KENTANG_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN

(1)

ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN

CLUSTER HORTIKULTURA

KOMODITAS

Kentang (Solanum tuberosum)

Produksi Benih Kentang Toleran Kekeringan dan

Suhu Tinggi serta Mengandung Mikroorganisme

Menguntungkan

Koordinator Komoditas

Prof. Dr. Jajang Sauman H., Ir., MS.

NIP. 196210301987011001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

November, 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TA 2012

Pilar : Pangan Cluster Penelitian : Hortikultura

Penyusun : 1. Prof. Dr. Jajang Sauman Hamdani, Ir., MS. (Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Unpad)

2. Dr. Noor Istifadah, Ir., M.Sc. (Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Unpad) 3. Farida Damayanti, SP., M.Sc. (Laboratorium

Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unpad) 4. Dr. Anne Nuraini, Ir., MS. (Laboratorium Teknologi

Benih Fakultas Pertanian Unpad) Kontributor :

Bandung, 19 November 2012 Mengetahui dan menyetujui Koordinator penyusun

Ketua LPPM Unpad

Prof. Dr. Wawan Hermawan, MS. Prof. Dr. Jajang Sauman H., Ir., MS.


(3)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan...i

Daftar Isi... ii

I. Ringkasan... 1

II. Pendahuluan...Error! Bookmark not defined. III. Studi Literatur...5

IV. Roadmap Cluster...11

V. Kerjasama...12

VI. Fasilitas... 15

VII. Usulan Narasumber...16

VIII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (Nilai Ekonomi) Produk Penelitian... 17


(4)

I. Ringkasan

Kentang mempunyai potensi dikembangkan untuk mendukung program diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Namun kentang seringkali dituding sebagai salah satu komoditas yang sistem budidayanya dapat merusak lingkungan. Dengan semakin terbatasnya lahan pertanian di dataran tinggi, maka perlu dilakukan pengembangan tanaman hortikultura dataran tinggi di dataran medium, termasuk kentang.

Dalam upaya pengembangan kentang di dataran medium, faktor suhu tinggi menjadi pembatas utama. Suhu tinggi di dataran medium mengakibatkan pertumbuhan kentang menjadi tidak optimal. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pertumbuhan kentang adalah ketersediaan air dan serangan penyakit.

Untuk mendukung upaya peningkatan produksi kentang industri/olahan diperlukan ketersediaan bibit yang unggul dan bermutu. Perakitan kultivar kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi melalui mutasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh kultivar kentang yang dapat dikembangkan di dataran medium. Selain itu, pengaplikasian sistem budidaya yang sesuai dengan pengembangan kentang di dataran medium diharapkan dapat meningkatkan produksi kentang industri/olahan. Untuk meningkatkan mutu dari benih kultivar kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi, diharapkan aplikasi bakteri antagonis (endofit) dapat menekan serangan penyakit pada kentang secara lebih efektif.

Penelitian yang dilakukan dalam cluster kentang ini dalam jangka pendek bertujuan untuk memproduksi benih kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi serta mengandung mikroorganisme yang menguntungkan. Dalam jangka panjang bertujuan untuk mendukung program pemerintah untuk diversifikasi pangan dan mendaftarkan kultivar unggul kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi ke kantor PPVT dan melepas kultivar unggul tersebut.


(5)

II. Pendahuluan

Kentang merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai multi fungsi baik sebagai sumber karbohidrat maupun bahan dari berbagai makanan lain termasuk sayur ataupun makanan ringan (Sularso, 1997), sehingga kentang menjadi komoditas alternatif dalam diversifikasi pangan (Karjadi dan Buchory, 2008). Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi kentang di Indonesia, baik kentang untuk bahan pangan maupun untuk kentang untuk bibit (Pijoto, 2004).

Semakin meluasnya pertanaman kentang di dataran tinggi menimbulkan dampak negatif seperti perusakan lingkungan akibat erosi. Sehubungan dengan hal itu maka perlu dicari alternatif untuk mengembangkan tanaman kentang yang dapat ditanam di dataran medium dengan ketinggian 300-700 m dpal yang tersedia cukup luas di Indonesia dengan hasil dan kualitas hasil yang relatif sama.

Upaya penanaman kentang di dataran yang lebih rendah sudah dilakukan oleh peneliti (Sutater dkk, 1987; Hamdani, 2000; Syarif, 2004; Purbiati., 2009). Terdapat perbedaan lingkungan yang menyolok antara dataran tinggi (1000 m di atas permukaan air laut) dimana sayuran dataran tinggi biasa dibudidayakan sejak di introduksi ke Indonesia dengan dataran rendah atau medium (300- 700 m di atas permukaan air laut) dimana sayuran dataran tinggi tersebut sekarang akan dikembangkan. Faktor lingkungan tersebut adalah suhu, kelembaban udara , panjang penyinaran, dan intensitas cahaya matahari. Kendala utama dalam pengembangan sayuran dataran tinggi bila akan dikembangkan di dataran medium adalah ketidakmampuan dari kultivar yang ditanam terhadap stress lingkungan yang tidak sesuai yang dapat mengakibatkan tanaman tidak berproduksi secara normal, terutama akibat suhu yang tinggi di dataran medium.

Faktor pembatas lain dalam budidaya kentang adalah ketersediaan air. Dengan adanya efek rumah kaca (global warming), kondisi iklim menjadi semakin tidak dapat diprediksi. Musim kemarau panjang sering terjadi dan mengakibatkan pertanaman kentang mengalami pertumbuhan yang tidak optimal karena minimnya ketersediaan air yang cukup.

Salah satu upaya yang efektif untuk mengatasi permasalahan yang telah di uraikan di atas adalah melakukan perakitan tanaman kentang yang


(6)

toleran suhu tinggi dan kekeringan. Upaya tersebut merupakan hal perlu dilakukan untuk memperta-hankan kemampuan tanaman agar dapat dikembangkan di dataran medium. Selain itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan guna memperoleh hasil yang maksimal diperlukan upaya-upaya lain dalam sistem budidaya tanaman untuk membantu adaptasi tanaman kentang di dataran medium, misalnya pengaplikasian naungan dan atau hormon.

