α = 10
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Salah satu variabel independen jangan diikutsertakan dalam menaksir model.
Tetapi harus diperhatikan mungkin variabel tersebut secara teori berhubungan terhadap variabel dependen maka hasil taksiran akan menjadi bias
b. Mendefinisikan kembali variabel-variabel tersebut c. Penambahan data-data
3.7.2. Autokorelasi
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi disturbance error antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deretan
waktu atau ruang seperti dalam data cross-sectioned. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan u
i
Gujarati, 1999.
Dilambangkan dengan : Eu
i
u
j
= 0 i≠j Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi terjadi :
a. Spaital autokorelation Biasanya terjadi pada data cross-section. Fluktuasi atau perubahan aktivitas
kegiatan ekonomi dari suatu daerah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi daerah terdekat karena ada keterkaitan ekonomi antara daerah tersebut.
b. Pengaruh yang berkelanjutan Prolonged Influence of Shocks Hal ini sering terjadi pada data time series, yaitu faktor bencana alam dan
faktor lain yang sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga akan terasa pada periode berikutnya.
c. Inersia Psychological Conditioning
Universitas Sumatera Utara
Yaitu tindakan-tindakan atau pengaruh masa lalu yang akan masih mengganggu kegiatan atau aktivitas selanjutnya misalnya peningkatan suku bunga,
pajak, dan lain-lain. d. Manipulasi Data
Yaitu adanya interpolasi data atau penambahan data. e. Bias Spesifikasi Mis Specification
Hal ini terjadi karena tidak disertakannya variabel independen yang berhubungan dimana variabel independen tersebut sebenarnya turut mempengaruhi
variabel dependen. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi :
1. Dengan memplot grafik 2. Dengan Durbin Watson Uji D-W Test
D-W Test digunakan untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi ataupun antara disturbance errornya.
DW = Σ e
t
– e
t – 1
2
Σe
t 2
Bentuk hipotesis : H
: p = 0, artinya tidak ada autokorelasi H
: p ≠ 0, artinya ada autokorelasi Inconclusive
Autokorelasi + H diterima Autokorelasi -
Tidak Autokorelasi
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Kurva Uji D-W Statistik
Dimana : H
: Tidak ada korelasi Dw dl
: Tolak H ada korelasi positif
Dw 4 – dl
: Tolak H ada korelasi negatif
Du Dw 4 – du
: Terima H tidak ada korelasi
dl ≤ Dw ≤ du : Tidak dapat disimpulkan inconclusive
4- du ≤ Dw ≤ 4-dl
: Tidak dapat disimpulkan inconclusive
3.8.Definisi Operasional
1. Produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi penggunaan input tenaga kerja terhadap output PDRB yang dihasilkan atau rasio antara PDRB dengan jumlah tenaga
kerja, dinyatakan dalam jutaan rupiah. 2. Tingkat pendidikan melek huruf adalah kemampuan seseorang mem baca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya yang masing-masing merupakan keterampilan dasar yang diajarkan di kelas-kelas awal jenjang pendidikan dasar,
dinyatakan dalam persen.Tingkat kesehatan harapan hidup adalah salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui rencana pembangunan di bidang
kesehatan di masa yang akan datang sekaligus sebagai evaluasi pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan, dinyatakan dalam persen.
3.
