Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

FAHMI AFFANDY SIREGAR 110521149

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi yang bersumber dari didasarkan pada criteria tertentu yang disesuaikan degan tujuan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal yaitu untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Net Interest Margin (NIM) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) berpengaruh positif siginifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square pada model regresi adalah 0,736, yang berarti bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) mempengaruhi Harga Saham sebesar 73,6% dan sisanya 26,4% dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beta Saham, dan Harga Saham


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FINANCIAL PERFORMANCE AND THE EFFECT OF SYSTEMATIC RISK TO THE STOCK PRICE OF BANKING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The aim of this study was to analyze the effect of financial performance consisting of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk to the Stock Price in banking industry listed in Indonesia Stock Exchange either simultaneously or partially. This study used the secondary data from criteria in accordance with the objectives of the study. This study used causal associative design to determine the causal relationship between a variable to another variable. The analytical method used was Multiple Linier Regression. The results showed that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk simultaneously have a significant effect on the stock price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange. The partial test (t-test) showed that Capital Adequacy Ratio (CAR) and Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO) has unsignificantly negative effect on the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, Non Performing Loan (NPL) has significantly negative effect to the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, Net Interest Margin (NIM) and Systematic Risk has significantly positive on the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, and Loan to Deposit Ratio (LDR) unsignificantly positive to the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange. The Adjusted R Square value of this regression model was 0,736 which means that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk affect the Stock Price as much as 73,6% and the remaining 26,4% is explained by other factors no included in this study.

Keyword : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur atas limpahan rahmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak mendapat syafaatnya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menadapat bantuan, bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Teristimewa Ayahanda Dedi Syafei Siregar, SH dan Ibunda Fauziah Siagian yang selalu memberikan semangat dan mengiringi penulis dengan do’a yang tidak henti-hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis. 5. Ibu Beby Kendida, SE, M.Si selaku Dosen Pembaca yang telah banyak

memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Adikku Nurmaini, Uak Ratna, Kak Riri, Bang Dekyan, Kak Lina, Bou Siti Asmi, dan Prof. Erlina yang telah memberikan do’a dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat-sahabat terbaikku, Irwan, Sahara, Baluat, Evan, Rustina, Yohanna, Dinni, Reni, Leony, Tere, Citra, Sulas, Kak Nova, Nelly, Desentina, dan Eka P. Serta kepada seluruh teman-teman Manajemen Ekstensi 2011. Terima kasih atas segala bantuan doa dan semangat yang tiada henti.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Juli 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT……… . ii

KATA PENGANTAR……… . iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori tentang Kinerja Keuangan ... 11

2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 11

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Bank... 12

2.1.3. Rasio Keuangan Perbankan... 14

2.2. Teori Tentang Risiko... 18

2.2.1. Pengertian Risiko... 18

2.2.2. Jenis Risiko ... 18


(7)

2.2.4. Pendekatan Beta Saham... 21

2.3. Teori Tentang Harga Saham... 23

2.3.1. Pengertian Harga Saham... 23

2.3.2.Penilaian Harga Saham... 23

2.4. Penelitian Terdahulu... 25

2.5. Kerangka Konseptual... 29

2.6. Hipotesis... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3. Batasan Operasional ... 33

3.4. Definisi Operasional... 34

3.4.1. Variabel Dependen ... 34

3.4.2. Variabel Independen ... 35

3.4.2.1. Capital Adequacy Ratio. ... 35

3.4.2.2. Non Performing Loan……... 35

3.4.2.3. Net Interest Margin………. 36

3.4.2.4. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional ... 36

3.4.2.5. Loan to Deposit Ratio ... 37

3.4.2.6. Risiko Sistematis... ... 37

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 40

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40


(8)

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.9. Teknik Analisis Data ... 43