Salah satu kendala lain dalam produksi kentang baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk bibit adalah adanya penyakit yang terbawa umbi antara lain layu bakteri (Ralstonia solanacearum), penyakit busuk basah (Erwinia carotovora pv carotovora), penyakit nematoda sista kentang maupun nematoda Meloidogyne spp. Selain merupakan penyakit terbawa umbi atau tanah yang merugikan pada pertanaman, beberapa penyakit tersebut seperti busuk lunak dan layu bakteri juga merupakan penyakit pasca panen yag berkembang di penyimpanan (Elphinstone, 1987; Sularso, 1997; Tsror et al., 1999). Selain penyakit tular tanah, penyakit tular udara adalah hawar daun Phytophthora (P. infestans) dan bercak kering (Alternaria solani).

Cara pengendalian yaang harus dilakukan untuk menekan berbagai penyakit tersebut adalah cara pengendalian secara terpadu. Salah satu komponen pengendalian secara terpadu yang ramah lingkungan dan efeknya berkelanjutan adalah pengendalian secara biologi.

Mikroorganisme yang berpotensi sebagai agen pengendali biologi adalah mikroorganisme yang berasosiasi dengan akar dan umbi kentang. Perakaran dan umbi kentang dilaporkan berasosiasi dengan bakteri endofit yaitu bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman namun tidak menimbulkan gejala penyakit (Sturtz et al.,1999; Sessitch et al., 2004; Berg et al., 2005). Walaupun ada bakteri endofit yang keberadaanya tidak berpengaruh terhadap tanaman inang atau pada beberapa kasus ada yang merupakan patogen laten, namun banyak bakteri endofit yang dapat menguntungkan tanaman inangnya. Bakteri endofit ada yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman inangnya dan juga ada yang dapat mengendalikan penyakit tanaman inangnya (Hallmann (1997; Strurtz & Nowak, 2000;Sturtz et al., 2000).


(7)

Di luar negeri, bakteri endofit asal perakaran kentang dilaporkan dapat menekan untuk mengendalikan beberapa penyakit tular tanah (Sturz, 1995; Sturtz et al., 1999; Sessitch et al., 2004; Berg et al., 2005). Pada penelitian sebelumnya, Istifadah dkk. (2010) menemukan beberapa isolat bakteri dan jamur endofit asal parakaran kentang yang dapat menekan nematoda sista kentang (Globodera rostochiensis). Namun demikian, potensi endofit akar tersebut untuk menekan penyakit lain seperti penyakit layu bakteri, busuk lunak maupun untuk nematoda Meloidogyne spp. belum dikaji.

Penggunaan endofit yang dapat mengolonisasi umbi selain dapat mengendalikan penyakit pada pertanaman diharapkan juga dapat melindungi umbi kentang pada saat pasca panen. Keberadaan bakteri endofit yang bersifat antagonistik terhadap patogen pada umbi kentang dapat menghasilkan daerah pertahanan (defensive zone) yang dapat mencegah berkembangnya infeksi patogen baik di pertanaman maupun pada umbi setelah dipanen. Keberadaan endofit pada umbi kentang yang dihasilkan dari tanaman kentang yang diinokulasi endofit juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi umbi untuk bibit kentang yang mengandung agen biokontrol.


(8)

III. Studi Literatur

3.1 Perakitan kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi

Pemuliaan mutasi telah dilakukan pada berbagai tanaman, antara lain pada tanaman pangan (misalnya gandum, padi, dan kedelai), tanaman buah-buahan (misalnya apel, jeruk, cherry dan peach), tanaman hias (misalnya krisan, anyelir dan mawar), serta tanaman sayuran (misalnya tomat, buncis, bayam dan kentang) (Fehr, 1987). Sigurbjornsson dan Micke (1974) dan Sigurbjornsson (1983) dalam reviewnya yang dikutip Fehr (1987) menyatakan bahwa karakter-karakter yang telah dapat diperbaiki melalui pemuliaan mutasi antara lain adalah daya hasil, ketahanan terhadap penyakit, panjang batang, kandungan protein, warna biji, bobot biji, termasuk ketahanan terhadap kekeringan. Beberapa kultivar yang telah dilepas merupakan hasil dari pemuliaan mutasi, dan beberapa diantaranya juga telah digunakan sebagai tetua persilangan (Ahloowalia dan Maluszynski, 2001).

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa telah teridentifikasi kultivar kentang yang tahan atau toleran terhadap kekeringan, salah satunya menyebutkan bahwa telah teridentifikasi gen ketahanan terhadap kekeringan pada pada dua klon kentang Andean (Solanum tuberosum L. subsp. Andigena). Namun, setelah dilakukan pengujian dengan metode yang berbeda kemudian kultivar/klon tersebut ternyata menjadi tidak memperlihatkan tahan terhadap kekeringan (Evers et al, 2010). In vitro dan QTL analisis (Anithakumari et al., 2011) dan studi genetik (Anithakumari et al., 2011) telah dilakukan pada kentang diploid untuk karakter toleran kekeringan, akan tetapi informasi mengenai hal yang sama belum ditemukan untuk kentang tetraploid (kentang budidaya).

Pada saat ini, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) yang bekerja sama dengan CIP telah menguji klon-klon hasil persilangan untuk ketahanan terhadap suhu tinggi suhu tinggi. Fokus pengembangan dilakukan pada jenis kentang sayur, sedangkan untuk jenis kentang industri/prosesing khususnya untuk olahan French fries belum banyak dikembangkan (Komunikasi Pribadi dengan Helmi, peneliti komoditas kentang Balitsa).


(9)

Untuk mempersingkat waktu perakitan kultivar kentang melalui pemuliaan mutasi untuk karakter toleran kekeringan dan suhu tinggi maka dilakukan seleksi secara in vitro. Setelah diperoleh genotip-genotip terseleksi secara in vitro baru dilakukan seleksi lapangan, diharapkan dengan metode seleksi secara kombinasi maka dapat diperoleh calon kultivar baru dengan lebih cepat dan efektif. Metode seleksi untuk ketahanan terhadap kekeringan secara in vitro telah dilakukan pada beberapa tanaman, antara lain pada gandum (Farshadfar, 2012) dan Pelargonium (Hassanein, 2010), sedangkan induksi mutasi yang dilanjutkan dengan seleksi secara in vitro telah dilakukan pada pisang (Bidabadi et al., 2012),

