MANGGIS_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN

(1)

ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN

CLUSTER HORTIKULTURA

KOMODITAS

Manggis (Garcinia mangostana)

Pengembangan Manggis Sebagai Primadona Ekspor

Buah

dan Bahan Baku Obat Herbal

Koordinator Komoditas

Dr. Ir. Warid Ali Qosim, MP.

NIP. 196605071991031003

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN ORIENTASI PENELITIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TA 2012

Pilar

: Pangan

Cluster

: Hortikultura

Komoditas : Manggis

Penyusun

: Dr. Ir. Warid Ali Qosim, MP. (Lab. Pemuliaan Tanaman)

Kontributor : Dr. Ir. Agus Susanto, MS. (Lab. Hama Tanaman)

Ir. Sudaryanto, MP. (Lab. Managemen Industri

Pertanian)

Prof. Dr. Ir. Imas S. Setiasih. (Lab. Teknologi Pangan)

Dr. Ir. Yossini Deliana, MS. (Lab. Agribisnis)

Bandung, 19 Nopember 2012

Mengetahui dan Menyetujui

Koordinator Penyusun

Ketua LPPM Unpad

Prof. Dr. Wawan Hermawan, MS.

Dr. Ir. Warid Ali Qosim,

MP


(3)

I.

Ringkasan

Tanaman manggis adalah salah satu tanaman buah tropika yang sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan manggis perlu digalakan dengan melibatkan pakar multidisiplin yang kompeten. Tujuan jangka panjang adalah melakukan pengembangan tanaman manggis sebagai konsumsi buah segar, produk olahan dan bahan baku obat herbal melalui penelirian dari berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) seperti pemuliaan, agronomi, mekanisasi, pengolahan hasil dan agribisnis.

Roadmap penelitian tanaman manggis harus dirancang secara efisien untuk menghasilkan goal yang diharapkan dengan tenggang waktu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tahapan kegiatan sebagai berikut: (1) induksi mutasi dan seleksi pada mutan manggis; (2) kajian hara dan iklim; (3) teknologi budidaya terpadu tanaman manggis; (4) teknologi pascapanen; (5) teknologi produk olahan; (6) kajian agribisnis; (7) diseminasi hasil penelitian.

Keluaran hasil penelitian adalah (1) diperoleh beberapa genotipe manggis yang berdaya hasil, fase juvenile pendek dan system perakaran yang baik; (2) paket teknologi budidaya terpadu untuk tanaman manggis; (3) Teknologi pasca panen pada buah manggis; (4) pengolahan buah manggis menjadi jus atau kulit buah manggis menjadi tepung sebagai bahan obat herbal; (5) analisis usaha tani budidaya manggis; (5) Hasil penelitian dapat diseminasikan kepada masyarakat.


(4)

I. Pendahuluan

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah buah tropika yang sangat digemari oleh masyarakat, karena kelezatan rasa, bentuk buah yang indah dan tekstur buah yang halus sehingga mendapat julukan Queen of tropical fruit (Cox, 1976). Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Untuk memenuhi permintaan ekspor, maka produksi manggis di Indonesia harus ditingkatkan. Sejak tahun 1970-an sampai sekarang permintaan ekspor buah manggis meningkat terus dan menjadi primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia. Sumbangan ekspor buah manggis sangat besar dalam rangka meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani (Qosim, 2007). Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar ke mancanegara kemudian diikuti oleh buah nanas, mangga, pisang dan dan pepaya (Kemtan, 2010).

Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik sistem produksinya dan masih tergantung pada alam. Meskipun penanganan budidaya dan pascapanen seadanya, ternyata buah manggis yang berasal dari Indonesia mampu menembus pasar ekspor dunia dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa bersaing dengan manggis negara lain. Kualitas buah manggis yang berasal dari Indonesia sangat disukai oleh konsumen dari Cina.

Permintaan pasar ekspor buah manggis dari luar negeri dari tahun ke tahun terus meningkat. Volume ekspor buah manggis tahun 2004, yaitu 3.045 ton mengalami peningkatan menjadi 11.388 ton pada tahun 2010 atau meningkat 273 % (Tabel 1) (dikutip www. deptan. go.id). Negara pengimpor buah manggis adalah Hongkong (53 %), Taiwan (27 %), Malaysia (7 %), Prancis (3 %), Uni Emirat Arab (3 %) dan lain-lain terdiri Singapura, Jepang, dan Belanda (7 %).

