Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO

SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

ROSDIANA

087019109/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO

SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSDIANA

087019109/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA

SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK

INDONESIA Nama Mahasiswa : Rosdiana

Nomor Pokok : 087019109

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac) Ketua

(Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 24 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS

3. Dr. Khaira Amalia F., SE.Ak, MBA 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juni 2010 Yang membuat pernyataan

Rosdiana 087019109


(6)

ABSTRAK

Krisis keuangan pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan produk sekuritas (subprime mortgage securities) dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sektor industri perbankan. Sektor industri perbankan mengalami kesulitan likuiditas seiring dengan ketatnya likuiditas di pasar keuangan. Kesulitan tersebut juga terlihat di pasar modal dengan adanya penurunan harga saham perbankan di pasar modal. Penilaian keputusan berinvestasi dalam pasar modal dan menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan, biasanya yang dinilai adalah kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Sektor industri perbankan juga merupakan sektor yang rentan terhadap risiko karena sektor ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan atas pengembalian dana di masa yang akan datang. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Sejauhmana pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari

Capital Adequacy Ratio (CAR); Non Performing Loan (NPL); Net Interest Margin

(NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia? (2) Sejauhmana pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia?

Teori yang digunakan adalah teori manajemen keuangan yang berkaitan dengan Kinerja Keuangan, Risiko Sistematis dan Harga Saham.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus, jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah

eksplanatory (penjelasan). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan

yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang berjumlah 17 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis I adalah regresi linier berganda, sedangkan untuk hipotesis II adalah regresi sederhana. Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 52,2% dan dengan menggunakan confidential

interval sebesar 95%, secara serempak kinerja keuangan yang terdiri dari CAR, NPL,

NIM, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya ROA yang berpengaruh terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian pada hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 1,1% dan dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%, diperoleh hasil bahwa risiko sistematis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(7)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, NIM, ROA, dan LDR berpengaruh highly significant terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan risiko sistematis tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(8)

ABSTRACT

Financial crisis year of 2008 that affected housing credit securities product (subprime mortgage securities) and the bankruptcy of several big companies at United States of America finally impacted to Indonesia’s economics, one of them was banking industrial sector. Banking industrial sector experienced difficulty liquidity along with the tight liquidity at financial market. This type of difficulty also had happened in capital market that banking stock price facing depreciation. The decision of investment evaluation in capital market is to evaluate either a company is stable or not, usually used the company's financial performance. Banking industrial sector also be susceptible towards risk because it will related to believe on fund return in the future. The problems of this research are (1) How far the influence of financial performance which consists of Capital Adequacy Ratio (CAR); Non Performing Loan (NPL); Net Interest Margin (NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange? (2) How far the influence of systematic risk influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange?

This research used financial management theory related to Financial Performance, Systematic Risk and Stock price.

This research used cases approach. The kind of this research are quantitative descriptive and explanatory descriptive. The population in this research was industrial banking company that registered at Indonesian Stock Market Exchange since period 2005 up to 2008 were 17 companies. The sample of this research was all of the research population, it means that cencus method was used at this research. First hypothesis test was tested by using multiple linier regression, while for second hypothesis was tested by using simple linier regression.

Result of this research for first hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 52,2% and using Confidential Interval 95%, simultaneously financial performance which consist of CAR, NPL, NIM, ROA, and LDR have significant influence towards banking Stock Price at Indonesian Stock Exchange, while partially only ROA influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange. Result test of second hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 1,1% and using Confidential Interval 95%, partially systematic risk didn’t have significant influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange. The conclusion and overall of this research is to indicate that financial performance which consists of CAR, NPL, NIM, ROA, and LDR have highly significant influence to banking stock price at Indonesian Stock Exchange, while Systematic Risk didn’t have significant influence to banking stock price at Indonesian Stock Exchange.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis ini dengan baik. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan tesis ini, telah banyak mendapat bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatea Utara dan juga selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(10)

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen dan juga selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, saran, masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F., SE.Ak, MBA., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar (Dosen) Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bimbingan, dan arahan bagi penulis terutama Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si., Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., dan Bapak Dr. Drs. Muslich Lufti, MBA., serta seluruh Staf Pegawai Administrasi Magister Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh guru-guru penulis (TK, SD, SMP, dan SMU) dan seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara selama penulis menuntut ilmu atas ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahannya kepada penulis terutama Ibu Dra. Lisa


(11)

10. Bapak Adrimal, SE di PT. Valbury Asia Securities yang telah memberikan banyak masukan dan bantuan dalam penulisan tesis ini.

11. Papa dan Mama terkasih Hendri dan Dewi, yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis.

12. Abang-abang dan kakak-kakak yang terkasih: Ko Rudy & Ellysa Hasan (Tasau), Ci Feni & Julianta Arihta (Cung koko), Budi Kartono (Ko Cuan) & Eka Susetio (Acen aso) serta keponakan-keponakan (sunna) yang tercinta: Graciella, Jesselyn Janecia, dan Garrick yang merupakan sumber inspirasi, motivasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis.

13. Keluarga-keluarga tersayang: Ama (Kisaran), Hancin kuku & kel. (Jakarta), Ahan kuku & kel. (Kisaran), Ani ii & kel (Kisaran), serta sepupu-sepupu tersayang Eni (Aling), Yuliana (Ahui), Jessica (Jesi), Hendra (Ayong), Lisa (Lisia), dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. 14. Kekasih hati penulis Noperindo Purba yang telah memberikan begitu banyak

kasih sayang, dan juga selalu memberikan perhatian, motivasi, dukungan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

15. Keluarga kekasih tersayang: Makela U. Purba, Namboru M. br Sipayung, Bang Ronald Purba & Kak Dyah Arum Sari, Kak Roni Arta Venti Purba & Bang Ober Saragih, Kak Masriati Purba, serta keponakan-keponakan yang tersayang Syalomitha Purba (Ocha), Geovani Purba (Gio), Jessica Saragih (Jesica) dan Jocelyn Saragih (Celyn) yang telah memberikan perhatian, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.