3.2 Modifikasi sistem budidaya kentang di dataran medium

Kualitas hasil dan kulitas olahan kentang prosesing sangat ditentukan oleh kadar pati dan kadar sukrosa, sedangkan pembentukan kadar pati dan sukrosa erat kaitannya dengan suhu. Perbedaan suhu siang dan malam yang besar merupakan syarat yang diperlukan. Sementara dataran medium mempunyai perbedaan suhu siang dan suhu malam yang tidak terlalu besar serta mempunyai suhu rata-rata harian yang tinggi sehingga hasil dan kualitas hasil kentang yang ditanam di dataran medium tidak sebaik kentang yang ditanam di dataran tinggi. Upaya kultur teknis dengan pemberian naungan paranet dan aplikasi Paclobutrazol terhadap tanaman kentang telah dilakukan oleh Hamdani dkk (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan paranet 45 % dan kosentrasi 100 ppm Paclobutrazol dapat meningkatkan hasil kentang di datarn medium. Dari penelitian sebelumnya hal yang perlu dikaji lebih lanjut adalah bagaimana apabila naungan yang digunakan itu adalah naungan palstik UV yang dapat menyerap sinar Ultraviolet yang dapat menyebabkan menekan pertumbuhan untuk tanaman sayuran yang menginginkan intensitas cahaya yang sedang untuk pertumbuhaanya seperti kentang atau dengan naungan vegetasi tanaman jagung yang lebih murah, ramah lingkungan dan mudah dalam aplikasinya serta dapat menambah variasi hasil pangan yang dipanen.

Hasil penelitian Hamdani dkk (2009) menunjukan bahwa kultivar Atlantik dapat menghasilkan 21.1 t/ha yang ditanam di dataran medium


(10)

Jatinagor dengan ketinggian 650 m dpl. Akan tetapi, kultivar ini perlu diuji lebih lanjut tentang kualitas hasil dan kualitas olahannya untuk dikembangkan di dataran medium, mengingat kentang prosesing memerlukan modifikassi budidaya yang lebih spesifik. Hal ini berkaitan dengan mempertahankan kualitas olahan agar ukuran ubi sesuai dengan yang dikehendaki, kandungan gula rendah (0.5%), kandungan pati ( > 20%)dan berat jenisnya tinggi (1.07). Varietas ini memiliki kadar pati yang tinggi dan cocok untuk bahan baku olahan seperti French fries, kripik dan chip (Smith, 1997).

Produksi kentang ditentukan oleh pembentukan ubinya, produksi yang tinggi jika tanaman dapat menghasilkan ubi yang banyak dan besar-besar, serta kualitas baik. Proses pembentukan ubi kentang dipengaruhi oleh lingkungan antara lain suhu dan intensitas cahaya dan lama penyinaran. Lamanya stadia pertumbuhan vegetatif dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu : suhu, panjang hari, intensitas cahaya, pemupukan nitrogen, kelembaban tanah, dan faktor keseimbangan hormon tumbuh endogen maupun eksogen, serta faktor genetik atau varietas tanaman (Cutter, 1987). Suhu tanah berperan penting dalam penentuan keberhasilan produksi. Kentang merupakan salah satu tanaman yang sangat dibatasi oleh suhu tanah karena organ yang diproduksi berkembang didalam tanah. Suhu tanah yang tinggi akan menghambat inisiasi ubi dan hal ini akan mengakibatkan pengurangan hasil ubi. Adisarwanto (1990) menambahkan jika kentang ditanam pada tanah dengan suhu yang tinggi maka bobot ubi dan laju pengisian ubi kentang akan menurun.

Dengan demikian penanaman kentang di dataran medium dengan kondisi suhu dan intensitas cahaya yang tinggi perlu dilakukan manipulasi agar kondisi tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang didinginkan oleh tanaman kentang seperti diuraikan di atas. Jadi keberhasilan pengembangan sayuran dataran tinggi yang dapat diadaptasikan di dataran medium pada akhirnya tergantung pada manipulasi lingkungan tumbuh di tempat tersebut menjadi tempat tumbuh yang ideal dengan yang dikehendaki oleh tanaman tersebut sesuai dengan kondisi yang dikehendaki seperti di tempat asalnya atau tempat dimana tanaman tersebut biasa dibudidayakan (dataran tinggi).


(11)

Selain ditentukan oleh faktor lingkungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan pula oleh faktor hormonal, maka keberhasilan berbagai cara untuk merekayasa faktor lingkungan tumbuh harus dilakukan secara bersama-sama dengan status hormonal tanaman, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian hormon eksogen. Aplikasi hormon tumbuh paclobutrazol diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini dimungkinkan karena paclobutrazol berperan dalam meningkatkan proses asimilasi fotosintat dari daun ke bagian ubi sehingga ubi kentang mempunyai kandungan pati yang tinggi (Davis dan Curry, 1991). Efektivitas perlakuan paclobutrazol tergantung pada konsentrasi, jenis tanaman, umur tanaman dan sistem perakaran tanaman serta lingkungan tumbuh tanaman. Selain itu, cara aplikasi sangat penting untuk diperhatikan pada aplikasi zat pengatur tumbuh seperti paclobutrazol.

3.3 Bakteri Endofit dan potensinya untuk mengendalikan penyakit tanaman

Bakteri endofit adalah bakteri yang dapat hidup dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala penyakit. Sejauh ini, bakteri endofit dapat ditemukan pada berbagai tanaman baik yang hidup di darat maupun di air. Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ada kelompok endofit yang dapat ditemukan di berbagai jenis tanaman, tetapi ada pula kelompok endofit yang menunjukkan spesifikasi tanaman inang, minimal pada tingkat famili tanaman (Stone et al., 2000; Rosenblueth & Martinez-Romero, 2006). Pengaruh endofit terhadap inangnya dapat bersifat merugikan, netral (tidak berpengaruh terhadap inang) ataupun menguntungkan tergantung jenis endofit, tanaman inang maupun kondisi lingkungan (Hallmann et al., 1997; Sturz, 1995; Sturz et al., 2000). Pada beberapa isolat endofit, keberadaan mereka tidak berpengaruh terhadap tanaman inang. Selain itu ada pula isolat-isolat yang dapat merugikan tanaman inangnya karena beberapa laten patogen yang dapat bersifat patogenik apabila lingkungan tidak mendukung pertumbuhan inang (terjadi predisposisi) dapat terisolasi sebagai endofit. Namun demikian, ada isolat-isolat endofit yang tidak hanya mengambil keuntungan dari inang, tetapi juga memberikan keuntungan bagi inangnya misalnya dengan memacu pertumbuhan, meningkatkan


(12)

ketahanan tanaman terhadap tekanan faktor abiotik seperti kekeringan atau faktor biotik misalnya serangan hama dan penyakit (Halmann, et al., 1997; Sturz et al., 2000; Backmann & Sikora, 2008).