Berdasarkan data statistik, pada tahun 2004 luas panen 8.473 ha mengalami peningkatan menjadi 11.964 ha tahun 2007 atau meningkat 41 %. Begitu juga, produksi manggis mengalami peningkatan dari 62.117 ton pada tahun 2004 menjadi 112.722 ton pada tahun 2007 atau meningkat sekitar 81


(5)

%. Sedangkan pada tahun 2010, luas panen, produktivitas, dan produksi mengalami penurunan, akan tetapi volume ekspor meningkat. Produksi buah di Indonesia manggis mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak menentu.

Pada umumnya tanaman manggis di Indonesia berumur sudah tua dan sebagian besar merupakan tanaman pekarangan, kebun campuran dan ditanam pada daerah perbukitan/hutan (Kusuma dan Verheij, 1994). Tanaman manggis ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur sehingga antartanaman manggis atau dengan tanaman lain saling menutupi kanopinya. Tanaman manggis bercampur dengan tanaman lain, seperti jengkol, albasia, dan pisang. Pemeliharaan tanaman relatif tidak ada, saat ini biasanya petani hanya menunggu panen manggis. Ketersediaan bibit manggis sangat sulit karena pohon induk yang berkualitas masih sangat jarang. Produktivitas pohon manggis di Indonesia rata-rata 30-70 kg per pohon masih tergolong rendah dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan India mencapai 200-300 kg per pohon. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan (2004), produktivitas pohon manggis di Wanayasa (Purwakarta) dapat mencapai 500 kg buah per pohon. Produktivitas yang rendah disebabkan kebun manggis tidak dikelola dengan baik. Peningkatan produksi manggis dapat ditingkatkan antara lain dengan kultur teknis dan penggunaan klon unggul manggis.

Masalah lain adalah kualitas buah manggis untuk ekspor sangat rendah hanya 10% layak ekspor dari total, hal ini disebabkan oleh getah kuning mencapai 20% dan burik buah 25%. Pada umumnya budi daya tanaman manggis masih sangat tradisional, jarang dipupuk bahkan tidak pernah, tidak melakukan pembersihan dari rumput-rumputan dan pemangkasan. Jadi saat ini petani memanen buahnya tidak melakukan teknologi budi daya optimal hanya menunggu pohon manggis berbuah secara alamiah.

Pengusaha agrobisnis kurang tertarik untuk berinvestasi dalam pengembangan tanaman manggis di Indonesia karena fase juvenil sangat panjang, tanaman manggis berbuah pertama 10-15 tahun dan lambatnya laju pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pengembangan


(6)

tanaman manggis sangat penting untuk peningkatan luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas manggis serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Dalam Upaya meningkatkan pengembangan tanaman manggis diperlukan kerja sama multidsiplin dari bidang pemulia tanaman, agronomis, ahli pasca panen dan pengolahan hasil, serta ahli agribisnis.


(7)

III. Studi Literatur

Laurent Garcin (1683 – 1751) memberi nama tanaman manggis adalah

Garcinia mangostana L. (Yaacob & Tindall, 1995). Tanaman manggis kemungkinan berasal dari Peninsular Malaysia (Richard, 1990b). Tanaman ini menyebar ke timur sampai ke Papua Nugini dan kepulauan Mindanau (Filipina), sedangkan ke utara menyebar ke Thailand bagian selatan, Myanmar, Vietnam dan Kamboja (Verheij & Coronel, 1992). Dalam dua abad terakhir tanaman manggis menyebar ke Srilangka, India Selatan, Amerika Tengah, Brazil, dan Australia (Nakasone and Paul, 1998).

Tanaman manggis mempunyai banyak kegunaan dan kandungan gizi yang tinggi. Buah manggis segar mengandung gula yang terdiri dari sakarosa, dekstrosa dan levulosa. Komposisi buah manggis per 100 g terdiri dari 79,2 g air, 0,5 g protein, 19,8 g karbohidrat, 0,3 g serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C (Verheij & Coronel, 1992), vitamin B (thiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg dan vitamin B5 (niacin) 0,1 mg (Chau kay-Ming 1990 dalam Yaacob and Tindall, 1995).

Kebanyakan buah manggis dikonsumsi segar. Tanaman manggis mengeluarkan eksudat yang berupa getah/latek/resin kuning (Goh et al., 1990). Eksudat tersebut dikenal gamboge (gummosis) yang berguna anti infeksi (mikroba) bagi tanaman manggis. Selain itu, resin gumosis mengandung asam garsinolat dan asam gambogat yang digunakan sebagai bahan cat, untuk menurunkan tekanan darah dan memiliki aktivitas sebagai penginduksi apoptosis sel kanker (Yaacob and Tindall, 1995). Kulit buah manggis mengandung pektin, tanin, dan resin yang bermanfaat untuk menyamak kulit dan sebagai zat pewarna hitam. Kulit buah manggis mengandung senyawa 5

polyxygenated xanthonas termasuk mangostin 4, β-mangostin, non mangostin

dan gartanin yang berguna dalam kesehatan. Derivat mangostin berfungsi dapat menekan sistem syaraf pusat dan tekanan darah serta anti peradangan, sedangkan antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin-3- glucoside

dapat berperan pada pewarnaan kulit manggis (Yaacob and Tindall, 1995; Verheij, 1997).