3.9.1. Pengujian Hipotesis ... 45

3.9.1.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 45

3.9.1.2. Uji F (Secara Simultan) ... 46

3.9.1.3. Uji-t(SecaraParsial) ... 47

3.9.2. Uji Asumsi Klasik ... 48

3.9.2.1. Uji Normalitas ... 48

3.9.2.2. Uji Multikolinieritas ... 49

3.9.2.3. Uji Autokorelasi ... 50

3.9.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 52

4.1. Gambaran Umum Perusahaan………. 52

4.2. Hasil Penelitian……… 63

4.2.1. Analisis Deskriptif……… 63

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik……… 76

4.2.2.1. Uji Normalitas………. 76

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas……… 79

4.2.2.3. Uji Autokorelasi……….. 81

4.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas……… 82

4.2.3. Analisis Persamaan Regresi……….. 84

4.2.4. Pengujian Hipotesis………... 86

4.2.4.1. Uji Signifikansi (Uji F)……… 87


(9)

4.2.4.3. Koefesien Determinasi (R2)………. 90

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian………. 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… .. .. 98

5.1. Kesimpulan………... 98

5.2. Saran………. 99

DAFTAR PUSTAKA... 101


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Nilai CAR, NPL, dan NIM... 6

1.2. Nilai BOPO, LDR, dan Beta Saham... 7

1.3. Harga Saham... 7

2.1. Penelitian Terdahulu... 26

3.1. Jumlah Sampel pada Bank-bank Umum yang Terdaftar di BEI... 41

3.2. Sampel Penelitian Bank-bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia... 41

3.3. Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson... 50

4.1. Harga Saham……… 64

4.2. Capital Adequacy Ratio (CAR)………... 65

4.3. Non Performing Loan (NPL)……… 67

4.4. Net Interest Margin (NIM)………... 69

4.5. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional…. 70 4.6. Loan to Deposit Ratio………... 72

4.7. Beta Saham……… 74

4.8. Hasil Uji One Sample Kolmogorv-Smirnov……….. 79

4.9. Hasil Uji Multiklinearitas………... 80

4.10. Hasil Uji Run Test………. 81

4.11. Hasil Uji Durbin-Watson Test………... 82

4.12. Hasil Uji Glejser………. 84

4.13. Hasil Analisis Regresi Berganda……… 85

4.14. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………... 87

4.15. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)……….. 88


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kemiringan Beta Saham... 19

2.2. Kerangka Konseptual... 32

4.1. Grafik Histogram………. 77

4.2. Grafik Normal P-P Plot……… 78


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi yang bersumber dari didasarkan pada criteria tertentu yang disesuaikan degan tujuan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal yaitu untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Net Interest Margin (NIM) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) berpengaruh positif siginifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square pada model regresi adalah 0,736, yang berarti bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Risiko Sistematis (Beta Saham) mempengaruhi Harga Saham sebesar 73,6% dan sisanya 26,4% dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beta Saham, dan Harga Saham


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FINANCIAL PERFORMANCE AND THE EFFECT OF SYSTEMATIC RISK TO THE STOCK PRICE OF BANKING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The aim of this study was to analyze the effect of financial performance consisting of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk to the Stock Price in banking industry listed in Indonesia Stock Exchange either simultaneously or partially. This study used the secondary data from criteria in accordance with the objectives of the study. This study used causal associative design to determine the causal relationship between a variable to another variable. The analytical method used was Multiple Linier Regression. The results showed that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk simultaneously have a significant effect on the stock price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange. The partial test (t-test) showed that Capital Adequacy Ratio (CAR) and Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO) has unsignificantly negative effect on the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, Non Performing Loan (NPL) has significantly negative effect to the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, Net Interest Margin (NIM) and Systematic Risk has significantly positive on the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange, and Loan to Deposit Ratio (LDR) unsignificantly positive to the Stock Price in banking industry companies listed in Indonesia Stock Exchange. The Adjusted R Square value of this regression model was 0,736 which means that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk affect the Stock Price as much as 73,6% and the remaining 26,4% is explained by other factors no included in this study.

Keyword : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Ratio of Operating Cost to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Systematic Risk


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, “Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut Kasmir (2012 : 3), dalam buku Dasar-dasar Perbankan, “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.