Banyak isolat bakteri endofit yang termasuk golongan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman antara lain dari kelompok Pseudomonas yang dapat berpendar (fluorescens) dan Bacillus (Hallman et al., 1997; Rosenblueth & Martinez-romero, 2006). Sessitsch et al., (2004) melaporkan bahwa bakteri endofit dari akar kentang ada yang dapat meningkatkan pertumbuhan inangnya. Istifadah dan Putri (2008) juga menemukan beberapa isolat bakteri endofit asal akar kubis-kubisan yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kubis. Secara umum, peningkatan pertumbuhan oleh bakteri endofit dapat dikarenakan bakteri tersebut mampu menghasilkan fitohormon, meningkatkan solubilitas nutrisi, mineralisasi, atau mengatur produksi etilen pada perakaran (direview dalam Rosenblueth & Martinez-romero, 2006).

Kemampuan bakteri endofit dalam menekan berbagai patogen tanaman telah banyak dilaporkan. Bakteri endofit akar telah dilaporkan dapat menekan perkembangan berbagai penyakit tular tanah, seperti penyakit busuk basah (Erwinia carotovora) pada kentang, layu (Fusarium oxysporum f.sp. vasinfectum) pada kapas, penyakit karena Rhizoctonia solani dan Verticillium albo-atrum pada kentang, serta penyakit karena Phytium sp. dan Gaeumannomyces graminis pada padi (direview oleh : Hallmann et al., 1997).

Efek antagonistik bakteri endofit terhadap patogen dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Efek bakteri endofit terhadap patogen secara tidak langsung terjadi karena kolonisasi bakteri endofit dalam jaringan tanaman dapat menginduksi resistensi tanaman terhadap serangan patogen (Backmann & Sikora, 2008 ; Hallmann, et al., 1997; Sturz et al., 2000). Efek antagonistik secara langsung dapat terjadi karena adanya kompetisi ruang antara endofit dan patogen (Hallmann, et al., 1997) juga karena bakteri endofit dapat menghasilkan berbagai macam senyawa yang bersifat toksik terhadap patogen (Benhamou et al., 1996; Tan & Zou, 2000). Sessitch et al., (2004) melaporkan bahwa bakteri yang diisolasi dari tanaman kentang dapat menghasilkan enzim, antibiotic dan siderofor secara


(13)

in vitro. Istifadah dkk. (2010) menemukan bahwa kultur filtrat dari beberapa isolat bakteri endofit mengandung senyawa toksik yang dapat menyebabkan lisisnya nematoda sista kentang (Globodera rostochiensis).

Beberapa penelitian telah mengkaji bakteri endofit asal akar dan umbi kentang. Berg et al., (2005) yang mengkaji bakteri yang berasosiasi dengan tanaman kentang menemukan bahwa banyak isolat bakteri yang berasal dari perakaran tanaman kentang yang mempunyai efek antagonistik terhadap patogen tular tanah seperti Rhizoctonia solani dan Verticillium dahlia. Strutz et al., (1999) melaporkan bahwa bakteri endofit yang diisolasi dari umbi kentang ada yang bersifat antagonistik terhadap beberapa patogen tular tanah antara lain Fusarium sambucinum, Fusarium avenaceum, Fusarium oxysporum dan Phytophthora infestans (mating types A1 and A2). Isolat bakteri yang berasal dari kulit atau jaringan umbi kentang yang paling luar ternyata menunjukkan efek antagonistik yang lebih besar daripada isolat dari jaringan umbi yang lebih dalam.

Pada penelitian sebelumnya, Istifadah dkk (2010) mengisolasi bakteri endofit dari perakaran tanaman kentang dan menemukan bahwa terdapat 6 isolat non patogenik yang secara in vitro dapat menyebabkan persentase Juvenile2 G. rostochiensis rusak akibat adanya senyawa toksik sebesar 70 -97.9%. Pada percobaan pada tanaman kentang, isolat bakteri endofit dapat menekan jumlah sista G. rostochiensis dengan tingkat penekanan sebesar 22,4 - 55,3 % dan populasi juvenile-2 sebesar 38,8- 81,9 %.


(14)

Bibit kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi serta mengandung mikroorganisme menguntungkan

Bidang Kajian

Tim Peneliti:

Dr. Anne Nurbaity, SP., M.Sc.

Ilmu Tanah Hortikultura

Tim Peneliti:

Prof. Dr. Jajang Sauman H, Ir., MS. Pemuliaan Tanaman

Tim Peneliti:

Farida Damayanti, SP., M.Sc

Teknologi Benih

Tim Peneliti:

Dr. Anne Nuraini, Ir., MS.

Tim Peneliti:

Dr. Noor Istifadah, Ir., M.Sc.

Hama Penyakit Tanaman IV. Roadmap Cluster Kentang

32

P

ro

g

ra

m

K

e

rj

a

Perakitan kultivar kentang toleran

kekeringan dan suhu tinggi melalui

induksi mutasi

Produksi benih kentang

Paket budidaya kentang di dataran

medium

Formulasi antagonis (endofit) untuk

penyakit pada kentang

Aplikasi mikroorganisme menguntungkan melalui media


(15)

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Capaian TAHAPA N K E G IA T A

N (1) Koleksi plasma nutfah. (a) Koleksi umbi kentang Pelaksana : Tim Laboratorium Pemuliaan Tanaman (Unpad) (1) Koleksi plasma nutfah. (a) Koleksi umbi kentang; (b) Koleksi planlet in vitro Pelaksana : Tim Laboratoriu m Pemuliaan Tanaman (Unpad) (1) Perbanyakan plasma nutfah. (a) Evaluasi G x E induksi kalus ; (b) Evaluasi G x E perbanyakan kentang in vitro; (c) Evaluasi G x E efisiensi multiplikasi. Pelaksana : Tim Laboratorium Pemuliaan Tanaman (Unpad) (1) Persiapan materi seleksi. (a) kalus; (b) tunas; (c) Evaluasi G x E pembentukan umbi mikro sebagai salah satu materi seleksi. Pelaksana : Tim Laboratoriu m Pemuliaan Tanaman (Unpad)