(12)

16. Sahabat-Sahabat penulis: Sherli dan MYFers (Methodist Youth Fellowship) di Wesley Methodist Church: Ko Willy, Ci Safira, Ko Wenly, Alice Tandias, Budi Andryan, Dennis, Hansen, Irma, Jeffrey, Kory Silaban, Lilyana, Merry Sembiring, Stephanie Young, Steven, William Angsana, William Chin, Yacub, Yansen, dan Yung-Yung. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

17. Sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan XV Program Studi Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen (Andreas Saing, Arie Anfi Sembiring, Bahensa Purba, Desi Ariyanti, Dina Rosmaneliana, Enrich Simanungkalit, Evi Indriyani Purba, Ferawati, Ferra Andriani, Hendra, Herlina Sitorus, Johanes Gunawan, Jungsen, Mangisi Ronald Sianturi, Manotar Ambarita, Mukhlis, Nur Afrina, Sariaty Sebayang, Ulfah Wikendari, Wanri Sihombing), senior-senior (Beby Kendida Hasibuan, Doni, Muhammad Andi Abdillah Triono, Rina Friska, Rudy, Sawitri, Yusnita) dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat, berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis ketika masa kuliah dan saat penulisan tesis ini.


(13)

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian dalam bidang ilmu Manajemen Keuangan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(14)

RIWAYAT HIDUP

Rosdiana lahir pada tanggal 20 Maret 1987 di Kisaran Provinsi Sumatera Utara, anak bungsu dari empat bersaudara, dari pasangan Papa Hendri dan Mama Dewi.

Pendidikan dimulai pada tahun 1992 di Sekolah Dasar (SD) Diponegoro Kisaran, tamat dan lulus pada tahun 1998. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sutomo 1 Medan pada tahun 1998, tamat dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya pada tahun 2001 meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Sutomo 1 Medan, tamat dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2004 meneruskan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan dengan mengambil Jurusan Manajemen, tamat dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana (Strata-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Pernah bekerja di Truman (Trustworthy Management Consultant) pada tahun 2007 hingga tahun 2008, dan Bank HSBC (The Hongkong and Shanghai Banking Co. Ltd) pada tahun 2008 hingga tahun 2009.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Kerangka Berpikir/Landasan Teori ... 10

1.6 Hipotesis ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

2.2 Teori tentang Kinerja Keuangan... 16

2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 16

2.2.2 Analisis Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Bank... 17

2.2.3 Rasio Keuangan Perbankan ... 19

2.3 Teori tentang Risiko ... 23

2.3.1 Pengertian Risiko ... 23

2.3.2 Jenis Risiko ... 24

2.3.3 Risiko Sistematis... 25

2.4 Teori tentang Harga Saham ... 27

2.4.1 Pengertian Harga Saham... 27

2.4.2 Penilaian Harga Saham ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 32

3.2 Metode Penelitian ... 32


(16)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Jenis dan Sumber Data... 34

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 34

3.6.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 34

3.6.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua... 37

3.7 Model Analisis Data ... 40

3.7.1 Model Analisis Data Hipotesis Pertama ... 40

3.7.2 Model Analisis Data Hipotesis Kedua ... 42

3.8 Pengujian Asumsi Klasik... 43

3.8.1 Uji Normalitas... 43

3.8.2 Uji Multikolinearitas ... 44

3.8.3 Uji Autokorelasi... 45

3.8.4 Uji Heteroskedastisitas... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

4.1 Hasil Penelitian... 47

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 47

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia... 48

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 53

4.2.1 Deskripsi Capital Adequacy Ratio (CAR)... 54

4.2.2 Deskripsi Non Performing Loan (NPL) ... 56

4.2.3 Deskripsi Net Interest Margin (NIM)... 57

4.2.4 Deskripsi Return on Assets (ROA)... 59

4.2.5 Deskripsi Loan To Deposit Ratio (LDR)... 60

4.2.6 Deskripsi Risiko Sistematis (Beta) ... 62

4.2.7 Deskripsi Harga Saham ... 63

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65

4.3.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama... 65

1. Pendekatan Grafik ... 66

2. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov ... 67

4.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama... 68

4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama... 69

4.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama... 70

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 71

4.4.1 Pembahasan Hipotesis Pertama ... 71

4.4.1.1 Pengujian Hipotesis Pertama Secara Serempak (Simultan) ... 71


(17)

4.4.2.1 Pengujian Hipotesis Kedua Secara Parsial ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85


(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 CAR, NPL, NIM, ROA, LDR dan Harga Saham Perbankan

Periode 2005-2008 ... 5

1.2 Harga Saham Rata-rata Perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2005-2008 ... 8

3.1 Nama-nama Perusahaan Perbankan yang Diteliti... 33

3.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 37

3.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 40

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 45

4.1 Rata-Rata CAR, NPL, NIM, ROA, LDR, Beta dan Harga Saham Perbankan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 ... 53

4.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 (dalam %)... 55

4.3 Non Performing Loan (NPL) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 (dalam %)... 56

4.4 Net Interest Margin (NIM) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 (dalam %)... 58

4.5 Return on Assets (ROA) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 (dalam %)... 59 4.6 Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perusahaan Perbankan yang


(19)

4.7 Risiko Sistematis (Beta) pada Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008... 62

4.8 Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008 (dalam Rp) ... 64

4.9 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 68

4.10 Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama... 69

4.11 Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama... 69

4.12 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 71

4.13 Uji F Hipotesis Pertama ... 72

4.14 Uji t Hipotesis Pertama ... 73

4.15 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua... 80


(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir/Landasan Teori Hipotesis Pertama dan

Kedua ... 13 4.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan

Menggunakan Histogram ... 66 4.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan

Menggunakan P-Plot ... 67 4.3 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 70


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia... 91

2 Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan... 92

3 Data Non Performing Loan (NPL) Perusahaan Perbankan ... 93

4 Data Net Interest Margin (NIM) Perusahaan Perbankan... 94

5 Data Return on Asset (ROA) Perusahaan Perbankan ... 95

6 Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Perusahaan Perbankan... 96