(8)

Famili Guttiferae memiliki sekitar 35 genera dan lebih dari 800 spesies berasal dari daerah tropika. Di antaranya terdapat sembilan genera dengan spesies yang berupa pohon buah-buahan. Lima genera dengan anggota sekitar 50 spesies dari famili Guttiferae berasal dari kawasan Asia Tenggara (Verheij and Coronel, 1992).

Kromosom manggis berukuran kecil dan jumlahnya banyak, sehingga sulit untuk dihitung. Para peneliti belum mencapai kesepekatan tentang jumlah kromosom manggis. Ada pendapat yang mengatakan manggis merupakan tanaman poliploid (2n = 96) (Tixier,1955). Ada pendapat lain manggis merupakan tanaman alotetraploid (2n = 90) turunan dari G. malaccensis (2n = 42) dan G. hombroniana (2n = 48), karena tanaman manggis mempunyai morfologi intermediet antara dua spesies diploid tersebut (Richards, 1990c). Jumlah kromosom bervariasi, yaitu 56 - 76; 88 - 90; 120 – 130 (Nakasone & Paul, 1998).

Tanaman manggis termasuk tanaman mempunyai laju pertumbuhan yang sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh (1) sistem perakaran yang kurang baik (Almeyda dan Martin, 1976), karena pertumbuhan bulu-bulu akar sangat terbatas, sehingga penyerapan air dan hara menjadi lambat, (2) rendahnya pembelahan sel pada meristem pucuk, (3) rendahnya laju fotosintesis (Wieble,

1993). Di lapang laju fotosintesis daun manggis sangat rendah, yaitu 1,0 – 4,8 µmol CO2 R-2.s-1, sedangkan laju fotosintesis untuk tanaman buah-buahan

tropik lainnya, yaitu 10 – 20 µmol CO2 R-2.s-1 (Wieble, 1993). Laju fotosintesis

dapat diukur langsung melalui indeks luas daun, sudut daun, orientasi daun, dan kerapatan stomata (Rasmusson dan Gengenbach, 1984). Laju fotosintesis sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Tanaman manggis berasal dari biji apomiksis atau obligat agamosperm. Biji bukan berasal dari hasil penyerbukan dan pembuahan (Richards, 1990a), tetapi berasal dari sel nuselus. Embrio yang muncul berasal dari embrio somatik, sehingga dapat dikatakan bahwa perbanyakan tanaman manggis merupakan perbanyakan vegetatif. Secara genetik tanaman manggis bersifat homogen, sehingga sulit untuk menyeleksi kultivar yang superior karena keragaman genetiknya sempit (tidak ada). Karakterisasi buah manggis dari


(9)

enam lokasi yang berbeda di Peninsular Malaysia menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar pohon berdasarkan sembilan karakter buah yang diteliti (Zin, 1991). Di Jawa terdapat variasi rasa buah manggis dan ukuran buah lebih besar dibandingkan yang ada di Filipina. Di Nikaragua terdapat dua tipe manggis yang berbeda, yaitu berdaun besar dengan ukuran buah bervariasi dan berdaun kecil dengan ukuran buah kecil (Cox, 1976). Manggis Jolo lebih besar dan mempunyai kulit buah yang lebih tebal dari pada manggis di Singapura dan Saigon, daging buahnya lebih tebal dan masam dari pada buah di Semenanjung Malaya dan Jawa (Wester,1926). Manggis di kepulauan Sulu mempunyai kulit buah tebal dan rasa buah masam (Richards, 1990b). Tanaman manggis di Sumatera Barat menunjukkan keragaman pada beberapa karakter kualitatif, seperti bentuk kanopi. Diduga karakter kualitatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kedua bentuk kanopi oval dan kerucut terdapat di semua lokasi. (Mansyah et al.,1992).

Pemuliaan karakter laju pertumbuhan dan hasil pada tanaman tahunan seperti manggis membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal. Untuk mempersingkat program pemuliaan karakter tersebut dapat dilakukan seleksi tidak langsung dengan mengukur laju fotosintesis pada fase juvenil, sehingga seleksi terhadap karakter pertumbuhan dan hasil dapat dilakukan lebih awal. Tanaman manggis termasuk tanaman apomik obligat, sehingga keragaman genetiknya sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan keragaman genetik manggis dengan induksi mutasi menggunakan dengan iradiasi sinar gamma.