(1) Mutasi dan regenerasi. (a) Induksi mutasi (materi kalus); (b) Regenerasi kalus yang telah diinduksi mutasi; (c) Perbanyakan planlet hasil regenerasi hasil mutasi. Pelaksana : Tim Laboratoriu m Pemuliaan Tanaman (Unpad)

(1) Seleksi in vitro toleran

kekeringan dan temperatur tinggi (materi genotip hasil mutasi); (2) Perbanyakan genotip-genotip terseleksi. Pelaksana : Tim Laboratorium Pemuliaan Tanaman (Unpad) (1) Aklimatisasi genotip terseleksi; (2) Seleksi lapangan genotip-genotip terseleksi Pelaksana : Tim Laboratorium Pemuliaan Tanaman (Unpad) (1) Diperoleh genotip kentang olahan (French fries) toleran kekeringan dan temperatur tinggi. Pelaksana : Tim Laboratorium Pemuliaan Tanaman (Unpad) Genotip-genotip kentang olahan (French fries) toleran kekeringan dan temperatur tinggi (2) Perbanyakan benih kentang secara in vitro. (a) Pengaruh asal eksplan; (b) Perbanyakan beberapa kultivar kentang. Pelaksana : Tim Laboratorium Teknologi Benih (Unpad) (2) Perbanyakan benih kentang secara in vitro (G0, G1). (a) Pengaruh zat pengatur tumbuh dan bahan organik; (b) Pengaruh jenis media dan penggunaan pupuk daun sebagai media alternatif. Pelaksana : Tim Laboratoriu m Teknologi Benih (Unpad) (2) Perbanyakan benih kentang asal in vitro secara konvensional (G2, G3, G4). (a) Pengaruh hormon tumbuh; (b) Pengaruh media. Pelaksana : Tim Laboratorium Teknologi Benih (Unpad) (2) Perbanyakan benih dengan sistem aerophonik (G1). (a) Penggunaan hormon (Packlobutrazo l). Pelaksana : Tim Laboratoriu m Teknologi Benih (Unpad) (2) Perbanyakan benih dengan sistem aerophonik (G2, G3). (a) Rekayasa lingkungan tumbuh (suhu dan intensitas cahaya). Pelaksana : Tim Laboratoriu m Teknologi Benih (Unpad) (2) Perbanyakan benih hasil aerophonik di dataran medium (G4). (a) Penggunaan kultivar toleran kekeringan; (b) Rekayasa lingkungan. Pelaksana : Tim Laboratorium Teknologi Benih (Unpad) (2) Penanaman benih kentang asal sistem aerophonik pada beberapa daerah dataran medium. (a) Uji multilokasi benih kentang aeroponik tahan kekeringan untuk mendukung Produk Olahan kentang Prosesing di dataran medium(keripik kentang, kentang goreng, tepung kentang). Pelaksana : (2) Diperoleh paket teknologi produksi benih kentang sistem aerophonik di dataran medium. Pelaksana : Tim Laboratorium Teknologi Benih (Unpad) Paket teknologi produksi benih kentang aerophonik di dataran medium 33


(16)

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Capaian Tim Laboratorium Teknologi Benih (Unpad) (3) Rekayasa kultur teknis asal ubi dan media tumbuh. (a) Asal ubi dan jenis mulsa; (b) Musim tanam dan tinggi bedengan; (c) Jenis mulsa dan kultivar kentang, pupuk organik, pupuk hayati, pupuk NPK. Pelaksana : Tim Laboratorium Hortikultura (Unpad) (3) Pengujian kultivar kentang olahan di dataran medium. (a) Pengujian beberapa kultivar kentang di dataran medium dengan Aplikasi ZPT paclobutrazol dan naungan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil. Pelaksana : Tim Laboratoriu m Hortikultura (Unpad) (3) Rekayasa Kultur teknis kentang olahan dengan hormon tumbuh tumbuh. (a) Pengaruh cara dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil kentang di dataran medium. Pelaksana : Tim Laboratorium Hortikultura (Unpad) (3) Pengujian manipulasi lingkungan tumbuh dan tormon tumbuh pada kentang olahan. (a) Manipulasi lingkungan tumbuh dan aplikasi hormon tumbuh untuk meningkatkan hasil, kualitas hasil dan kualitas olahan kentang olahan kultivar Atlantik di dataran medium. Pelaksana : Tim (3) Pengujian efisiensi rekayasa kultur teknis dengan naungan vegetasi. (a) Pengaruh naungan vegetasi (tanaman jagung/buncis) pada tanaman kentang terhadap hasil dan kualitas hasil kentang olahan Kultivar Atlantik dan peningkatan produktivitas lahan pada sistim tanam ganda di dataran medium. (3) Pengujian beberapa kultivar kentang olahan di dataran medium dengan aplikasi hormon tumbuh pada berbagai tingkat cekaman air.

Pelaksana : Tim Laboratorium Hortikultura (Unpad) (3) Pengujian paket teknologi untuk budidaya kentang olahan di dataran medium. Pelaksana : Tim Laboratorium Hortikultura (Unpad) (3) Diperoleh teknologi rekayasa kultur teknis untuk memproduksi kentang olahan (French fries) yang dikembangkan di dataran medium. Pelaksana : Tim Laboratorium Hortikultura (Unpad) Paket teknologi kultur teknis untuk kentang olahan (French fries) yang dikembangk an di dataran medium


(17)

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Capaian Laboratoriu m Hortikultura (Unpad) Pelaksana : Tim Laboratoriu m Hortikultura (Unpad)

(4) Isolasi dan Seleksi mikrob antagonis (bakteri dan jamur endofit serta jamur rhizosfer) dari akar kentang untuk pengendalian nematoda sista kentang (NSK). Pelaksana : Tim Laboratoriu m Penyakit Tanaman (Unpad) (4) Pengujian kompatibilitas dan cara aplikasi campuran mikrob antagonis untuk pengendalian NSK. Pelaksana : Tim Laboratorium Penyakit Tanaman (Unpad) (4) Pengembanga n formulasi bionematisida campuran mikrob antagonis untuk pengendalian NSK dan Meloidogyne spp. pada tanaman ketang dataran medium. Pelaksana : Tim Laboratoriu m Penyakit Tanaman (Unpad)

(4) a. Seleksi bakteri endofit untuk pengendalian layu bakteri dan busuk lunak pada kentang industri di dataran medium;b. mengkaji kemampuan bakteri endofit untuk meningkatkan ketahanan tanaman kentang terhadap penyakit tular udara;Pelaksa na: (4) a. Pengembangan formulasi bakterisida untuk pengendalian layu bakteri dan busuk lunak pada kentang industri di dataran medium;b.mengk aji populasi antagonis dalam formulasi;(c) mengkaji kolonisasi endofit pada umbi kentang yang dihasilkan dari tanaman yang diberi perlakuan endofit.