7 Data Risiko Sistematis (Beta) Perusahaan Perbankan ... 97

8 Data Harga Saham Perusahaan Perbankan ... 98

9 Data Harga Saham Perdana Perusahaan Perbankan ... 99

10 Perhitungan IHSI, Return market (Rmt) dan Return Individual (Rit) Perusahaan Perbankan ... 100

11 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama... 101


(22)

ABSTRAK

Krisis keuangan pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan produk sekuritas (subprime mortgage securities) dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sektor industri perbankan. Sektor industri perbankan mengalami kesulitan likuiditas seiring dengan ketatnya likuiditas di pasar keuangan. Kesulitan tersebut juga terlihat di pasar modal dengan adanya penurunan harga saham perbankan di pasar modal. Penilaian keputusan berinvestasi dalam pasar modal dan menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan, biasanya yang dinilai adalah kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Sektor industri perbankan juga merupakan sektor yang rentan terhadap risiko karena sektor ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan atas pengembalian dana di masa yang akan datang. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Sejauhmana pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari

Capital Adequacy Ratio (CAR); Non Performing Loan (NPL); Net Interest Margin

(NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia? (2) Sejauhmana pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia?

Teori yang digunakan adalah teori manajemen keuangan yang berkaitan dengan Kinerja Keuangan, Risiko Sistematis dan Harga Saham.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus, jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah

eksplanatory (penjelasan). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan

yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang berjumlah 17 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis I adalah regresi linier berganda, sedangkan untuk hipotesis II adalah regresi sederhana. Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 52,2% dan dengan menggunakan confidential

interval sebesar 95%, secara serempak kinerja keuangan yang terdiri dari CAR, NPL,

NIM, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya ROA yang berpengaruh terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian pada hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 1,1% dan dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%, diperoleh hasil bahwa risiko sistematis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(23)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, NIM, ROA, dan LDR berpengaruh highly significant terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan risiko sistematis tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(24)

ABSTRACT

Financial crisis year of 2008 that affected housing credit securities product (subprime mortgage securities) and the bankruptcy of several big companies at United States of America finally impacted to Indonesia’s economics, one of them was banking industrial sector. Banking industrial sector experienced difficulty liquidity along with the tight liquidity at financial market. This type of difficulty also had happened in capital market that banking stock price facing depreciation. The decision of investment evaluation in capital market is to evaluate either a company is stable or not, usually used the company's financial performance. Banking industrial sector also be susceptible towards risk because it will related to believe on fund return in the future. The problems of this research are (1) How far the influence of financial performance which consists of Capital Adequacy Ratio (CAR); Non Performing Loan (NPL); Net Interest Margin (NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange? (2) How far the influence of systematic risk influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange?

This research used financial management theory related to Financial Performance, Systematic Risk and Stock price.

This research used cases approach. The kind of this research are quantitative descriptive and explanatory descriptive. The population in this research was industrial banking company that registered at Indonesian Stock Market Exchange since period 2005 up to 2008 were 17 companies. The sample of this research was all of the research population, it means that cencus method was used at this research. First hypothesis test was tested by using multiple linier regression, while for second hypothesis was tested by using simple linier regression.

Result of this research for first hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 52,2% and using Confidential Interval 95%, simultaneously financial performance which consist of CAR, NPL, NIM, ROA, and LDR have significant influence towards banking Stock Price at Indonesian Stock Exchange, while partially only ROA influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange. Result test of second hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 1,1% and using Confidential Interval 95%, partially systematic risk didn’t have significant influence towards banking stock price at Indonesian Stock Exchange. The conclusion and overall of this research is to indicate that financial performance which consists of CAR, NPL, NIM, ROA, and LDR have highly significant influence to banking stock price at Indonesian Stock Exchange, while Systematic Risk didn’t have significant influence to banking stock price at Indonesian Stock Exchange.


(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, di mana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis sehingga dapat dikatakan sebagai pusat dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia secara menyeluruh merupakan fungsi bank sebagai intermediary service.

Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial

intermedier) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang

kekurangan atau membutuhkan dana (deficit unit). Fungsi utama bank adalah menyediakan jasa yang menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit sehingga bank harus bekerja secara profesional dan bertanggung jawab dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan perekonomian pada masa ekonomi modern tidak dapat dipisahkan dari peranan dan fungsi bank sebagai lembaga pembiayaan dan investasi dalam pembangunan nasional.


(26)

Sektor industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak dikeluarkannya berbagai macam deregulasi oleh pemerintah pada tahun 1980-an untuk menggerakkan industri perbankan, terutama dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO’ 27 1988). Hal ini dapat dilihat dengan pertumbuhan jumlah bank yang sangat besar. Namun, akibat pertumbuhan yang sangat pesat tersebut ternyata tidak mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Dari sisi lain dapat dilihat bahwa terjadi penurunan industri perbankan nasional setelah terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang membuktikan bahwa perbankan nasional masih belum siap secara keseluruhan dalam menghadapi krisis besar yang terjadi secara tiba-tiba akibat tidak sehatnya kinerja keuangan industri perbankan. Selain itu, krisis keuangan pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan produk sekuritas (subprime mortgage securities) dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat telah mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia. Krisis tersebut ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sektor industri perbankan. Sektor industri perbankan mengalami kesulitan likuiditas seiring dengan ketatnya likuiditas di pasar keuangan. Kesulitan tersebut juga terlihat di pasar modal dengan adanya penurunan harga saham perbankan di pasar modal.

Penilaian keputusan berinvestasi dalam pasar modal dan menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan, biasanya yang dinilai adalah kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai berdasarkan


(27)

analisis laporan keuangan maupun analisis rasio keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Koch (1995: 128) pengukuran kinerja (performance) perbankan berdasarkan Federal Regulators Rate Banks menggunakan CAMEL sebagai sistem penilaiannya, yaitu Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas (Liquidity). Namun, menurut Ismail dan Zaidi (2002) faktor fundamental perbankan dapat diukur dengan CAEL, di mana faktor Manajemen (Management) tidak diikutsertakan. Pada pertengahan tahun 1980-an Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) di Amerika Serikat juga mengembangkan CAEL dalam mengukur tingkat kesehatan perbankan. Selain itu, rasio yang biasa digunakan dalam hal untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio solvabilitas (kecukupan modal), rasio profitabilitas, dan rasio likuiditas.

