Absopsi karbohidrat Metabolisme karbohidrat Regulasi Glukosa Darah

Pencernaan karbohidrat oleh enzim tercantum pada gambar 2.1 10 Gambar 2.1 Pencernaan Glukosa oleh enzim 10

2.3. Absopsi karbohidrat

Duodenum dan jejenum bagian atas merupakan tempat terjadinya absopsi karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsopsi dalam bentuk monosakarida, lebih dari 80 persen karbohidrat yang diabsopsi adalah glukosa dan sisanya terdiri dari fruktosa dan galaktosa. Glukosa dan galaktosa diserap melalui transpor aktif sedangkan fruktosa diserap dalam darah melalui transpor pasif yang di perantarai oleh pembawa. 6,11 Kemampuan pencernaan dan absopsi glukosa oleh traktus gastrointestinal bergantung pada 1 Respon zat tepung terhadap aktivitas enzim 2 aktivitas enzim pencernaan, terutama laktase di mukosa brush border 3 adanya faktor makanan lainnya seperti lemak yang akan memperlambat pengosongan lambung serta serat yang akan memperlemah kerja enzim 9 Setelah di absorbsi, sekitar 50 dari glukosa yang beredar di sirkulasi akan mengalami oksidasi dan disimpan menjadi glikogen. Galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa di hati. Sebagian lain glukosa akan dimetabolisme menghasilkan energi. 9

2.4. Metabolisme karbohidrat

Hampir 80 karbohidrat yang diabsopbsi adalah glukosa sedangkan sebagian besar fruktosa dan hampir seluruh galaktosa akan diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa yang akan ditranspor ke dalam jaringan. Kecepatan ambilan glukosa sangat dipengaruhi oleh insulin. Kecepatan pengangkutan glukosa dengan insulin meningkat 10 kali lebih cepat dibanding tanpa insulin. 10 Setelah berada dalam sel, glukosa akan mengalami proses metabolisme berupa fosforilasi oksidatif, glikolisis, dan siklus krebs. Tujuan proses tersebut adalah untuk membentuk adenosin trifosfat ATP yang berfungsi sebagai energi bagi sel. 11

2.5 Regulasi Glukosa Darah

Pengaturan utama kadar glukosa darah setelah makan adalah 1 jumlah dan kemampuan pencernaan karbohidrat yang dikonsumsi, 2 absorbsi dan kemampuan hati dalam ambilanglukosa, erta 3 sekresi insulin dan jaringan sensitif terhadap insulin. 9 Insulin merupakan hormon utama dalam regulasi kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tinggi insulin akan disekresikan. Insulin memiliki efek anabolik yaitu mengubah glukosa menjadi glikogen dan lemak sehingga gula darah akan turun. 10,12 Glukagon, memiliki efek yang berlawanan dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Efek glukagon dalam metabolisme glukosa adalah 1 glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen dan 2 glukoneogenesis. Kedua efek tersebut akan meningkatkan kadar gula darah. 9 Gambar 2.2 Regulasi keseimbangan gula oleh insulin dan glukagon 12 Selain insulin dan glukagon terdapat pula hormon lain yang mempengaruhi regulasi glukosa seperti epinefrin, kortisol, dan hormon pertumbuhan seperti yang tercantum dalam tabel 2.1 12 Tabel 2.1 Hormon yang mengatur regulasi Glukosa darah 11 Hormon Rangsang utama untuk sekresi Efek pada glukosa darah Mekanisme Insulin Glukosa darah  Asam amino darah Menurunkan gula darah  pengambilan glukosa Glikogenesis  Glikogenolisis Glukoneogenesis Glukagon  Glukosa darah  Asam amino darah Meningkatkan glukosa darah  Glikogenolisis Glukoneogenesis  glikogenesis Epinefrin Stimulasi simpatis saat stress dan olehraga Meningkatkan glukosa darah  Glikogenolisis Glukoneogenesis  glikogenesis  sekresi insulin sekresi glukagon Kortisol Stress Meningkatkan glukosa darah Glukoneogenesis  ambilan glukosa oleh jaringan kecuali otak Hormon pertumbuhan Tidur lelap Stress Olahraga Meningkatkan glukosa darah  Absopsi glukosa oleh otot  penghematan glukosa 2.6.Indeks glikemik Indeks glikemik IG adalah angka dalam persen yang menggambarkan kemampuan suatu makanan untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Indeks glikemik diukur menggunakan perbandingan luas area dibawah kurva antara makanan uji dengan makanan standar yang memiliki kandungan karbohidrat sebanyak 50 gram. 13,14 Indeks glikemik suatu makanan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor individu dan faktor makanan.faktor individu yaitu sensitivitas ins ulin, fungsi dari sel β pankreas, motilitas saluran cerna, metabolisme makanan sebelumnya, dan juga regulasi karbohidrat. Sedangkan untuk faktor makanan tercantum dalam tabel 2.2. 15 Tabel 2.2 Faktor yang mempengaruhi kadar indeks glikemik makanan 15 Faktor Makanisme Contoh makanan Tingkat gelatinisasi pati Proses pencernaan makanan akan semakin lama jika tingkat gelatinisasi rendah Spageti,oatmeal Bentuk fisik makanan Lapisan serat pada biji- bijian dan yang menempel pada dinding sel tumbuhan merupakan penghalang bagi enzim untuk mencerna pati roti pumpernikel dan roti gandum, serta kacang- kacangan Serat Serat solubel dapat meningkatkan viskositas kimus serta memperlambat pencernaan pati oleh enzim karena dapat menyerap air Buncis, apel, roti putih, sereal Rasio amilosa dan amilopektin Semakin banyak amilosa dalam makanan akan Nasi basmati, kacang- kacangan, tepung jagung mamperlambat pencernaan pati. Sedangkan semakin banyak amilopektin akan mempercepat pencernaan pati maizena Gula sukrosa Pencernaan fukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa hanya menghasilkan setengah molekul glukosa dari pati dalam jumlah yang sama. Sukrosa dapat menghambat gelatinisasi pati dengan cara mengikat air Cookies, sereal Tingkat keasaaman Asam dalam makanan menghambat pengosongan lambung Jeruk Pada tahun 2081 Jenkins menggunakan IG untuk mengurutkan kemampuan makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan gula darah dibandingkan dengan makanan standar. 9 Berdasarkan indeks glikemiknya, Milleret al mengklasifikasi makanan menjadi 3 seperti yang tercantum pada tabel 2.3 16 Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks Glikemik 16 Kategori Makanan Rentang IG Rendah 55 Sedang 55 – 69 Tinggi 70 Penggunaan IG dapat memprediksi efek terhadap kadar glukosa darah dan juga dapat membantu pemilihan nutrisi pada pasien dengan diabetes dan hiperlipidemia. Pada pasien hiperlipidemia yang mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah menunjukan penurunan kadar kolesterol HDL dan konsentrasi triasilgliserol. Diet makanan dengan indeks glikemik rendah juga secara potensial mampu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. 5

2.7 Beban Glikemik