Alternatif tanaman manggis untuk memperluas keragaman genetik dapat dilakukan dengan teknik induksi mutasi. Teknik induksi mutasi dapat digunakan untuk tanaman yang mengalami masalah dalam rekombinasi genetik melalui hibridisasi, seperti apomiksis pada tanaman manggis, sterilitas dan inkompatibilitas (Broertjes dan Harten, 1988). Induksi mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik (Harten, 1998). Keberhasilan induksi mutasi telah banyak dilaporkan pada tanaman buah-buahan seperti jeruk, apel, pear, pisang dan anggur (Broertjes dan Harten, 1988). Induksi mutasi digunakan untuk memperbaiki karakter agronomi penting tanaman buah-buahan, seperti


(10)

ukuran tanaman, waktu pemasakan, perubahan warna buah, dan self compatibility (Donini, 1982).

Mutasi spontan terjadi di alam dengan frekuensi sangat rendah, yaitu 10-6

per pembelahan sel (Harten, 1998). Frekuensi mutasi dapat ditingkatkan dengan teknik induksi mutasi. Mutagen fisik yang sering digunakan antara lain sinar gamma (γ) yang bersumber dari isotop Cobalt-60 (60Co) dan Caesium–137

(137Cs). Energi yang berasal dari sinar gamma dapat mengubah material

genetik tanaman (Broertjes dan Harten, 1988).

Induksi mutasi pada manggis dapat dilakukan pada biji atau pucuk pada bibit tanaman secara in vitro. Harahap (2005) telah melakukan iradiasi sinar gamma pada biji manggis yang ditanam pada media MS ½ + 5 mg/l BAP. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya perubahan bentuk morfologi daun meliputi helaian daun lonjong menjadi memanjang, ujung daun runcing menjadi meruncing dan terbelah, pangkal daun runcing menjadi tumpul, pinggir daun menjadi bergerigi. Perbedaan morfologi tersebut dibuktikan adanya perubahan anatomi daun, pola pita DNA dan isozim. Planlet manggis tersebut kemungkinan masih bersifat kimera, karena biji yang diiradiasi dalam bentuk jaringan multiselular. Cara mendapatkan mutan solid dari jaringan kimera dapat dilakukan dengan melakukan subkultur berulang. Namun pada planlet manggis sangat sulit melakukan subkultur berulang, karena planlet manggis muncul secara bergerombol membentuk tunas multipel dan sulit dipisahkan, subkultur dengan memisahkan ruas batang sangat sulit, daya regenerasinya rendah sehingga kemungkinan berhasilnya rendah dan membutuhkan waktu yang lama.

Mutan solid dapat diperoleh secara langsung, jika bagian yang diiradiasi berupa kalus, suspensi sel, embrio somatik atau protoplas (Maluszynski et al., 1995). Kelemahannya ialah bagian tersebut memiliki daya regenerasi yang rendah (Harten, 1998). Oleh karena itu, daya regenerasi harus ditingkatkan dengan mencari protokol yang baku dengan modifikasi medium dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Selain bagian tersebut, mutan solid dapat diperoleh dari eksplan daun yang diiradiasi selanjutnya diregenerasikan


(11)

menjadi tunas adventif, karena tunas adventif berasal dari sel epidermis (Broertjes dan Harten, 1988).

Tujuan perbaikan genetik pada tanaman manggis lebih diarahkan kepada perbaikan sistem perakaran, pertumbuhan cepat dan kandungan xanthon yang terdapat pada kulit buah. Karakter-karakter tersebut belum dapat diamati ketika tanaman masih dalam dalam kultur in vitro. Oleh karena itu, pendekatan metode pemuliaan tanaman dengan menggunakan seleksi tidak langsung terhadap karakter pertumbuhan cepat, perbaikan sistem perakaran yang baik dan kandungan xanthon tinggi.


(12)

II. Roadmap Cluster Manggis

Laboratorium Pemuliaan Fakultas Pertanian Unpad sedang berkonsentrasi mengembangkan tanaman manggis. Pemanfaatan buah manggis sebagai buah segar, olahan sedang dikembangkan secara intensif. Akhir-akhir ini, pemanfatan kulit buah manggis sebagai bahan obat herbal menjadi perhatian khusus. Roadmap pengembangan manggis sudah dilakukan sejak tahun 2007 sampai sekarang.

Pada tahun 2007 (Sumber dana Ristek-KMNRT), Lab. Pemuliaan Tanaman bekerjasama dengan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB) telah melakukan penelitian tentang induksi mutasi dengan mutagen EMS pada manggis in vitro. Selain itu, dilakukan isolasi gen pembungaan pada manggis.