Investasi adalah banyaknya modal yang ditanamkan pada beberapa jenis sektor usaha baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri maupun luar negeri,
dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Geografis Kota Medan
Kota Medan adalah ibukota propinsi Sumatera Utara, memiliki letak geografis yang sangat strategis mengingat kota Medan terletak antara 3° 30
– 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan
berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Luas kota Medan pada tahun 2011 adalah 26510 hektar 265,10 km2 atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara
dengan kepadatan penduduk 7798 jiwa per kilo meter per segi. Kota Medan merupakan pintu gerbang dan sekaligus pusat pemerintah propinsi
Sumatera Utara sebagai sentral pemerintahan, kota Medan memiliki fungsi yang sangat vital. Kota Medan merupakan salah satu dari beberapa kota- kota besar di Indonesia memiliki
potensi pengembangan yang besar karena letak yang berdekatan dengan hubungan luar negeri meliputi Singapura dan Malaysia serta negara-negara Asia lainnya. Fasilitas utama yang
mendukung Kota Medan sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera Utara antara lain adanya sarana perhubungan baik laut, darat, maupun udara, seperti dengan adanya pelabuhan
laut, pelabuhan udara, dan pelabuhan darat. Kota Medan memliki daya saing besar dalam perkembangannya dengan daerah-
daerah lainnya, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya Kawasan Industri Medan KIM, sebagai pusat perindustrian utama kota Medan pada khususnya dari Sumatera Utara pada
umumnya. Hal ini juga merupakan sinyal utama bahwa kota Medan telah melalui tahapan pergeseran sektoral atau transformasi struktural dari sektor sekunder dengan berkembangnya
sektor industri, jasa, dan sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan
Menurut Nawawi 2001:20 produktivitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama, produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh output dengan jumlah
sumber kerja yang dipergunakan input. Kedua, produktivitas yang diukur dari daya guna efisiensi penggunaan personel sebagai tenaga kerja. Selanjutnya menurut Sukotjo Jhonson,
2000, tingkat produktivitas tenaga kerja berkaitan dengan faktor usia disamping tingkat pendidikan dan keadaan kesehatan. Usia produktif dinyatakan pada batas umur 15 tahun dan
diatas 64 tahun dianggap kurang produktif. Menurut Ahmad Jhonson, 2000 bahwa untuk mengetahui keadaan nilai produktivitas tenaga kerja di suatu daerah dapat dilihat melalui
keadaan nilai produksi daerah yang tercermin dalam nilai PDRB harga konstan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan lapangan usaha yang ada di daerah yang
bersangkutan. Berikut ini disajikan perkembangan produktivitas tenaga kerja di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan
Tahun 1990-2009 Tahun
PDRB Menurut Lapangan Usaha
Harga Konstan Jutaan Rupiah
Jumlah Tenaga Kerja
Satuan Jiwa
Produktivitas Tenaga Kerja
Jutaan Rupiah 1990
1,467,667 952,217
1,541315687 1991
1,582,056 984,753
1,606551084 1992
1,737,336 1033,977
1,680246272 1993
4,382,251 1145,633
3,825178744 1994
4,686,615 829,135
5,652414866 1995
4,992,604 1228,170
4,065075682 1996
5,479,426 1271,912
4,308022882 1997
5,903,112 1292,515
4,567151638 1998
4,833,911 1313,257
3,680856832 1999
5,003,958 1091,905
4,582777806 2000
18,956,577 1298,511
14,59870344 2001
19,828,079 1323,214
14,98478629 2002
20,819,428 1340,326
15,53310762 2003
22,017,726 1351,517
16,29112027 2004
23,623,135 1363,284
17,32810992 2005
25,272,417 1380,273
18,30972351 2006
27,234,454 1401,355
19,43437173 2007
29,352,924 1436,699
20,43080979 2008
31,334,340 1461,111
21,44555752 2009
34,259,820 1475,058
23,22608331
Sumber : BPS, 2012 Perkembangan produktivitas tenaga kerja di kota Medan mengalami peningkatan
yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini tergambar dari PDRB kota Medan yang terus meningkat dari tahun 1990-an hingga 2009, walaupun sempat mengalami sedikit penurunan
di tahun 1998 akibat imbas dari krisis ekonomi yang multidimensional di kawasan Asia dan merembet ke Indonesia. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan
pertumbuhan ekonomi kota Medan masih disokong oleh daerah sekitar Kota Medan yaitu Kabupaten Deli Serdang yang memiliki wilayah perkebunan yang cukup luas di mana imbas
krisis ekonomi tidak begitu parah dirasakan oleh Kota Medan, karena pendapatan dari masyarakat sekitar Kota Medan pada umumnya dihabiskan di Kota Medan, bukan hanya
Universitas Sumatera Utara
kabupaten di sekitar Kota Medan, banyak pendapatan Kota Medan berasal dari luar Provinsi Sumatera Utara, di mana banyak sekali orang-orang dari Provinsi Aceh datang ke Kota
Medan untuk membelanjakan pendapatannya di Kota Medan sehingga pertumbuhan usaha di Medan selama era krisis ekonomi. Begitupun dengan kondisi ketenagakerjaan di kota Medan.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di kota Medan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan iklim perekonomian serta pertumbuhan usaha di
kota Medan sangat mendukung untuk penyerapan tenaga kerja yang besar di berbagai sektor sehingga mendorong produktivitas tenaga kerja yang semakin besar. Berikut ini disajikan
dalam bentuk grafik perkembangan produktivitas tenaga kerja yang meningkat dari tahun ke tahun di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan
Tahun 1990-2009 4.3.Perkembangan Tingkat Pendidikan di Kota Medan
Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah indikator pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang
penting dalam kehidupan masyarakat karena sangat berperan dalam meningkatkan kualitas
hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas
sumber dayanya. Pengalaman menunjukkan bahwa kebodohan dan kemiskinan bagaikan dua
sisi mata uang yang saling terkait. Kebodohan dapat menjadi sumber kemiskinan dan
kemiskinan dapat menjadi sumber kebodohan. Pada dasarnya, pendidikan adalah upaya sadar
seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan.
Pendidikan juga merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus
obyek dalam pembangunan yang lebih baik. Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan baca-tulis
penduduk dewasa Literacy Rate. Kemampuan baca-tulis tercermin dari data angka melek
4 8
12 16
20 24
1990 1992
1994 1996
1998 2000
2002 2004
2006 2008
P ro
d u
k ti
v it
a s
J u
ta R
p
Tahun
Universitas Sumatera Utara
huruf. Dalam hal ini, angka melek huruf merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya.
Berikut ini disajikan tingkat partisipasi melek huruf di kota Medan.
Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Melek Huruf di Kota Medan
Tahun 1990-2009 Tahun
Angka Melek Huruf Persen
1990 98,50
1991 98,50
1992 98,50
1993 98,60
1994 98,65
1995 98,68
1996 98,76
1997 98,70
1998 98,75
1999 98,84
2000 98,80
2001 98,78
2002 98,80
2003 99,14
2004 99,00
2005 99,10
2006 99,10
2007 99,10
2008 99,29
2009 99,31
Sumber : BPS, 2012
Melalui informasi diatas dapat dilihat bahwa kondisi tingkat pendidikan melalui angka melek huruf di kota Medan sangatlah baik bahkan terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan telah munculnya kesadaran penduduk di kota Medan akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Presentase kemampuan membaca dan menulis
penduduk di kota Medan berada diatas rata-rata bahkan hampir mencapai sempurna 99.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Pendidikan Melek Huruf di Kota Medan
Tahun 1990-2009 4.4.Perkembangan Tingkat Kesehatan di Kota Medan
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas hidup dan usia harapan hidup dan mempertinggi
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Target grup program kesehatan lebih ditekankan pada masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok masyarakat tertinggal.
Peran serta masyarakat perlu terus ditingkatkan melalui pengelolaan kesehatan terpadu termasuk dunia usaha. Secara kualitas dan kuantitas, penyediaan berbagai sarana kesehatan,
tenaga kesehatan, dan penyediaan obat juga harus terus ditingkatkan. Angka harapan hidup adalah salah satu indikator yang biasa digunakan untuk
mengetahui rencana pembangunan di bidang kesehatan di masa yang akan datang sekaligus sebagai evaluasi pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan. Berikut ini disajikan
presentase angka harapan hidup di kota Medan dari tahun 1990-2009.