Aspek Permodalan (Capital) meliputi rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mengukur kecakupan modal yang dimiliki suatu bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko dan sekaligus termasuk dalam rasio solvabilitas (kecukupan modal). Aspek Kualitas Aset (Assets Quality) meliputi rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengukur kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif. Aspek Rentabilitas (Earning) meliputi Net Interest Margin (NIM) yang diperoleh dengan membandingkan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif dan

Return on Assets (ROA) yang merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan pendapatan atau laba dan sekaligus termasuk dalam rasio profitabilitas. Kemudian aspek Likuiditas (Liquidity)


(28)

meliputi Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengukur rasio kredit terhadap dana pihak ketiga dan sekaligus termasuk dalam rasio likuiditas.

Penulis dalam hal ini membatasi analisis rasio keuangan perbankan yaitu dengan hanya menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk menilai kinerja keuangan. CAR, NIM, dan ROA semakin

tinggi serta NPL dan LDR yang semakin rendah menunjukkan semakin baik kinerja keuangan suatu emiten (perusahaan). Semakin baik kinerja keuangan emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham karena dapat dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi dan membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut.

Kinerja keuangan perbankan yang diwakili oleh rasio CAR, NPL, NIM, ROA, dan LDR serta harga saham perbankan menunjukkan perkembangan yang berbeda-beda dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut:


(29)

Tabel 1.1. CAR, NPL, NIM, ROA, LDR dan Harga Saham Perbankan Periode 2005-2008

Tahun No. Variabel

2005 2006 2007 2008

1 CAR (%) 17,74 18,39 17,20 15,54 2 NPL (%) 5,27 3,69 3,54 3,13 3 NIM (%) 5,36 5,39 5,89 5,31 4 ROA (%) 1,64 1,62 1,86 1,49 5 LDR (%) 63,86 67,38 73,64 76,31 6 Harga Saham (Rp) 1.138,87 1.390,96 1.963,64 1.584,00 Sumber: Laporan Keuangan Perbankan, Bank Indonesia, 2005-2008 dan

Indonesian Capital Market Directory, 2005-2008 (data diolah)

Capital Adequacy Ratio (CAR) tahun 2005-2008 menunjukkan penurunan

kemampuan permodalan perbankan selama jangka waktu 4 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan perbankan ditinjau dari aspek permodalan dan solvabilitasnya mengalami penurunan.

Non Performing Loan (NPL) tahun 2005-2008 cenderung mengalami

penurunan dari tahun ke tahun selama jangka waktu 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan ditinjau dari kualitas aset semakin tinggi atau mengalami peningkatan.

Net Interest Margin (NIM) tahun 2005-2008 cenderung mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun selama jangka waktu 4 tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan perbankan dari segi rentabilitasnya mengalami penurunan.


(30)

Return on Assets (ROA) tahun 2005-2008 cenderung mengalami penurunan.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba mengalami penurunan selama jangka waktu 4 tahun.

Loan to Deposit Ratio (LDR) tahun 2005-2008 cenderung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun selama jangka waktu 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perbankan semakin rendah atau mengalami penurunan.

Harga saham perbankan tahun 2005-2008 juga cenderung menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama jangka waktu 4 tahun.

Meskipun secara keseluruhan kinerja keuangan perbankan mengalami penurunan selama jangka waktu 4 tahun, akan tetapi harga saham perbankan dari tahun ke tahun tetap mengalami peningkatan selama jangka waktu 4 tahun.

Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty) atau risiko, demikian juga halnya investasi melalui pasar modal khususnya dalam bentuk saham selain menjanjikan hasil juga mengandung risiko. Hal ini disebabkan karena pergerakan harga saham yang fluktuatif dan sulit ditebak. Harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal yang mempengaruhi harga saham dapat berupa kinerja perusahaan yang bisa diukur menggunakan rasio keuangan. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga saham dapat berupa kebijakan pemerintah, risiko pasar, inflasi, tingkat suku bunga, dan sebagainya.


(31)

Di sisi lain, investor juga dihadapkan pada peluang mendapatkan return yang lebih besar dalam waktu yang singkat. Pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan akan melakukan investasi atau tidak, mencakup penilaian seberapa besar keuntungan yang diharapkan dan seberapa jauh toleransi investor terhadap risiko atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan tersebut. Apabila investor mengharapkan return yang lebih tinggi, maka harus bersedia menanggung risiko yang tinggi juga (High Risk High Return).

Sektor industri perbankan merupakan sektor yang rentan terhadap risiko karena sektor ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan atas pengembalian dana di masa yang akan datang. Bahkan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menyatakan bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, di mana yang menjadi tolok ukur dari penilaian tersebut adalah dengan menggunakan faktor CAMELS yaitu Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity), dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk). Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan juga memiliki respon atas sensitivitas terhadap risiko pasar yang disebut juga sebagai risiko sistematis. Risiko pasar atau risiko sistematis merupakan fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan indeks pasar saham. Hal ini dapat dikatakan risiko sistematis dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di mana pergerakan harga saham ini akan diikuti oleh


(32)

perubahan indeks pasar saham (dalam hal ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan). Hal ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2. Harga Saham Rata-rata Perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2005-2008

Tahun

No. Variabel

2005 2006 2007 2008

1 Harga Saham Rata-rata Perbankan (Rp) 1.138,87 1.390,96 1.963,64 1.584,00 2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 1.162,64 1.805,52 2.745,83 2.534,35 Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2005-2008 (data diolah)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari: Capital Adequacy

Ratio (CAR); Non Performing Loan (NPL); Net Interest Margin (NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham perbankan

di Bursa Efek Indonesia?

2. Sejauhmana pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR); Non


(33)

Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek

Indonesia.

2. Pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan atau Bank

Sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan atau bank dalam mengevaluasi kinerja keuangan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya agar dapat bertahan dalam persaingan perbankan yang semakin kompetitif dan mempertahankan kondisi perbankan yang sehat serta mengetahui pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perbankan.

b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi dalam dunia ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai kinerja keuangan, risiko sistematis dan pengaruhnya terhadap harga saham perbankan.


(34)

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang analisis kinerja keuangan, khususnya analisis rasio keuangan, analisis risiko sistematis serta kaitannya terhadap harga saham.

d. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.

1.5. Kerangka Berpikir/Landasan Teori

Faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri adalah faktor fundamental emiten, dimana untuk menganalisis faktor fundamental suatu emiten digunakan analisis rasio keuangan. Semakin baik kinerja emiten (perusahaan) maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham (Arifin, 2004: 116). Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan menurunnya harga saham yang diterbitkan dan yang diperdagangkan. Selain itu, keadaan emiten juga akan menjadi tolok ukur seberapa besar risiko yang bakal ditanggung oleh investor. Saham-saham yang bagus, biasanya disebut dengan saham blue chip, memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis saham lainnya. Hal ini disebabkan karena faktor fundamental emitennya sangat bagus, baik


(35)

dalam hal kondisi keuangannya, manajemennya, hingga keunggulan-keunggulan lain yang bersifat comparative advantage.

Analisis rasio keuangan dapat digunakan dalam memastikan kondisi emiten dalam keadaan bagus atau dalam keadaan yang tidak bagus. Menurut Koch (1995: 128) pengukuran kinerja (performance) perbankan berdasarkan Federal Regulators

Rate Banks menggunakan CAMEL sebagai sistem penilaiannya, yaitu Permodalan

(Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity). Namun, menurut Ismail dan Zaidi (2002) faktor fundamental perbankan dapat diukur dengan CAEL, di mana faktor Manajemen (Management), tidak diikutsertakan. Pada pertengahan tahun 1980-an Federal

Deposit Insurance Corporation (FDIC) di Amerika Serikat juga mengembangkan

CAEL dalam mengukur tingkat kesehatan perbankan. Selain itu, rasio yang biasa digunakan dalam hal untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio solvabilitas (kecukupan modal), rasio profitabilitas dan rasio likuiditas.

Dalam penelitian ini, aspek Permodalan (Capital) diwakili oleh Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan sekaligus termasuk dalam rasio solvabilitas (kecukupan

modal), aspek Kualitas Aset (Assets Quality) diwakili oleh Non Performing Loan (NPL), aspek Rentabilitas (Earning) diwakili oleh Net Interest Margin (NIM) dan

Return on Assets (ROA) dan sekaligus termasuk dalam rasio profitabilitas, sedangkan

aspek Likuiditas (Liquidity) diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sekaligus termasuk dalam rasio likuiditas.


(36)

Jika dihubungkan dengan harga saham, investor cenderung lebih menyukai CAR, NIM, dan ROA yang tinggi tetapi sebaliknya menyukai NPL dan LDR yang rendah. Hal ini disebabkan dengan CAR, NIM, dan ROA semakin tinggi serta NPL dan LDR yang semakin rendah menunjukkan semakin baik kinerja suatu emiten. Dengan demikian semakin baik kinerja suatu emiten akan semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham (Arifin, 2004: 116).

Menurut Bodie, et.al (2005: 407) bahwa setiap sekuritas mempunyai dua sumber risiko, yaitu risiko pasar atau risiko sistematis dan risiko spesifik perusahaan. Risiko sistematis adalah faktor risiko yang umum terhadap perekonomian secara keseluruhan, risiko yang tidak dapat didiversifikasi, yang juga disebut sebagai risiko pasar (market risk). Risiko sistematik adalah risiko yang menimpa semua perusahaan, contohnya adalah inflasi, resesi, krisis moneter, dan sebagainya. Risiko yang tetap ada setelah diversifikasi merupakan risiko pasar atau risiko yang melekat dalam pasar, di mana kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar diukur dengan menggunakan koefisien beta (Brigham, 2001: 201). Beta sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar. Oleh sebab itu, dalam menganalisis sekuritas atau portofolio harus juga mengetahui betanya.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka berpikir/landasan teori dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:


(37)

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir/Landasan Teori Hipotesis Pertama dan Kedua

1.6. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR); Non

Performing Loan (NPL); Net Interest Margin (NIM); Return on Assets (ROA); Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap harga saham perbankan

di Bursa Efek Indonesia.

2. Risiko sistematis berpengaruh terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Harga Saham Perbankan Kinerja Keuangan

Capital Adequacy Ratio (CAR) Non Performing Loan (NPL) Net Interest Margin (NIM) Return on Assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Risiko Sistematis (Beta)

Harga Saham Perbankan


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sianipar (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia”. Populasi dari penelitian ini berjumlah 20 bank dan semua populasi ini digunakan sebagai sampel. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, Capital Adequacy Ratio (CAR),

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Asset to Earning Asset (NPATEA), dan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Secara parsial

variabel bebas hampir semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap harga saham kecuali ROA, LDR, dan NPATEA.

Limbong (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Populasi dari penelitian ini berjumlah 22 bank, sedangkan yang menjadi sampel dari penelitian ini berjumlah 17 perusahaan perbankan. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini


(39)

Return on Risk Asset (RORA), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis

yaitu Beta Saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham perbankan yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Secara parsial Return on Risk

Asset (RORA), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

keuntungan saham perbankan. Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

Asset Ratio (LAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Risiko Sistematis yaitu Beta Saham tidak signifikan terhadap

tingkat keuntungan saham perbankan yang go publik di BEJ.

Rosdiana (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Populasi dari penelitian ini berjumlah 16 bank, sedangkan yang menjadi sampel dari penelitian ini berjumlah 15 perusahaan perbankan. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan secara serempak

Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Assets

(ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Harga Saham), sedangkan secara parsial hanya Return on Assets (ROA) yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.