Kinerja perusahaan akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang akan ditanggung investor. Untuk memastikan kinerja perusahaan tersebut dalam kondisi baik atau buruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.Kinerja keuangan perusahaan perbankan akan dapat mempengaruhi harga sahamnya karena informasi dari laporan keuangan atau rasio keuangan akan mempengaruhi keputusan para investor menanamkan modalnya. Semakin baik kinerja suatu bank maka akan semakin berminat investor untuk menanamkan modalnya dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian semakin disadari bahwa analisis rasio keuangan sangat memegang peranan suatu penelitian dan analisa investasi. Harga saham yang meningkat dari waktu ke waktu menjadi harapan


(15)

bagi semua manajemen, karena peningkatan harga saham dapat meningkatkan minat para investor untuk membeli saham tersebut atau untuk menginvestasikan modalnya (Haryetti, 2012).

Menurut Kasmir (2012 : 48), penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan analisis CAMELS. Analisis ini terdiri dari capital, assets, management, earning, liquidity, dan sensitivity.

Dalam analisis permodalan (capital) yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI. Dalam analisis kualitas aset (assets) upaya yang

dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki bank. Dalam analisis kualitas manajemen (management) dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Dalam analisis earning digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi Perbandingan Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO). Dalam analisis likuiditas (liquidity) digunakan untuk menilai aspek likuiditas bank. Aspek sensitivitas (sensitivity) mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak Mei 2004. Dalam melepaskan kreditnya perbankan harus memerhatikan dua


(16)

unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan haruslah mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi.

Penulis dalam hal ini membatasi analisis rasio keuangan perbankan yaitu dengan hanya menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non PerformingLoan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk menilai kinerja keuangan. CAR dan NIM semakin tinggi serta BOPO, NPL dan LDR yang semakin rendah menunjukkan semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan makasemakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham karena dapat dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi dan membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan, maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut.

Ketika investor membuat keputusan membeli saham maka mengharapkan memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi. Tetapi di sisi lain investor harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Atas dasar hal itu, maka dalam berinvestasi di pasar modal selain faktor keuntungan, investor juga harus mempertimbangkan faktor risiko.

Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan


(17)

risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total (Husnan, 2005: 211).

Risiko sistematis mengacu pada risiko pasar sehingga disebut sebagai risiko pasar. Yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Risiko sistematis mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan (Husnan, 2005: 217).

Ukuran dari risiko yang sistematis disebut juga dengan koefisien beta (β), yaitu ukuran yang menujukkan kepekaan tingkat keuntungan individual (individual return) suatu saham terhadap perubahan tingkat keuntungan indeks pasar (market return). Risiko tidak sistematis bersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian lain yang unik bagi perusahaan. karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Penjumlahan dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik disebut dengan risiko total (total risk) (Husnan, 2005: 230).

Beta (β) sendiri dapat diukur dengan melakukan uji regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar (excess return of the market portofolio) dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of stock).

Beta saham sendiri mencerminkan kondisi fundamental dari suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena pergerakan beta ditentukan dari pergerakan harga saham harian perusahaan (Husnan, 2005: 232).


(18)

Beta saham individual menunjukkan seberapa besar atau kecil tingkat perubahan return pasar terhadap return yang diberikan oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi risiko sistematis atau beta maka akan berpengaruh terhadap return saham (Jogianto, 2010: 179).


(19)

Dari Tabel 1.1 diatas nilai CAR terendah dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2013 sebesar 11,4324% dan nilai CAR tertinggi juga dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2010 sebesar 41,4232%. Nilai NPL terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia (BACA) pada tahun 2013 sebesar 0,1935% dan nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2012 sebesar 4,8132%. Nilai NIM terendah dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2010 sebesar 3,5123% dan nilai NIM tertinggi juga dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2012 sebesar 16,6473%.

Dari Tabel 1.2 diatas nilai BOPO terendah dimiliki oleh Bank Negara Indonesia (BBNI) pada tahun 2013 sebesar 67,1365% dan nilai BOPO tertinggi dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia (BEKS) pada tahun 2010 sebesar 157,5621%. Nilai LDR terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia (BACA) pada tahun 2011 sebesar 44,2418% dan nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Tabungan Negara (BBTN) pada tahun 2010 sebesar 108,4247%. Nilai Beta Saham (β) diatas 1 (β > 1) dimiliki oleh Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Jabar Banten (BJBR), dan Bank CIMB Niaga (BNGA). Sedangkan nilai Beta Saham (β) dibawah 1 (β < 1) dimiliki oleh Bank Capital Indonesia (BACA) dan Bank Pundi Indonesia (BEKS).