97 98
99 100
1990 1992
1994 1996
1998 2000
2002 2004
2006 2008
Tahun
M e
le k
H u
ru f
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Harapan Hidup di Kota Medan
Tahun 1990-2009 Tahun
Angka Harapan Hidup Persen
1990 66,98
1991 67,11
1992 67,20
1993 67,00
1994 67,25
1995 67,34
1996 72,55
1997 69,30
1998 69,70
1999 69,20
2000 69,60
2001 69,00
2002 69,40
2003 71,70
2004 69,90
2005 69,90
2006 71,10
2007 71,36
2008 71,50
2009 71,71
Sumber : BPS, 2012 Berdasarkan data diatas terlihat perkembangan tingkat harapan hidup penduduk di kota
Medan. Dari awal tahun 1990-an hingga 2009, tingkat persentase harapan hidup berangsur mengalami peningkatan namun persentasenya tidak setinggi persentase angka melek huruf
yang hampir mencapai sempurna. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat harapan hidup dibandingkan tingkat kemampuan membaca dan menulis di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Perkembangan Tingkat Kesehatan Harapan Hidup di Kota Medan
Tahun 1990-2009 4.5.Perkembangan Investasi di Kota Medan
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah,
sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam manajemen pemerintahannya serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Pembangunan daerah juga mempunyai arti kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki dalam rangka kemajuan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu sebab utama dari lambatnya pemulihan ekonomi sejak krisis 1997 adalah buruknya kinerja investasi akibat sejumlah permasalahan yang mengganggu pada
setiap tahapan penyelenggaraannya. Keadaan tersebut menyebabkan lesunya kegairahan melakukan investasi, baik untuk perluasan usaha yang telah ada maupun untuk investasi baru.
Masalah ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian yang selama ini lebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi ketimbang investasi atau ekspor.
65 66
67 68
69 70
71 72
73
1990 1992
1994 1996
1998 2000
2002 2004
2006 2008
Tahun
H a
ra p
a n
H id
u p
Universitas Sumatera Utara
Investasi sangat dibutuhkan untuk memacu perekonomian yang pada akhirnya dapat mengatasi berbagai permasalahan di daerah, baik dibidang ekonomi maupun sosial. Dinamika
investasi sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya meningkatkan jumlah investasi dan ekspor, maka dipandang penting
untuk terus menerus melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang penanaman modal; peningkatan kualitas SDMAparatur
Bidang Penanaman Modal dalam pelayanan; pemutakhiran dan peningkatan kualitas data profil potensi investasi daerah dan sistem informasi realisasi data penanaman Modal;
mengintensifkanmeningkatkan frekuensi pengawasan pengendalian dan pemantauan serta evaluasi kerja perusahaan PMDNPMA di Kota Medan ; menyelenggarakan Koordinasi
Perencanaan Penanaman Modal Daerah RKPPMD,menguatkan kelembagaan pengelola penanaman modal di daerah. Upaya lain yang perlu dilakukan yakni menyiapkan potensi
sumberdaya, sarana dan prasarana daerah yang terkait dengan investasi, memfasilitasi terwujudnya kerjasama strategis usaha besar dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
melakukan promosi investasi yang terkoordinasi baik di dalam dan di luar negeri, meningkatkan kerjasama di bidang investasi dengan instansi pemerintah dan dunia usaha baik
di dalam maupun di luar negeri dalam menggerakkan kegiatan perdagangan luar negeri melalui kegiatan ekspor impor. Investasi dan ekspor sangat dibutuhkan untuk memacu
perekonomian yang pada akhirnya dapat mengatasi berbagai permasalahan di daerah, baik dibidang ekonomi maupun sosial. Dinamika investasi sangat mempengaruhi tinggi rendahnya
pertumbuhan ekonomi. Perlu adanya trobosan baru untuk lebih menciptakan iklim yang kondusif bagi para investor baik asing maupun domestik dan meningkatkan daya saing
ekspor melalui keberpihakan atas dasar regulasi dan kebijakan pemerintah yang tepat serta diatasinya berbagai permasalahan yang masih melekat selama ini seperti : kendala