Pada tahun 2009/10 (Sumber dana HIbah Fundamental DIKTI), telah dilakukan penelitian embrio somatik pada manggis. Pada tahun 2009 telah diinsiasi kegiatan penelitian kerjasama dengan luar negeri, University of Tsukuba dengan sumber dana IMHERE Unpad tentang Detection mutan line of mangosteen with PBA marker serta dilanjutkan pula pada tahun 2010 Posdok di University Tsukuba tentang Development of SSR marker of mangosteen sumber dana dari JSPS University of Tsukuba. Pada tahun 2012 Unpad dengan University of Tsukuba melakukan kerjasama penelitian tentang ‘De novo assembly sequencing genome of mangosteen’ sumber dana Desentralisasi Unpad.

Kegiatan pengembangan manggis secara intensif dan multidisiplin akan di mulai pada tahun 2013 dengan tahap kegiatan sebagai berikut:

I. Initiative phase (2013-2014)

1. Induksi mutasi dan seleksi mutan

Kegiatan ini merupakan lanjutan kegiatan lanjutan yang sebelumnya telah dikembangkan protocol efisiensi regenerasi manggis pada kultur jaringan. Pada tahun 2013 akan dilakukan perlakuan induksi mutasi dengan sinar gamma/ mutagen EMS atau gabungan kedua untuk menghasilkan mutan manggis, selanjutnya akan diseleksi terhadap pertumbuhan cepat dan sistem perakaran yang baik. Selain itu, akan


(13)

dilanjutkan penelitian tentang genom pada manggis yang bekerjasa sama dengan University of Tsukuba. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Tim Peneliti: Dr. Ir. Warid Ali Qosim, MP (Lab. Pemuliaan Tanaman-Faperta). 2. Teknologi budidaya terpadu

Kegiatan teknologi budidaya belum pernah dilakukan. Melalui kegiatan ini akan dikaji tentang pengaruh pemupukan, pemangkasan, dengan tanaman lain terhadap peningkatan hasil. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Tim Peneliti:

Ir. Nursuhud DEA (Lab. Produksi Tanaman Hortikultura-Faperta).

Short term

(2013-2014) (2015-2016)Mid term (2017-2018)Long term Advanced

phase

Developme nt

Phase

Initiation phase

Gambar 1. Roadmap pengembangan manggis

II. Development Phase (2015-2016

1. Teknologi pasca panen

Kegiatan teknologi pascapanen buah manggis seperti perakitan mesin sortasi dan grading akan mulai dirakit. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua

induksi mutasi & seleksi

Teknologi budidaya terpadu

Teknologi pasca panen Teknologi Pengolahan hasil

Kandungan Xanthon & Fungsi

Kajian agribisnis manggis


(14)

Tim Peneliti: Ir. Sudaryanto, MP (Lab. Managemen Industri Pertanian-FTIP).

2. Teknologi hasil pertanian

Kegiatan teknologi pascapanen sebagian sudah dimulai tahun 2007, yaitu: pembuatan jus buah manggis. Namun optimasi pembuatan jus manggis, sirop dan aneka buah/manisan perlu dilakukan. Melalui kegiatan ini akan dilakukan pembuatan produk olahan makanan tradisional seperti dodol manggis dan tepung kulit manggis sebagai bahan obat herbal. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Tim Peneliti: Prof. Dr. Ir. Imas S. S, MS (Lab. Teknologi Pangan FTIP).

3. Kandungan Xanthon dan Pemanfaatannya

Pada kegiatan ini akan diteliti kandungan xanthon yang merupakan metabolit sekunder pada kulit buah manggis, dan kegunaan xanthon dalam bidang kesehatan. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Tim Peneliti: Dr. Rizki (Fak. Farmasi).

III. Advance Phase (2017-2018)

1. Kajian agribisnis

Kegiatan agribisnis dilakukan terhadap kajian pasar, prospek pemasaran, rantai nilai pasokan berdasarkan permintaan, analisis biaya produksi dan marjin, peluang kesempatan kerja, social capital petani dan perilaku konsumen manggis dan keadaan sosial masyarakat. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Tim Peneliti:

Dr. Ir. Yossini Deliana, MS

. (Lab. Agribisnis - Faperta).

2. Diseminasi hasil penelitian

Kegiatan ini merupakan action research dari kagiatan penelitian yang sudah dilakukan, seperti penggunaan kultivar unggul, teknologi tepat guna, pengolahan hasil. Kegiatan diseminasi pernah dilakukan di


(15)

kelompok tani ‘Arta Mukti’ pada tahun 2007 Desa/Kec. Puspahyang, Kab. Tasikmalaya. Kegiatan ini melibatkan para pakar yang terlibat dalam roadmap pengembangan manggis.