Dari Tabel 1.3 diatas terlihat perubahan harga saham dari keenam bank sangat berfluktuasi dari tahun 2010-2013. Ada bank yang mengalami kenaikan harga saham dari tahun sebelumnya dan mengalami penurunan di tahun


(20)

berikutnya. Ada juga bank yang mengalami penurunan dari thaun sebelumnya dan mengalami kenaikan di tahun berikutnya.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah Apakah kinerja keuangan yang terdiri dari: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM),

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan risiko sistematis terhadap harga saham perbankandi Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian


(21)

a. Bagi Perusahaan atau Bank

Sebagai masukan bagi pihak perusahaan atau bank dalam mengevaluasi kinerja keuangan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya agar dapat bertahan dalam persaingan perbankan yang semakin kompetitif serta mengetahui pengaruh risikosistematis terhadap harga saham perbankan.

b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen UniversitasSumatera Utara

Sebagai bahan kajian ilmu yang berhubungan dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai kinerja keuangan, risiko sistematis dan pengaruhnya terhadap hargasaham perbankan.

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang analisis kinerja keuangan, khususnya analisis rasio keuangan, analisisrisiko sistematis serta kaitannya terhadap harga saham.

d. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, memberikan informasi sebagaireferensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadapilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori tentang Kinerja Keuangan 2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja perusahaan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menilai keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan pada prinsipnya adalah menilai hasil yang didapat oleh perusahaan tersebut. Secara umum pengukuran ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu pengukuran dari sisi kinerja keuangan perusahaan (Financial performance) saja, dan pengukuran kinerja perusahaan baik dari sisi keuangan

(Financial performance), maupun kinerja dari sisi non keuangan (Non Financial performance).Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik tampilan

keuangan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengukur kinerja keuangan digunakan analisis keuangan karena analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan dimasa yang akan datang, dan untuk menentukan keunggulan suatu kinerja. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari kinerja untuk tahun yang lalu maupun yang sedang berjalan dengan menganalisis laporan keuangan (Noor, 2009: 151-152).

Kinerja bank juga dapat menunjukan kekuatan dan kelemahan bank. Dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dimasa mendatang.


(23)

Analisis kinerja keuangan bank mempunyai tujuan antara lain (Abdullah, 2005: 120):

1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan profit.

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Bank

Analisis Laporan Keuangan Perusahaan merupakan kajian yang digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang (Irham Fahmi, 2012 : 20).

Menurut Abdullah (2005: 123), “analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan”.

Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca (balance sheet), perhitungan rugi laba (income statement) dan laporan arus kas (cash flow statement) (Irham Fahmi, 2012 : 50).

Menurut Lukman Dendawijaya (2005 : 114), analisis kinerja bank adalah sebagai berikut :

1. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.


(24)

2. Analisis Rasio Profitabilitas/Rentabilitas

Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat ukur untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

3. Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangkan panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank.

Menurut Abdullah (2005: 125), ada beberapa kelemahan dari rasio keuangan : 1. Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak memasukkan unsur biaya

modal ekuitas.

2. Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki sejumlah divisi dari industri yang berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan data suatu industri.

3. Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam akuntansi.

4. Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh catatan atas laporan keuangan. Informasi ini harus dicermati karena mungkin memuat potensi masalah yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu perusahaan.


(25)

5. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek karena perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif. 6. Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam

membandingkan rasio.

7. Adanya praktek window dressing tentunya membuat laporan keuangan terlihat bagus.

2.1.3. Rasio Keuangan Perbankan a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562), CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang. Maka semakin baik rasio kecukupan modal (CAR) ini, maka akan membuat tingkat profitabilitas suatu perusahaan semakin baik. Kondisi ini akan meningkatkan reputasi bank meraih laba sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan.