Pelaksana : Tim Laboratorium

(4) a. Mengkaji cara aplikasi formulasi pada galur kentang industri tahan kekeringan yang dikembangkan dan kemampuannya untuk menekan penyakit pada galur tersebut. b. mengkaji kolonisasi endofit pada knol kentang untuk bibit. Pelaksana : Tim Laboratorium Penyakit Tanaman (Unpad)

4 (a). Mengkaji kemampuan formulasi untuk menekan penyakit pada tanaman kentang tahan kekeringan yang dibudidayakan di dataran medium dengan paket budidaya yang telah dihasilkan: (b). Mengkaji kolonisasi endofit pada umbi kentang untuk bibit yang dihasilkan Formulasi antagonis (endofit) untuk mendukung produksi umbi kentang (untuk bibit) tahan kekeringan yang mengandun g endofit yang dapat menekan penyakit terbawa umbi, tular tanah maupun tular udara 35


(18)

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Capaian Pelaksana :

Tim Laboratoriu m Penyakit Tanaman (Unpad)

Penyakit Tanaman (Unpad)


(19)

V. Kerjasama

Kerjasama yang telah dan akan dilakukan Unpad untuk penelitian kentang antara lain:

1. Penelitian Peningkatan Kualitas Hasil dan Hasil Beberapa Varietas Kentang Proesing dengan ZPT di Dua Dataran Medium. Dalam rangka penelitian untuk Penulisan Disertasi Mahasiswa S3 ( Syahbudin) tahun 2012, mendapat bantuan dan dukungan dari kepala badan Litbang (Dr. Yusdar Hilman)

2. Kerjasama telah dilakukan dengan CV. Prima Agrotech (Perbanyakan bibit kentang berkualitas dengan teknik kultur jaringan).

VI. Fasilitas No

.

Failitas yang Diperlukan Tujuan Penggunaan

1. Lahan Untuk penelitian lapang dan perbanyak benih dan produksi benih, serta aplikasi endofit melalui media tanam.

2. Screen house Untuk aklimatisasi

3. Laboratorium Untuk induksi mutasi, seleksi in vitro, perbanyakan secara in vitro, isolasi endofit


(20)

VII. Usulan Narasumber

1. Nama : Dr. Yusdar Hilman Bidang Keahlian : Agronomi

Institusi : Balitbang Alamat Instansi :

No. Telp. Instansi : No. HP; Alamat Email :

2. Nama : Ir. Helmi Bidang Keahlian :

Institusi : Balitsa Alamat Instansi :

No. Telp. Instansi : No. HP; Alamat Email :

VIII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (Nilai Ekonomi) Produk Penelitian

Genotip-genotip calon kultivar unggul baru yang dihasilkan berpotensi untuk memperoleh HKI dari Hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT), teknologi-teknologi yang berhubungan dengan sistem budidaya kentang dataran medium dan formulasi antagonis (endofit) untuk tanaman kentang berpeluang untuk diajukan memperoleh hak paten atau hak dagang.


(21)

RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat PILAR : PANGAN

CLUSTER : KENTANG

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

1. 2013 Optimasi

seleksi in

vitro untuk

toleransi

terhadap

cekaman

kekeringan

dalam

rangka

perakitan

kultivar

kentang

toleran

kekeringan

30.000.0

00

Planlet in vitro, kalus, dan umbi mikro kentan g

PEG dan mannit ol

Media MS

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur Jaringan

1

1

2. 2013 Induksi

mutasi

sinar

30.000.0

00

Planlet in vitro dan kalus

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur Jaringan

1

1

39


(22)

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

gamma

pada

beberapa

kultivar

kentang

dan

regenerasin

ya secara

in vitro

kentan g

Media

MS

dan

ZPT

Peralatan

irradiasi

sinar

gamma

3. 2013 Percepatan

produksi

benih

kentang

asal in Vitro

dengan

pemberian

Paclobutraz

ol pada

sistim

Aeroponik

85.000.0

00

Stek bibit

kentang

Nutrisi

mikro dan

makro

ZPT

Metode

eksperime

ntal

Peralatan

kultur

aeroponi

k

1

1

4. 2013 Manipulasi

95.000.0

 Bibit

Metode

 Seperang

1

1


(23)

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

lingkungan

tumbuh

dan hormon

tumbuh

untuk

meningkatk

an hasil,

kualitas

hasil dan

kualitas

olahan

kentang

prosesing

di dataran

medium

00

Kentan g  Naunga n dan bangun an naunga n  Hormo n tumbuh

eksperime

ntal

kat alat pertanian lapangan

 Alat -alat

pengukur cuaca

 Alat laboratori um

5. 2013 Pemanfaata

n Endofit

untuk

menekan

penyakit

layu bakteri

dan busuk

lunak

70.000.0

00

Bibit

kentang

Mikroba

endofit

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur mikroa

1

1

41


(24)

Catatan :

* Isi dengan angka (jumlah output)


(25)

Daftar Pustaka

Agam,S.A., X. Guan-lin and J. Coosemans. 2005. Delivery methods for introducing endophytic Bacillus into tomato and their effect on growth promotion and suppression of tomato wilt. Plant Pathology Journal., 4: 69-74.

Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Fifth edition. Academic Press, New York. Ahlowalia, B.S and M. Maluszynski. 2001. Induced mutations – A new

paradigm in plant breeding. Euphytica 118: 167–173.

Backman, P.A and R.A Sikora. 2008. Endophytes: An emerging tool for biological control. Biological Control 46 :1–3 Available online at www.sciencedirect.com (diakses Januari 2010).

Berg, G., A. Krechel, M. Ditz, RA. Sikora, A. Ulrich , J. Hallmann. 2005. Endophytic and ectophytic potato-associated bacterial communities differ in structure and antagonistic function against plant pathogenic fungi. FEMS Microbiology Ecology 51: 215–22

Benhamou, N., Gagne, S., Le, Q. D. and Dehbi, L. (2000) Bacterial-mediated induced resistance in cucumber: Beneficial effect of the endophytic bacterium Serratia plymuthica on the protection against infection by Pythium ultimum. Phytopathology 90, 45-56.