(40)

2.2. Teori tentang Kinerja Keuangan 2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Salah satu indikator untuk melihat keadaan suatu perusahaan adalah dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan. Seorang investor dapat melihat keadaan atau kondisi suatu perusahaan dengan menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Abdullah (2005: 120) kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Adapun tujuan dari analisis kinerja keuangan bank adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua assets yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan dinilai berdasarkan analisa laporan keuangan maupun analisa rasio keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Secara umum laporan keuangan bank terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh


(41)

Menurut Kasmir (2004: 240), tujuan pembuatan laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

1. Memberi informasi mengenai jumlah dan aktivitas yang dimiliki.

2. Memberi informasi mengenai jumlah dan jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Memberi informasi mengenai jumlah dan jenis modal pada waktu tertentu.

4. Memberi informasi tentang hasil usaha yang tercermin dalam jumlah pendapatan dan sumbernya.

5. Memberi informasi mengenai biaya yang dikeluarkan.

6. Memberi informasi mengenai perubahan aktiva, kewajiban dan modal suatu bank. 7. Memberi informasi mengenai kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu

yang tersaji dalam laporan keuangan.

2.2.2. Analisis Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Bank

Rasio keuangan atau financial ratio sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (1995: 133) bahwa “To evaluate the financial condition and performance of a firm, the financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio, index, relating two pieces of financial data to each other.” Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio yang merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat dalam pos-pos laporan keuangan (Fahmi, 2006: 52). Menurut Harahap (2006: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan


(42)

dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding dengan teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-Score).

5. Menstandarisir ukuran (size) perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Teknik analisis rasio disamping memiliki keunggulan, juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari ketika penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.


(43)

2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan untuk menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.3. Rasio Keuangan Perbankan

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh

seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai oleh modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2001: 122). CAR


(44)

adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecakupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan The New Basle Capital Accord, bank diwajibkan memelihara CAR di atas ketentuan minimum yaitu di atas 8% setiap saat (Retnadi, 2006: 11). Menurut SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

100% x (ATMR) Resiko

Menurut Tertimbang

Aktiva

Bank Modal

CAR

b. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah dapat

diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk. Menurut Koch (1995: 121) bahwa


(45)

(dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005: 358). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Menurut SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

100% x Produktif Aktiva Bermasalah Produktif Aktiva NPL

c. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank

menghasilkan Net Interest Return dengan menggunakan Income-Producing Assets (Koch, 1995: 116). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

100% x Produktif Aktiva rata -Rata Bersih Bunga Pendapatan NIM 


(46)

d. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) adalah rasio yang mengukur kinerja (performance) bank

dalam menghasilkan laba yang dapat dihitung dengan cara membandingkan Net

Income dengan Total Assets (Koch, 1995: 112). ROA adalah rasio yang mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan selama periode tertentu (Dendawijaya, 2001: 120). Rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba bersih dan rata-rata total aset. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Menurut SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

100% x Aktiva Total

Bersih Laba

ROA

e. Loans to Deposit Ratio (LDR)

Loans to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan untuk melihat

kemampuan bank dalam memenuhi tingkat kredit yang diminta dengan menggunakan dana pihak ketiga (Sinkey, 1992). LDR merupakan suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauhmana simpanan digunakan untuk pemberian


(47)

tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Dendawijaya, 2001: 117). Menurut Sawir (2005: 28) suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Rasio ini mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Berdasarkan kebijakan Bank Indonesia, ketentuan LDR bank berkisar antara 85%-110% (Dendawijaya, 2001: 117). Menurut SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

100% x Ketiga Pihak Dana

Kredit LDR

2.3. Teori tentang Risiko 2.3.1. Pengertian Risiko

Risiko memiliki definisi yang beragam, menurut Griffin dan Ebert (1996: 752) risiko adalah uncertainty about future events. Siegel dan Shim (1999: 400) mendefinisikan risiko pada tiga hal, pertama adalah keadaan yang mengarah pada sekumpulan hasil khusus, di mana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan telah diketahui oleh pengambil keputusan, kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya, dan ketiga adalah kemungkinan dari


(48)

sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri.

Menurut Tandelilin (2001: 48) Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar risiko investasi tersebut. Risiko adalah penyimpangan (variasi) hasil pengembalian dari yang diharapkan.

2.3.2. Jenis Risiko

Menurut Bodie, et.al (2005: 407) bahwa setiap sekuritas mempunyai dua sumber risiko yaitu risiko pasar atau risiko sistematis dan risiko spesifik perusahaan atau risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar (market

risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara

keseluruhan. Risiko sistematis adalah risiko yang dampaknya dirasakan oleh semua instrumen investasi seperti inflasi, kenaikan suku bunga, resesi ekonomi dan lain sebagainya. Sedangkan risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan) adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas.

Sedangkan menurut Widoatmodjo (2009: 144) risiko secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


(49)

1. Risiko domestik (domestic risk)

Risiko domestik adalah risiko yang ditimbulkan oleh penyebab-penyebab domestik, misalnya inflasi, kenaikan suku bunga oleh pemerintah, terjadi kerusuhan massa di dalam negeri, dan lain sebagainya.

2. Risiko internasional (international risk)

Risiko internasional adalah risiko yang ditimbulkan oleh ekonomi internasional yang berpengaruh kepada ekonomi nasional, misalnya peningkatan harga minyak di pasar internasional menyebabkan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, perubahan harga-harga saham di bursa Wall Street yang berdampak pada harga saham domestik, dan lain sebagainya.

2.3.3. Risiko Sistematis

Menurut Tandelilin (2001: 50) risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan pasar tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, risiko ini disebut juga dengan risiko pasar (market risk), disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut adalah seperti kondisi perekonomian, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kecenderungan saham untuk bergerak bersama.


(50)

Menurut Jones (2009: 222),

Variability in a securitys total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy is called systematic risk or market risk or nondifersifiable risk. Virtually all securities have some systematic risk, whether bonds or stocks, because systematic risk directly encompasses interest rate risk, recession, inflation, and so on. Most stocks are negatively impacted by such factors; therefore, diversification cannot eliminate market risk. After nonsystematic risk is eliminated, what is left is the nondiversifiable portion, or the market risk (systematic part). This part of the risk is inescapable because no matter how well an investor diversifies, the risk of the overall market cannot be avoided”.