(16)

III. Kerjasama

Kerjasama intern (lingkungan Unpad) antara Lab. Pemuliaan, Lab. Produksi Hortikultura, dan Lab. Teknologi Pangan FTIP sudah terjalin sejak tahun 2007, sedangkan kerjasama dengan institusi luar sudah dimulai sejak tahun 2007 dengan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dalam mengembangkan pemuliaan mutasi manggis. Selain itu, kerjasama penelitian dengan Gene Research Center University of Tsukuba Jepang sejak tahun 2009 sampai sekarang. Dalam waktu dekat dua institusi tersebut akan dilegalkan dalam bentuk MoU dengan Unpad.

IV. Fasilitas

Fasilitas penelitian masing-masing sudah siap untuk mengembangkan manggis sesuai dengan bidang masing yang termaktub dalam roadmap pengembangan manggis.

V. Usulan Narasumber

1. Nara sumber 1

Nama : Prof. Dr. Ir. Roedhy Purwanto, M.Sc. Bidang Keahlian : Agronomi

Institusi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Instansi : Jl. Meranti Kampus Dermaga Bogor No. Telp. Instansi :

No. HP. Alamat email : 0811111518

2.

Nara sumber 2 :

Nama : Dr. Ir. Elina Mansyah, MP.

Bidang Keahlian : Pemulia Tanaman Buah-buahan Institusi : Balai Penelitian Buah-buahan

Alamat Instansi : Jl. Dr. Ratulangi No. 24 Solok Sumatera Barat No. Telp. Instansi : (0411) 371529


(17)

VI. Potensi Kepemilikan HKI dan benefit sharing

Hasil penelitian memiliki potensi HKI/paten. Kepemilikan HKI miliki Institusi LPPM Unpad dan Institusi kolaborasi, sedangkan benefit sharing akan mengikuti peraturan atau kesepakatan antara peneliti, institusi LPPM unpad dan institusi kolaborasi.


(18)

VII. RINCIAN BIAYA

PILAR : PANGAN

CLUSTER : HORTIKULTURA

N

o

Tahu

n

Judul Penelitian

Jumlah

Dana yang

Dibutuhka

n (Rp)

Bahan

Penelitian

Penelitian

Metode

Digunakan

Alat yang

Output

1.

2013

Induksi Mutasi

Sinar Gamma dan

EMS/Kolkisin pada

Manggis In Vitro

untuk perbaikan

pertumbuhan

cepat dan sistem

perakaran baik.

150.000.000 Biji dan

daun

manggis,

Mutagen

EMS, media

MS, auksin,

TDZ, BAP,

sucrose dll.

Eksperimen,

RAL, Anova,

Uji Duncan

Autoclave,

petridish, pH

meter,

Gamma

chamber, dll

Diperoleh mutan

unggul yang

mempunyai

pertumbuhan cepat

dan sistem

perakaran baik.


(19)

VIII.Daftar

Pustaka

Broertjes C, van Harten AM. 1988. Application of Mutation Breeding Methods in The Improvement of Vegetatively Propagated Crops, Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam.

Kementrian Pertanian. 2010. Ekspor Hortikultura Indonesia: Nilai dan volume ekspor buah-buahan. http.//deptan.go.id (21 April 2010).

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2004. Laporan akhir varietas. UPTD Balai Pengawasan & Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Barat.

Donini B. 1982. Mutagenesis applied to improve fruit trees : techniques, methods and evaluation or radiation induced mutation. In: Induced Mutation in Vegetatively Propagated Plants II, IAEA,Vienna.

Downton WJS, Grant WJR, Chacko EK. 1990. Effect of elevated carbondioxide on the photosynthesis and early growth of mangosteen (Garcinia mangostana L.) . Scientia Horticulturae 44 : 215-225

Harahap F. 2005. Induksi Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Dengan Radiasi Sinar Gamma. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor (tidak dipublikasikan).

Harten AV. 1998. Mutation Breeding. Theory and Practical Application. Cambridge University Press. London.

Kusuma E, Verheij EWM. 1994. Mangosteen, the queen of tropical fruit : problem and suggested research in Indonesia. IARD Journal, Vol. 16 (3): 33-34

Litz RE, Gray DJ. 1992. Organogenesis and somatic embryogenesis. In. Biotechnology of Perennial Fruit Crops (eds. F.A. Hammerschlag and R.E. Litz. CAB International. London.

Maluszynski M, Ahloowalia BS, Sigurbjörnsson B. 1995. Application of in vivo

and in vitro mutation techniques for crop improvement. Euphytica 85 : 303-315.

