811325


(13)

Bidang Keahlian : Agronomi

Institusi : Pusat Penelitian Teh dan Kina

Alamat Instansi : Gambung, PO BOX 1013, Bandung 40010 No. Telp Instansi : 022-5928185

No. HP : 08132043663


(14)

VIII. RINCIAN BIAYA Cluster : Perkebunan Komoditas : Teh

No Tahun PenelitianJudul

Jumlah Dana yang Dibutuhka n (Rp) Bahan Penelitian Metode Penelitia n Alat yang Digunakan Output J.

Intern J. Nas.Ak. NasJ. Proc.Int Proc.Nas HKI Prototipe Produk

1 2013 Uji

Pertumbuha n Beberapa Klon Unggul di Dataran Tinggi 175,000,00 0 Klon-Klon Unggulan,polibe g,media tanam, pupuk,, leaf area meter,ATK,baha n kimia di lab

Eksperim

en Alat-alat Pertanian, alat-alat laboratorium tanah dan tanaman

1 1 1 1

2 2013 Indetifikasi

dan Screening klon teh koleksi Plasma Nutfah yang Tahan Cekaman Air 75,000,000 Klon-klon

koleksi, nursery, Eksperimen alat-alat penelitian, pengukur kadar air tanah,termo meter,klorofi lmeter,mikro skop, polibeg, ATK

1 1 1 1

3 2013 Peningkatan

Kualitas Bibit Grade A (>80%) melalui Aplikasi Teknologi Budidaya Tanaman

95,000,000 stek daun teh,FMA, BPF,Limbah teh,ZPT,polibeg, sungkup plastik,paranet, bahan kimia lab,saprotan, ATK alat-alat penelitian,le af area meter ,klorofilmete r,alat-alat di lab tanah dan tanaman

1 1 1 1

No Tahun PenelitianJudul JumlahDana Penelitian Bahan PenelitiaMetode DigunakanAlat yang Output


(15)

yang Dibutuhka

n (Rp) n

J.

Intern J. Nas.Ak. NasJ. Proc.Int Proc.Nas HKI Prototipe Produk

4 2013 Identifikasi

Komponen Bioaktif dan Diversifikasi Produk teh pada Berbagai Tingkatan Mutu Bahan Baku the

75,000,000

1 1 1 1

5 2013 Analisis Pola

Pembinaan untuk Meningkatka n Kinerja Pemetik teh

50,000,000

1 1 1 1

Total

470,000,00 0


(16)

VIII. Daftar Pustaka

Astika, W. 1991. Penyingkatan Daur Pemuliaan dan Analisis Stabilitas Hasil Tanaman Teh. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Balasubramanian, S., L. A. Netto, and S. Parathiraj. 2010. Unique Graft Combination of Tea, Cr-6017/UPASI-9. Current Science Vol. 98 (11). p.1508 – 1517.

International Tea Committee (ITC). 2011. Annual Bulletin of Statistic. London SW1Y 5DB, United Kingdom.

Johan Erwan., dan Sukasman. 1999. Pengaruh waktu Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) Klon TRI 2024 Yang Mengalami Kekeringan. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional. Bandung 8-9 Novenber 1999: 161 – 165.

Roberts, G.R., and A.J. Keys. 1981. The Mechanism Of Photosyntehsis In Tea Plant (Camellia sinensis L.). Journal of Explained Botany. Vol. 29 (113). p. 403 – 407. Sarief. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka

Buana. Bandung.

Sentosa Anas. 1991. Mikoriza Vasikular Arbuskular. Kumpulan Makalah Bioteknologi Pertanian 2 PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Stoskopf, N.C. 1981. Understanding Crop Production. Roston Publishing Co. Inc. Virginia. p.433.

Sukasman. 1990. Pengaruh Kemarau Panjang Terhadap Kekeringan Tanaman Teh. Simposium Teh V. Bandung 27 Feb – 1 Maret 1990.


(1)

(2)

Kompetensi Peneliti

Penelitian komoditas teh di Unpad dikoordinasikan oleh Minat Perkebunan Jurusan Budidaya Tanaman dan didukung oleh Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Biologi dan Bioteknologi Tanah serta Kesuburan Tanah, dan Fakultas Teknologi Industri Pertanian.

V. Kerjasama

UNPAD akan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Teh dan Kina sebagai pemegang mandat penelitian komoditas tanaman teh di Indonesia serta dengan PTPN VIII yang merupakan pengguna hasil-hasil penelitian.