Risiko pasar atau risiko sistematis ini dapat diukur dengan indeks beta (Brigham dan Houston, 2001: 201). Indeks beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi indeks beta, semakin tinggi risiko sistematis yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung indeks beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi indeks beta suatu sekuritas dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel terikat dan

return-return pasar sebagai variabel bebas.

Indeks beta sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar dan fluktuasi (variasi) harga saham. Semakin tinggi fluktuasi harga saham, semakin tinggi indeks beta yang berarti risiko saham tersebut semakin besar. Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individu turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti selalu terjadi kondisi yang berlawanan. Jika secara umum harga saham mengalami


(51)

Indeks beta mengindikasikan tingkat kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Indeks beta yang normal adalah satu, jika indeks beta suatu saham lebih besar dari satu berarti saham tersebut termasuk memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, jika indeks beta suatu saham lebih kecil dari satu, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari risiko rata-rata pasar dan saham tersebut termasuk saham defensif.

Indeks beta sangat membantu investor untuk melakukan investasi terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur portofolio. Selain itu indeks beta ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investtor untuk menanggung risiko. Investor yang menyukai risiko (risk lover) akan memilih saham-saham yang mempunyai indeks beta yang besar dan sebaliknya investor yang tidak menyukai risiko (risk averter) memilih untuk merencanakan keuntungan normal dengan memilih indeks beta yang kecil. Jika investor ingin mengoptimumkan risikonya yaitu dengan risiko yang minimum tetapi mengharapkan pendapatan yang maksimum, investor tersebut dapat mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang berbeda-beda.

2.4. Teori tentang Harga Saham 2.4.1. Pengertian Harga Saham

Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada


(52)

pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006: 59). Setiap investor yang berinvestasi dalam saham, setiap hari, dari waktu ke waktu, mereka harus rajin memantau perkembangan terakhir dari kondisi emiten di mana mereka menginvestasikan uang dan mengamati pergerakan saham di bursa secara keseluruhan karena perkembangan kondisi emiten, baik positif maupun negatif, pasti berpengaruh pada harga saham yang diterbitkannya.

Perusahaan jika dalam laporan keuangannya menuliskan adanya laba bersih yang tinggi, kemudian hasil rapat umum pemegang saham tersebut menetapkan sebagian keuntungan tersebut akan dibagikan dalam bentuk deviden, maka sudah pasti secara otomatis harga saham tersebut akan melonjak tajam. Alasannya karena semua investor ingin kebagian deviden dengan memiliki saham tersebut. Di sinilah hukum permintaan dan penawaran terjadi (Arifin, 2004: 46). Menurut Basir (2005: 63), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya order yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Automated Trading System). Di lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih dari 400 terminal komputer di mana para pialang di lantai bursa (floor trader) dapat memasukkan order yang diterima dari nasabah. Masuknya order-order tersebut baik jual maupun beli akan berpotensi terjadinya transaksi pada harga tertentu.


(53)

Di dalam perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham. Istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan

sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.

3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang

terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi

sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari sebelumnya dengan

harga terakhir yang terjadi atau selisih antara previous dengan last. Jika nilai pada

change positif, misalnya +100 artinya harga saham tersebut lebih tinggi 100 jika

dibandingkan hari sebelumnya. Jika nilai pada change negatif misalnya -50, artinya harga saham tersebut turun 50 jika dibandingkan hari sebelumnya.

7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham. Closing Price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.4.2. Penilaian Harga Saham

Penilaian harga saham bertujuan untuk menilai saham-saham manakah yang paling menguntungkan bagi investor di dalam membeli dan menjual suatu saham, sehingga diperlukan analisis terhadap saham. Jika harga pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued)


(54)

sehingga menguntungkan untuk dijual. Sebaliknya jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued) sehingga layak untuk dibeli. Secara garis besar analisis terhadap harga saham dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.

Analisis teknikal (technical analysis) pada dasarnya merupakan upaya pencarian pola perulangan yang dapat diprediksi dengan harga saham (Bodie, et.al 2005: 481). Analisis teknikal berupaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu. Harga-harga akan bergerak mengikuti trend tertentu, dimana trend ini bisa saja berubah akibat perubahan permintaan dan penawaran. Analisis teknikal mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan, antara lain dengan menggunakan grafik sederhana dan moving average (Anoraga, 2006).

Jika analisis teknikal mengabaikan kondisi keuangan perusahaan, analisis fundamental justru sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, karena dengan analisis fundamental ini diharapkan calon investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan apakah sehat atau tidak, dan apakah menguntungkan atau tidak. Analisis fundamental (fundamental analysis) menggunakan prospek laba dan deviden perusahaan, harapan tingkat bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat (Bodie, et.al 2005: 481). Analisis fundamental biasanya memulai dengan sebuah studi tentang masa lalu dan menguji neraca perusahaan dengan analisis ekonomi yang lebih terperinci, yang


(55)

dengan harapan untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa yang akan datang.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, PT Valbury Asia Securities yang beralamat di Gedung Uniland Lt.3 East Tower Jalan MT. Haryono No. A-1 Medan, serta melalui media internet dengan menggunakan situs-situs www.bi.go.id, www.e-bursa.com, dan www.idx.co.id, serta situs-situs lain yang mendukung penelitian. Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

3.2. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di dukung oleh metode sensus. Menurut Kuncoro (2003: 71), studi kasus lebih menekankan pada analisis konteks secara penuh dan hal-hal yang lebih rinci berdasarkan peristiwa dan hubungan yang satu dengan yang lain.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro, 2003: 8). Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui


(57)

Sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan) yaitu suatu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang berjumlah 17 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Metode sensus yaitu metode pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Adapun perusahaan perbankan tersebut antara lain:

Tabel 3.1. Nama-nama Perusahaan Perbankan yang Diteliti

No. Kode Emiten Nama Emiten Tanggal Listing

1 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk. 15 Juli 2002

2 BBCA Bank Central Asia Tbk. 31 Mei 2000

3 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 25 November 1996 4 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk. 10 Oktober 2003 5 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 06 Desember 1989 6 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk. 13 Juli 2001