Nakasone HY, Paul RE. 1998. Tropical fruit. In Crop Production Science in Horticulture Series. Cab. International. London.

Qosim WA . 2007a. Buah Manggis Primadona Ekspor Indonesia. Harian Umum PIKIRAN RAKYAT. Edisi 22 Januari 2007.


(20)

Ramlan MF, Mahmud TM, Hasan BM, Karim M Z. 1992. Studies on photosynthesis on young mangosteen plants grown under several growth conditions. Acta. Hort., 321:482-489.

Rasmusson DC, Gengenbah BG. 1984. Genetic and use of physiological variability in crops breeding. In Physiological basis of crops growth and Development. (edit by M.B. Tesar). American Society of Agronomy, Inc. and crop Science Society American, Inc. Winconsin. USA.

Richard AJ. 1990a. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : agamospermy. Botanical Journal of The Linnean Society 103: 233-250 Richard AJ. 1990b. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : the

phenology, pollination biology and fertilization of Garcinia hombroniana

L.). Botanical Journal of The Linnean Society 103: 301-308

Richard AJ. 1990c. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : the origin of the mangosteen (Garcinia mangostana L.). Botanical Journal of The Linnean Society 103: 251-261

Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Garcinia mangostana L.. Verheij PROSEA. Plant Resources of South-Easth Asia 2. Edible fruits and Nut. Prosea. Bogor Indonesia.

Verheij EWM. 1997. Buah-buahan yang dapat dimakan. PT. Gramedia. Jakarta. Wieble J. 1993. Physiology and Growth of Mangosteen (Garcinia mangostana

L.) Seedlings. Dissertation of Doctor Scientarium Agrariarum. Universität Berlin. Berlin.

Wieble J, Chacko EK, Downtown WJS. 1992. Mangosteen (Garcinia mangostana

L.) : A potensial crop for tropical northern Australia. Acta. Hort., 321:132-137.

Yaacob O, Tindall HD. 1995. Mangosteen cultivation: FAO : p. 1-100

Zin MK. 1991. Variabilitas in mangosteen in Paninsular Malaysia. In : Prosiding Simposium Buah-buahan Kebangsaan Ketiga, Malaysia: 24-26 September 1991 : 292-293


(1)

kelompok tani ‘Arta Mukti’ pada tahun 2007 Desa/Kec. Puspahyang, Kab. Tasikmalaya. Kegiatan ini melibatkan para pakar yang terlibat dalam roadmap pengembangan manggis.


(2)

III. Kerjasama

Kerjasama intern (lingkungan Unpad) antara Lab. Pemuliaan, Lab. Produksi Hortikultura, dan Lab. Teknologi Pangan FTIP sudah terjalin sejak tahun 2007, sedangkan kerjasama dengan institusi luar sudah dimulai sejak tahun 2007 dengan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dalam mengembangkan pemuliaan mutasi manggis. Selain itu, kerjasama penelitian dengan Gene Research Center University of Tsukuba Jepang sejak tahun 2009 sampai sekarang. Dalam waktu dekat dua institusi tersebut akan dilegalkan dalam bentuk MoU dengan Unpad.

IV. Fasilitas

Fasilitas penelitian masing-masing sudah siap untuk mengembangkan manggis sesuai dengan bidang masing yang termaktub dalam roadmap pengembangan manggis.

V. Usulan Narasumber 1. Nara sumber 1

Nama : Prof. Dr. Ir. Roedhy Purwanto, M.Sc. Bidang Keahlian : Agronomi

Institusi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Instansi : Jl. Meranti Kampus Dermaga Bogor No. Telp. Instansi :

No. HP. Alamat email : 0811111518

2.

Nara sumber 2 :

Nama : Dr. Ir. Elina Mansyah, MP.

Bidang Keahlian : Pemulia Tanaman Buah-buahan Institusi : Balai Penelitian Buah-buahan

Alamat Instansi : Jl. Dr. Ratulangi No. 24 Solok Sumatera Barat No. Telp. Instansi : (0411) 371529


(3)

VI. Potensi Kepemilikan HKI dan benefit sharing

Hasil penelitian memiliki potensi HKI/paten. Kepemilikan HKI miliki Institusi LPPM Unpad dan Institusi kolaborasi, sedangkan benefit sharing akan mengikuti peraturan atau kesepakatan antara peneliti, institusi LPPM unpad dan institusi kolaborasi.


(4)

VII. RINCIAN BIAYA

PILAR : PANGAN

CLUSTER : HORTIKULTURA

N

o

Tahu

n

Judul Penelitian

Jumlah

Dana yang

Dibutuhka

n (Rp)

Bahan

Penelitian

Penelitian

Metode

Digunakan

Alat yang

Output

1.