Bidabadi, S.S., S. Meon, Z. Wahab, S. Subramaniam, and M. Mahmood. 2012. In vitro selection and characterization of water stress tolerant lines among ethyl methanesulphonate (EMS) induced variants of banana (Musa spp., with AAA genome). AJCS 6(3):567-575.

Compant, S. Duffy, B. Nowak, J. Barka, E. 2005. Use of plant growth-promoting bacteria of plant diseases: Principles, mechanisms of action and future prospects. Applied and Environmental Microbiology, 71:4951-4959.

El-Fallal, A and Zmoussa, A. 2008. Prospect for control of brown rot disease of potato in vitro and under greenhouse condition. Plant Pathology Journal, 71: 54-64.

Elphinstone JG. 1987. Soft Rot and Blackleg of Potato, Erwinia spp. International Potato center (CIP), Lima Peru. Available on line at http://www.cipotato.org/library/pdfdocs/TIBen15894.pdf (diakses Maret 2012)

Farshadfar, E., P. Elyasi, M. Aghaee. 2012. In Vitro Selection for Drought Tolerance in Common Wheat (Triticum aestivum L) Genotypes by Mature Embryo Culture. American Journal of Scientific Research ISSN 1450-223X Issue 48 (2012), pp. 102-115.

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development. Macmillan Publishing Company. New York.

Hallmann, J., Quadt-Hallman, A., Mahaffee, W. F. and Kloepper, J. W. (1997) Bacterial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of Microbiology 43, 895-914.

Hassanein, A.M.A. 2010. Establishment of efficient in vitro method for drought tolerance evaluation in Pelargonium. Journal of Horticultural Science and Ornamental Plants 2(1): 08-15.

Hayward, A. C. 1991. Biology and Epidemiology of Bacterial Wilt Cause By Pseudomonas solanacearum. Annu Rev Phytopatol 29: 65-87.

Istifadah, N and Putri, D. D. 2007. Kemampuan Bakteri Endofit Akar Tanaman Kubis-kubisan untuk Menekan Penyakit Akar Gada


(26)

(Plasmodiophora brassicae Wor.) pada tanaman kubis. Agrikultura 18: 210-216.

Istifadah, N,, T. Sunarto, O. Setiani. 2010. Pengembangan Formulasi Bionematisida untuk Pengendalikan Nematoda Sista Kentang (Globodera Rostochiensis) pada Tanaman Kentang. Laporan Penelitian KKP3T, Balai penelitian dan Pengembangan Tanaman, Departemen Pertanian.

Muthukumar1, A. R. Bhaskaran and K. Sanjeevkumar. 2010. Efficacy of endophytic Pseudomonas fluorescens (Trevisan) migula against chilli damping-off.Journal of Biopesticides 3: 105 – 109.

Perombelon MCM. & A. Kelman. 1980. Ecology of the Soft Rot Erwinias. Annual Review Phytopathology, 18:283-285.

Pijoto. S. 2004. Penangkaran Benih Kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Rosenblueth M. and E. Martínez-Romero. 2006. Bacterial Endophytes and

Their Interactions with Hosts. MPMI 19 (8): 827–837.

Semangun, H. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sessitsch A., Reiter, B. and Berg, G. 2004. Endophytic bacterial communities of field-grown potato plants and their plant-growth-promoting and antagonistic abilities. Can. J. Microbiol, 50(4): 239-249.

Stone, J. K., Bacon, C. W. and White, J. F. (2000) An overview of endophytic microbes: endophytism defined. In Microbial Endophytes, (eds. C. W. Bacon and J. F. White), pp. 3-29, Marcel Dekker, Inc., New York.

Sturz, A.V. and Nowak, J. 2000. Endophytic communities of rhizobacteria and the strategies required to create yield enhancing association with crops. Applied Soil Ecology, 15:183-190.

Soelarso, R. B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius . Yogyakarta . Hal. 79.

Tsror, L al. . M. Aharon and O. Erlich.1999. Survey of Bacterial and Fungal Seedborne Diseases in Imported and Domestic Potato Seed Tubers. Phytoparasitica 27(3):1-12

Tan, R. X. and WX. Zou, 2001 Endophytes: a rich source of functional metabolites. Natural Product Reports 18, 448-459.

Warrior, P. Konduru, K & Vasudevan, F. 2002. Formulation of biological control agent for pests and disease management. In Biological control of crop diseases. Pp. 421-440 (Gnanamanickam, S. Ed). Marcel Dekker, New York.

Ziedan, E.H.E.2006. Manipulating Endophytic Bacteria for Biological Control to Soil Borne Diseases of Peanut. Journal of Applied Sciences Research 2: 497-502.X


(1)

RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

PILAR : PANGAN

CLUSTER : KENTANG

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

1. 2013 Optimasi

seleksi in

vitro untuk

toleransi

terhadap

cekaman

kekeringan

dalam

rangka

perakitan

kultivar

kentang

toleran

kekeringan

30.000.0

00

Planlet

in vitro,

kalus, dan umbi mikro kentan g

PEG dan mannit ol

Media MS

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur Jaringan

1

1

2. 2013 Induksi

mutasi

sinar

30.000.0

00

Planlet

in vitro

dan kalus

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur Jaringan

1

1


(2)

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

gamma

pada

beberapa

kultivar

kentang

dan

regenerasin

ya secara

in vitro

kentan g

Media

MS

dan

ZPT

Peralatan

irradiasi

sinar

gamma

3. 2013 Percepatan

produksi

benih

kentang

asal in Vitro

dengan

pemberian

Paclobutraz

ol pada

sistim

Aeroponik

85.000.0

00

Stek bibit

kentang

Nutrisi

mikro dan

makro

ZPT

Metode

eksperime

ntal

Peralatan

kultur

aeroponi

k

1

1


(3)

N

o

Tah

un

Penelitian

Judul

Jumlah

Dana

yang

Dibutuh

kan (Rp)

Bahan

Penelitia

n

Metode

Penelitian

Digunakan

Alat yang

Output Penelitian*

J.

I

n

t

J.

N

a

s

.

A

k

J.

N

a

s

P

ro

c

.

In

t

P

ro

c

.