7 BKSW Bank Kesawan Tbk. 21 November 2002

8 BMRI Bank Mandiri Tbk. 14 Juli 2003

9 BNGA Bank Cimb Niaga Tbk. 29 November 1989

10 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 21 November 1989

11 BNLI Bank Permata Tbk. 15 Januari 1990

12 BSWD Bank Swadesi Tbk. 01 Mei 2002

13 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk. 30 Juni 1999 14 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk. 29 Agustus 1997

15 MEGA Bank Mega Tbk. 04 Juli 2000

16 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 20 Oktober 1994

17 PNBN Pan Indonesia Bank Tbk. 29 Desember 1982 Sumber: www.idx.co.id


(58)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia, situs Bank Indonesia, mengambil data di PT Valbury Asia Securities serta mengakses situs-situs lain yang mendukung penelitian.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil publikasi Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan keuangan, sejarah perusahaan, transaksi harian perdagangan saham, jurnal, surat kabar, literatur ilmiah, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan serta data yang diperoleh dari media internet.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

1. Variabel dependen (tidak bebas atau terikat), yaitu: harga saham di mana harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) per tahun (Ptahunan) pada sektor industri perbankan di BEI. Rasio ini dirumuskan sebagai


(1)

arti bahwa harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak ditentukan oleh risiko sistematis. Hal ini berarti bahwa variabel risiko sistematis tidak menentukan dalam meningkatkan harga saham perbankan di Bursa Efek.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat dibuat saran sebagai berikut:

1. Investor dalam mengambil keputusan untuk menilai kinerja keuangan dan berinvestasi pada saham perbankan dapat menggunakan rasio ROA dalam menilai kinerja keuangan karena ROA memiliki pengaruh yang highly significant terhadap harga saham perbankan. Selain itu, sektor industri perbankan juga diharapkan mampu meningkatkan CAR, NIM, ROA dengan lebih aktif menyalurkan dana yang diterimanya pada pihak ketiga di sektor riil, sehingga dapat meminimalkan dana menganggur yang ada di bank dan juga bank tidak terlalu terbebani pembayaran bunga dana pihak ketiga. Selain itu, sektor industri perbankan diharapkan tetap menjaga NPL dan LDR agar tetap berada dalam batas kewajaran.

2. Investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada saham perbankan dapat tidak menggunakan resiko sistematis karena resiko sistematis tidak berpengaruh terhadap harga saham perbankan. Selain itu, untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendekati kondisi resiko sistematis yang up to date


(2)

perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan jangka waktu yang lebih panjang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, UMM Press, Malang.

Anoraga, Pandji, 2006. Pengantar Pasar Modal, Cetakan Kelima, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, Ali, 2004. Membaca Saham. Panduan Dasar Seni Berinvestasi dan Teori

Permainan Saham: Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Basir, Saleh, Hendy M. Fakhrudin, 2005. Aksi Korporasi: Strategi untuk

Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi, Salemba Empat,

Jakarta.

Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Buku 1, Edisi Kedelapan, Terjemahan Dodo Suharto dan Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Bodie, Zvi, Alex Kane & Alan J. Marcus, 2006. Investments, Buku 1 dan 2, Terjemahan Zulaini Dalimunthe dan Budi Wibowo, Salemba Empat, Jakarta. Darmadji, Tjiptono, 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab,

Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2001. Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Fahmi, Irham, 2006. Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik, PT

Refika Adiatama, Bandung.

Ghozali, H. Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta.


(4)

Halim, Abdul, 2005. Analisis Investasi, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Jones, Charles P, Siddharta Utama, Budi Frensidy, Irwan Adi Ekaputra, and Rachman Untung Budiman, 2009. Investments: Analysis and Management (An Indonesian Adaptation), Tenth Edition, John Wiley & Sons, Inc., Printed in the United States of America.

Kasmir, 2004. Manajemen Perbankan, Cetakan Keempat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Koch, Tomothy, 1995. Bank Management, Third Edition, The Dryden Press, New York.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

Madura, Jeff, 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, Buku Satu, Edisi

Kedelapan, Terjemahan Yanivi S. Bachtiar, Salemba Empat, Jakarta.

Manurung, Mandala, 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter: Kajian

Kontekstual Indonesia, Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Jakarta.

Nachrowi, Nachrowi D, 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika:

untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Retnadi, Djoko, 2006. Memilih Bank yang Sehat: Kenali Kinerja dan

Pelayanannya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Salvatore, Dominick, 2005. Managerial Economics: Ekonomi Managerial dalam

Perekonomian Global, Edisi Kelima, Terjemahan Ichsan Setyo Budi,

Salemba Empat, Jakarta.

Samsul, Mohammad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta.

Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Perusahaan dan Perencanaan Keuangan


(5)

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Siegel, Joel G. dan Jae K. Shim, 1999. Kamus Istilah Akuntansi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sinkey, Josefh F, 1992. Commercial Bank Financial Management, Fourth Edition, Macmillan Publishing Company, New York.

Supranto, J, 2004. Ekonometri, Buku Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.

Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 1995. Fundamentals of Financial Management, Prentice Hall International Edition, United State of America. Widoatmodjo, Sawidji, 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar & Studi Kasus,

Ghalia Indonesia, Bogor.

B. Bukan Buku

Anastasia, Njo, Yanny Widiastuty Gunawan dan Imelda Wijianti, 2003. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No. 2, Nopember 2003.

Bank Indonesia. Surat Edaran Direksi No. 6/23/DPNP/2004 tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta.

Ismail, Abd. Ghafar dan Zaidi, Mohd. Azlan Shah, 2002. “CAEL : A Stress Test In Bank Monitoring”, Gadjah Mada International Journal of Business Vol. 4,

No.3, September 2002.

Limbong, Albert, 2006. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Tidak

Dipublikasikan).

Rosdiana. 2007. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (Tidak Dipublikasikan).

Sianipar, Ardin, 2005. “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas


(6)

www.bi.go.id www.e-bursa.com www.idx.co.id