2013

Induksi Mutasi

Sinar Gamma dan

EMS/Kolkisin pada

Manggis In Vitro

untuk perbaikan

pertumbuhan

cepat dan sistem

perakaran baik.

150.000.000 Biji dan

daun

manggis,

Mutagen

EMS, media

MS, auksin,

TDZ, BAP,

sucrose dll.

Eksperimen,

RAL, Anova,

Uji Duncan

Autoclave,

petridish, pH

meter,

Gamma

chamber, dll

Diperoleh mutan

unggul yang

mempunyai

pertumbuhan cepat

dan sistem

perakaran baik.


(5)

VIII.Daftar

Pustaka

Broertjes C, van Harten AM. 1988. Application of Mutation Breeding Methods in The Improvement of Vegetatively Propagated Crops, Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam.

Kementrian Pertanian. 2010. Ekspor Hortikultura Indonesia: Nilai dan volume ekspor buah-buahan. http.//deptan.go.id (21 April 2010).

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2004. Laporan akhir varietas. UPTD Balai Pengawasan & Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Barat.

Donini B. 1982. Mutagenesis applied to improve fruit trees : techniques, methods and evaluation or radiation induced mutation. In: Induced Mutation in Vegetatively Propagated Plants II, IAEA,Vienna.

Downton WJS, Grant WJR, Chacko EK. 1990. Effect of elevated carbondioxide on the photosynthesis and early growth of mangosteen (Garcinia

mangostana L.) . Scientia Horticulturae 44 : 215-225

Harahap F. 2005. Induksi Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia

mangostana L.) Dengan Radiasi Sinar Gamma. Disertasi Sekolah

Pascasarjana IPB. Bogor (tidak dipublikasikan).

Harten AV. 1998. Mutation Breeding. Theory and Practical Application. Cambridge University Press. London.

Kusuma E, Verheij EWM. 1994. Mangosteen, the queen of tropical fruit : problem and suggested research in Indonesia. IARD Journal, Vol. 16 (3): 33-34

Litz RE, Gray DJ. 1992. Organogenesis and somatic embryogenesis. In. Biotechnology of Perennial Fruit Crops (eds. F.A. Hammerschlag and R.E. Litz. CAB International. London.

Maluszynski M, Ahloowalia BS, Sigurbjörnsson B. 1995. Application of in vivo and in vitro mutation techniques for crop improvement. Euphytica 85 : 303-315.

Nakasone HY, Paul RE. 1998. Tropical fruit. In Crop Production Science in Horticulture Series. Cab. International. London.

Qosim WA . 2007a. Buah Manggis Primadona Ekspor Indonesia. Harian Umum PIKIRAN RAKYAT. Edisi 22 Januari 2007.


(6)

Ramlan MF, Mahmud TM, Hasan BM, Karim M Z. 1992. Studies on photosynthesis on young mangosteen plants grown under several growth conditions. Acta. Hort., 321:482-489.

Rasmusson DC, Gengenbah BG. 1984. Genetic and use of physiological variability in crops breeding. In Physiological basis of crops growth and Development. (edit by M.B. Tesar). American Society of Agronomy, Inc. and crop Science Society American, Inc. Winconsin. USA.

Richard AJ. 1990a. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : agamospermy. Botanical Journal of The Linnean Society 103: 233-250 Richard AJ. 1990b. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : the

phenology, pollination biology and fertilization of

Garcinia hombroniana

L.). Botanical Journal of The Linnean Society 103: 301-308

Richard AJ. 1990c. Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees : the origin of the mangosteen (Garcinia mangostana L.). Botanical Journal of The Linnean Society 103: 251-261

Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Garcinia mangostana L.. Verheij PROSEA. Plant Resources of South-Easth Asia 2. Edible fruits and Nut. Prosea. Bogor Indonesia.

Verheij EWM. 1997. Buah-buahan yang dapat dimakan. PT. Gramedia. Jakarta. Wieble J. 1993. Physiology and Growth of Mangosteen (Garcinia mangostana

L.) Seedlings. Dissertation of Doctor Scientarium Agrariarum. Universität Berlin. Berlin.

Wieble J, Chacko EK, Downtown WJS. 1992. Mangosteen (Garcinia mangostana L.) : A potensial crop for tropical northern Australia. Acta. Hort., 321:132-137.

Yaacob O, Tindall HD. 1995. Mangosteen cultivation: FAO : p. 1-100

Zin MK. 1991. Variabilitas in mangosteen in Paninsular Malaysia. In : Prosiding Simposium Buah-buahan Kebangsaan Ketiga, Malaysia: 24-26 September 1991 : 292-293