���= Modal bank


(26)

b. Non Performing Loan (NPL)

Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain (Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 565).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan semakin besarnya rasio NPL maka resiko kredit macet dari suatu perusahaan perbankan terhadap pinjaman yang diberikan akan semakin besar sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja bank tersebut. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan, dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return saham.

���= Total krdit bermasalah

Total kredit x 100% c. Net Interest Margin (NIM)

Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002: 566) merupakan perbandingan antara presentase hasil bunga terhadap total asset atau terhadap total earning assets. Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 standar untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Namun NIM suatu bank sehat apabila memiliki NIM diatas 2%.Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai Net Interest


(27)

Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola earning asset (surat berharga, deposit, pinjaman, penyertaan dan aktiva valuta asing lainnya). Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan manajemen mengambil keuntungan menghasilkan pendapatan bunga bersih yang berarti menunjukkan kemampuan bank mengelola tingkat suku bunga. Tentunya investor juga menganggap bahwa net interest margin yang tinggi akan berdampak pada tingginya return saham yang akan diterima investor (Hasrul: 2013).

��� = Pendapatan bunga bersih

Rata−rata aktiva produktif x 100%

d. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002: 570), BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 rasio BOPO baik apabila dibawah 90%. Apabila rasio BOPO melebihi 90% atau mendekati 100% maka bank dapat dikategorikan sebagai bank yang tidak efisien. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return saham.

BOPO = Total beban operasional


(28)

e. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Kasmir (2004:272), rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Dendawijaya (2009: 257) dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan Loan to DepositRatio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajibannya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 ketentuan dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan sebagai berikut:

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

2. Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.

Laba yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham. Semakin rendah LDR berarti semakin tinggi likuiditas sehingga harga saham dapat naik.

��� = Kredit


(29)

2.2.Teori Tentang Risiko 2.2.1.Pengertian Risiko

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan”. Risiko dapat bersifat pasti maupun tidak pasti. Kunci untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi adalah seberapa sempurna seseorang mendapatkan informasi. Semakin sempurna seseorang mendapatkan informasi, maka semakin akurat pula diketahui seberapa besar risikonya.

2.2.2.Jenis Risiko

Bank memiliki berbagai jenis risiko yang terdiri atas 8 (delapan) risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategi, dan Risiko Kepatuhan.

1. Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya. Dalam mengantisipasi resiko kredit bank harus memperhatikan tipe-tipe kreditnya, diversivikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yang di biayainya, kebijakan agunan dan lain sebagainya. Dan yang paling penting adalah aturan atau standar dalam pengendalian kredit. 2. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang di miliki oleh bank, yang dapat merugikan bank, termasuk dalam variable pasar ini adalah nilai tukar dan suku bunga.


(30)

3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban likuiditasnya (kewajiban yang telah jatuh tempo), dalam hal ini bank tidak dapat memanfaatkan keuntungannya dengan maksimal karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Untuk itu bank harus lebih bijak dalam menetukan jumlah likuiditasnya dalam artian harus seimbang. Terlalu banyak liquiditas di khawatirkan nantinya akan mengorbankan tingkat keuntungan dari bank. Kalau terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat di ketahui sebelumnya, yang dapat berakibat menigkatnya biaya dan akhirnya menurunkan profitabilitas.

4. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kegagalan masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

5. Risiko Hukum (Legal Risk)

Risiko hukum adalah risiko yagn diakibatkan kelemahan aspek hukum atau yuridis. Daiantara aspek hukum tersebut adalah tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan perikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko Reputasi (Reputation Risk)

Risiko repuitasi adalah risiko yang di akibatkan adanya pandangan negatif tentang kegiatan operasional bank.


(31)

7. Risiko Strategi (Strategic Risk)

Risiko strategi diakibatkan adanya pengambilan strategi yang kurang tepat dari pihak bank, ataupun pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang tanggapnya bank terhadap perkembangan dari eksternal bank.

8. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko kepatuhan adalah risiko yang di sebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan dalam perbankan yang berlaku.