infrastruktur, perizinan, peraturan daerah, perpajakan dan ketimpangan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini disajikan perkembangan investasi di kota Medan baik yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Tabel 4.4 Perkembangan Investasi PMDN dan PMA di Kota Medan
Tahun 1990-2009 Tahun
PMDN Jutaan Rupiah
PMA Jutaan Rupiah
Investasi Jutaan Rupiah
1990 97450
7310 104760
1991 167040
8490 175530
1992 35060
10890 45950
1993 11980
64990 76970
1994 45190
24650 69840
1995 439470
175620 615090
1996 42630
117070 159700
1997 110820
131940 242760
1998 129110
133000 262110
1999 104680
484480 589160
2000 90400
88880 179280
2001 119250
62650 181900
2002 122100
111760 233860
2003 201760
276340 478100
2004 297120
387670 684790
2005 335890
423490 759380
2006 473340
399160 872500
2007 504450
793150 1297600
2008 593870
748730 1342600
2009 890050
467350 1357400
Sumber : BPS, 2012
Dari sumber diatas, dapat dijelaskan perkembangan investasi di kota Medan cukup fluktuatif. Kondisi yang tercermin adalah tingkat investasi di kota Medan mengalami
beberapa peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun juga sempat mengalami penurunan pada beberapa tahun. Iklim penanaman modal investasi di Kota Medan secara berangsur-angsur
mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis Kota Medan yang cukup strategis tetapi juga didukung juga
oleh kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu. Langkah-langkah
proaktif dan inovasi yang ditempuh, dengan mengembangkan kemitraan strategia diantara
Universitas Sumatera Utara
sesama pelaku usaha dengan Pemerintah Kota, kenyataan secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota
Medan, di berbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar untuk
menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan
masyarakat.
Perkembangan investasi di Kota Medan secara grafis ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.4 Perkembangan Investasi PMDN dan PMA di Kota Medan
Tahun 1990-2009
Medan sebagai kota yang terbesar ketiga di Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang cukup menarik para investor lokal maupun asing untuk berinvestasi di Kota Medan. Di
samping sarana dan prasarana yang mendukung Kota Medan memiliki kelebihan dari kota- kota lain yang ada di Indonesia, di mana heterogenitas penduduk Kota Medan membawa
berkah bagi kota ini, penduduk yang beragam etnis tidak begitu peduli dengan keadaan
200,000 400,000
600,000 800,000
1,000,000 1,200,000
1,400,000
1990 1992
1994 1996
1998 2000
2002 2004
2006 2008
Tahun In
v e
s ta
s i
J u
ta a
n R
p
Universitas Sumatera Utara
politik, yang sedang terjadi di Indonesia pada umumnya hal ini membuat Kota Medan semakin kondusif bagi para investor lokal maupun asing.
4.6.Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data 4.6.1.
Pengujian Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antar kedua variabel yakni variabel dependen dan independen untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
dibuat. Analisis disajikan dalam bentuk matematik apakah produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan melek huruf, tingkat kesehatan harapan hidup dan
investasi PMDN dan PMA. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-
masing koefisien regresi yaitu uji-t, uji-F yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program Eviews 7.1, dapat dilihat hasil estimasinya seperti berikut ini :
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Tingkat Pendidikan Melek Huruf, Tingkat Kesehatan Harapan
Hidup dan Investasi PMDN Dan PMA Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja PRODUKTIVITAS = -927,796 + 8,739MELEK + 1,130HIDUP + 2,55EINVESTASI
Std. Error 348,102 3,635 0,667 4,04E t-statistik -2,665 2,404 1,692 0,629
R
2
= 0,75
F-stat = 16,272 D-W Stat = 1,041
Sumber : Hasil Regresi Penelitian, 2012
Keterangan :
: Signifikan pada α = 10 : Signifikan pada α = 5
: Signifikan pada α = 1
Universitas Sumatera Utara
4.6.2. Uji Kesesuaian Test For Goodnest of Fit