N

a

s

H

K

I

P

ro

to

ti

p

e

P

ro

d

u

k

lingkungan

tumbuh

dan hormon

tumbuh

untuk

meningkatk

an hasil,

kualitas

hasil dan

kualitas

olahan

kentang

prosesing

di dataran

medium

00

Kentan g  Naunga n dan bangun an naunga n  Hormo n tumbuh

eksperime

ntal

kat alat pertanian lapangan  Alat -alat

pengukur cuaca  Alat

laboratori um

5. 2013 Pemanfaata

n Endofit

untuk

menekan

penyakit

layu bakteri

dan busuk

lunak

70.000.0

00

Bibit

kentang

Mikroba

endofit

Metode

eksperime

ntal

Peralatan Laboratori um Kultur mikroa

1

1


(4)

Catatan :


(5)

Daftar Pustaka

Agam,S.A., X. Guan-lin and J. Coosemans. 2005. Delivery methods for introducing endophytic Bacillus into tomato and their effect on growth promotion and suppression of tomato wilt. Plant Pathology Journal., 4: 69-74.

Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Fifth edition. Academic Press, New York. Ahlowalia, B.S and M. Maluszynski. 2001. Induced mutations – A new

paradigm in plant breeding. Euphytica 118: 167–173.

Backman, P.A and R.A Sikora. 2008. Endophytes: An emerging tool for biological control. Biological Control 46 :1–3 Available online at www.sciencedirect.com (diakses Januari 2010).

Berg, G., A. Krechel, M. Ditz, RA. Sikora, A. Ulrich , J. Hallmann. 2005. Endophytic and ectophytic potato-associated bacterial communities differ in structure and antagonistic function against plant pathogenic fungi. FEMS Microbiology Ecology 51: 215–22

Benhamou, N., Gagne, S., Le, Q. D. and Dehbi, L. (2000) Bacterial-mediated induced resistance in cucumber: Beneficial effect of the endophytic bacterium Serratia plymuthica on the protection against infection by

Pythium ultimum. Phytopathology 90, 45-56.

Bidabadi, S.S., S. Meon, Z. Wahab, S. Subramaniam, and M. Mahmood. 2012.

In vitro selection and characterization of water stress tolerant lines

among ethyl methanesulphonate (EMS) induced variants of banana (Musa spp., with AAA genome). AJCS 6(3):567-575.

Compant, S. Duffy, B. Nowak, J. Barka, E. 2005. Use of plant growth-promoting bacteria of plant diseases: Principles, mechanisms of action and future prospects. Applied and Environmental Microbiology, 71:4951-4959.

El-Fallal, A and Zmoussa, A. 2008. Prospect for control of brown rot disease of potato in vitro and under greenhouse condition. Plant Pathology Journal, 71: 54-64.

Elphinstone JG. 1987. Soft Rot and Blackleg of Potato, Erwinia spp. International Potato center (CIP), Lima Peru. Available on line at http://www.cipotato.org/library/pdfdocs/TIBen15894.pdf (diakses Maret 2012)

Farshadfar, E., P. Elyasi, M. Aghaee. 2012. In Vitro Selection for Drought Tolerance in Common Wheat (Triticum aestivum L) Genotypes by Mature Embryo Culture. American Journal of Scientific Research ISSN 1450-223X Issue 48 (2012), pp. 102-115.

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development. Macmillan Publishing Company. New York.

Hallmann, J., Quadt-Hallman, A., Mahaffee, W. F. and Kloepper, J. W. (1997) Bacterial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of

Microbiology 43

, 895-914.

Hassanein, A.M.A. 2010. Establishment of efficient in vitro method for drought tolerance evaluation in Pelargonium. Journal of Horticultural Science and Ornamental Plants 2(1): 08-15.

Hayward, A. C. 1991. Biology and Epidemiology of Bacterial Wilt Cause By

Pseudomonas solanacearum. Annu Rev Phytopatol 29: 65-87.

Istifadah, N and Putri, D. D. 2007. Kemampuan Bakteri Endofit Akar Tanaman Kubis-kubisan untuk Menekan Penyakit Akar Gada


(6)

(Plasmodiophora brassicae Wor.) pada tanaman kubis. Agrikultura 18: 210-216.

Istifadah, N,, T. Sunarto, O. Setiani. 2010. Pengembangan Formulasi Bionematisida untuk Pengendalikan Nematoda Sista Kentang (Globodera Rostochiensis) pada Tanaman Kentang. Laporan Penelitian KKP3T, Balai penelitian dan Pengembangan Tanaman, Departemen Pertanian.

Muthukumar1, A. R. Bhaskaran and K. Sanjeevkumar. 2010. Efficacy of endophytic Pseudomonas fluorescens (Trevisan) migula against chilli damping-off.Journal of Biopesticides 3: 105 – 109.

Perombelon MCM. & A. Kelman. 1980. Ecology of the Soft Rot Erwinias. Annual Review Phytopathology, 18:283-285.

Pijoto. S. 2004. Penangkaran Benih Kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Rosenblueth M. and E. Martínez-Romero. 2006. Bacterial Endophytes and

Their Interactions with Hosts. MPMI 19 (8): 827–837.

Semangun, H. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sessitsch A., Reiter, B. and Berg, G. 2004. Endophytic bacterial communities of field-grown potato plants and their plant-growth-promoting and antagonistic abilities. Can. J. Microbiol, 50(4): 239-249.

Stone, J. K., Bacon, C. W. and White, J. F. (2000) An overview of endophytic microbes: endophytism defined. In Microbial Endophytes, (eds. C. W. Bacon and J. F. White), pp. 3-29, Marcel Dekker, Inc., New York.

Sturz, A.V. and Nowak, J. 2000. Endophytic communities of rhizobacteria and the strategies required to create yield enhancing association with crops. Applied Soil Ecology, 15:183-190.

Soelarso, R. B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius . Yogyakarta . Hal. 79.

Tsror, L al. . M. Aharon and O. Erlich.1999. Survey of Bacterial and Fungal Seedborne Diseases in Imported and Domestic Potato Seed Tubers.

Phytoparasitica 27(3):1-12

Tan, R. X. and WX. Zou, 2001 Endophytes: a rich source of functional metabolites. Natural Product Reports 18, 448-459.

Warrior, P. Konduru, K & Vasudevan, F. 2002. Formulation of biological control agent for pests and disease management. In Biological control of crop diseases. Pp. 421-440 (Gnanamanickam, S. Ed). Marcel Dekker, New York.

Ziedan, E.H.E.2006. Manipulating Endophytic Bacteria for Biological Control to Soil Borne Diseases of Peanut. Journal of Applied Sciences Research 2: 497-502.X