VI. Fasilitas

Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah:

No Fasilitas yang dibutuhkan Tujuan/Keterangan

1 Nursery/naungan kolektif pembibitan Untuk melakukan pembibitan teh 2 Klon teh koleksi plasma nutfah Tidak tersedia dan dimiliki oleh

PPTK

3 Rumah Kaca Untuk melakukan uji cekaman

kekeringan

4 Laboratorium molekuler Untuk menganalisis klon-klon uji secara molekuler

VII. Usulan Narasumber

1. Nama : Dr. Bambang Sriyadi Bidang Keahlian : Pemuliaan Tanaman

Institusi : Pusat Penelitian Teh dan Kina

Alamat Instansi : Gambung, PO BOX 1013, Bandung 40010 No. Telp Instansi : 022-5928185

No. HP : 081394811325


(3)

Bidang Keahlian : Agronomi

Institusi : Pusat Penelitian Teh dan Kina

Alamat Instansi : Gambung, PO BOX 1013, Bandung 40010 No. Telp Instansi : 022-5928185

No. HP : 08132043663


(4)

VIII. RINCIAN BIAYA Cluster : Perkebunan Komoditas : Teh

No Tahun PenelitianJudul

Jumlah Dana yang Dibutuhka n (Rp) Bahan Penelitian Metode Penelitia n Alat yang Digunakan Output J.

Intern J. Nas.Ak. NasJ. Proc.Int Proc.Nas HKI Prototipe Produk 1 2013 Uji

Pertumbuha n Beberapa Klon Unggul di Dataran Tinggi 175,000,00 0 Klon-Klon Unggulan,polibe g,media tanam, pupuk,, leaf area meter,ATK,baha n kimia di lab

Eksperim

en Alat-alat Pertanian, alat-alat laboratorium tanah dan tanaman

1 1 1 1

2 2013 Indetifikasi dan Screening klon teh koleksi Plasma Nutfah yang Tahan Cekaman Air 75,000,000 Klon-klon

koleksi, nursery, Eksperimen alat-alat penelitian, pengukur kadar air tanah,termo meter,klorofi lmeter,mikro skop, polibeg, ATK

1 1 1 1

3 2013 Peningkatan Kualitas Bibit Grade A (>80%) melalui Aplikasi Teknologi Budidaya Tanaman

95,000,000 stek daun teh,FMA, BPF,Limbah teh,ZPT,polibeg, sungkup plastik,paranet, bahan kimia lab,saprotan, ATK alat-alat penelitian,le af area meter ,klorofilmete r,alat-alat di lab tanah dan tanaman

1 1 1 1

No Tahun PenelitianJudul JumlahDana Penelitian Bahan PenelitiaMetode DigunakanAlat yang Output


(5)

yang Dibutuhka

n (Rp) n

J.

Intern J. Nas.Ak. NasJ. Proc.Int Proc.Nas HKI Prototipe Produk 4 2013 Identifikasi

Komponen Bioaktif dan Diversifikasi Produk teh pada Berbagai Tingkatan Mutu Bahan Baku the

75,000,000

1 1 1 1

5 2013 Analisis Pola Pembinaan untuk Meningkatka n Kinerja Pemetik teh

50,000,000

1 1 1 1

Total 470,000,00 0


(6)

VIII. Daftar Pustaka

Astika, W. 1991. Penyingkatan Daur Pemuliaan dan Analisis Stabilitas Hasil Tanaman Teh. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Balasubramanian, S., L. A. Netto, and S. Parathiraj. 2010. Unique Graft Combination of Tea, Cr-6017/UPASI-9. Current Science Vol. 98 (11). p.1508 – 1517.

International Tea Committee (ITC). 2011. Annual Bulletin of Statistic. London SW1Y 5DB, United Kingdom.

Johan Erwan., dan Sukasman. 1999. Pengaruh waktu Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) Klon TRI 2024 Yang Mengalami Kekeringan. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional. Bandung 8-9 Novenber 1999: 161 – 165.

Roberts, G.R., and A.J. Keys. 1981. The Mechanism Of Photosyntehsis In Tea Plant (Camellia sinensis L.). Journal of Explained Botany. Vol. 29 (113). p. 403 – 407. Sarief. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka

Buana. Bandung.

Sentosa Anas. 1991. Mikoriza Vasikular Arbuskular. Kumpulan Makalah Bioteknologi Pertanian 2 PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Stoskopf, N.C. 1981. Understanding Crop Production. Roston Publishing Co. Inc. Virginia. p.433.

Sukasman. 1990. Pengaruh Kemarau Panjang Terhadap Kekeringan Tanaman Teh. Simposium Teh V. Bandung 27 Feb – 1 Maret 1990.