2.2.3.Risiko Sistematis

Risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar merupakan risiko yang ditimbulkan dari faktor-faktor fundamental makroekonomi; inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai pengukur risiko sistematis (systematic risk) digunakan Beta (β) pasar, yaitu Beta dari suatu sekuritas relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003: 212).

Menurut Husnan (2005: 204-205) penilaian terhadap Beta (β) sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:

a. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.

b. Apabila β > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan


(32)

dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif.

c. Apabila β < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham defensif.

Kelebihan Pengembalian atas Saham

β > 1 β = 1

β < 1

Kelebihan Pengembalian pada Portofolio Pasar Sumber: Husnan (2005: 204)

Gambar 2.1 Kemiringan Beta Saham

Beta menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Apabila β >1 berarti sangat sensitif terhadap perubahan pasar, β < 1 berarti kurang sensitif terhadap perubahan pasar, dan β = 1 berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan pasar.

2.2.4. Pendekatan Beta Saham

Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single Index Model (Husnan, 2005: 46). Model ini berasumsi bahwa return saham berkorelasi dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan return saham individual (Rit) dengan


(33)

return indeks pasar (Rmt). Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Rit =Pt −Pt−1 Pt1 Dimana:

Rit = Return saham pada periode ke-t

Pt = Closing Price pada akhir bulan ke-t

Pt-1 = Closing Price pada akhir bulan sebelumnya (t-1)

Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat bergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam perubahan harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaan pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk menghitung return pasar (market return) pada periode ke-t dengan menggunakan IHSG dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rmt =IHSGt −IHSGt−1 IHSGt−1

Dimana:

Rmt = Return pasar pada periode ke-t

IHSGt = IHSGpada akhir bulan ke-t

IHSGt-1 = IHSGpada akhir bulan sebelumnya (t-1)

Sehingga rumus mencari beta dengan model indeks tunggal adalah sebagai berikut:


(34)

β= [n∑(Rmt. Rit)]−(∑Rmt.∑Rit) (n∑Rmt2− (∑Rmt)2) Dimana:

β = Beta n = Periode

Rmt = Return pasar pada periode ke-t

Rit = Return saham pada periode ke-t

2.3.Teori tentang Harga Saham 2.3.1.Pengertian Harga Saham

Menurut Situmorang (2010: 176), Saham adalah surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbitan saham. Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.

2.3.2.Penilaian Harga Saham

Menurut Situmorang (2010: 183), analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan harga (price). Nilai di sini adalah nilai intrinsik (intrinsic value), sedangkan harga diartikan sebagai harga pasar (market value). Nilai intrinsik merupakan nilai nyata (true value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai yang tercermin pada fakta (justified by the fact) seperti aktiva, pendapatan, dividen, dan prospek perusahaan .


(35)

Menurut Situmorang (2010: 190), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham, tetapi dua pendekatan yang dikenal, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1. Pendekatan Tradisional

Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional dapat digunakan dua analisis, yaitu:

a. Analisis Teknikal (technical analysis)

Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses penawaran s uat u s aham t ert ent u m aupun pas ar s ecara kes el uruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor–faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu pendekatan ini disebut juga pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys).

b. Analisis Fundamental (fundamental analysis)

Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel – variabel perus ahaan yan g di kom binas ikan untuk m enghas i l kan suat u ret urn (keuntungan) yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang


(36)

(current market price). Harga pasar suatu saham merupakan

refleksi dari rata – rata nilai intrinsiknya. Ada dua pendekatan ya ng um umn ya di gunakan dal am m el akukan peni l ai an s aham, yai t u pendekatan laba (price earning ratio) dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). Menurut Baridwan dan Legowo (2002) salah satu alat dalam analisis fundamental adalah analisa laporan keuangan.

2. Pendekatan Portofolio Modern

Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Tujuan dari pembentukan suatu portofolio saham adalah bagaimana dengan risiko yang minimal mendapatkan keuntungan tertentu, atau dengan risiko tertentu untuk memperoleh keuntungan investasi yang maksimal. Pendekatan portofolio menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham akan merefleksikan secara menyeluruh semua informasi yang ada di bursa.

2.4. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian:


(37)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian 1 Haryeti

(2012) Analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan

perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia Variabel dependen: Harga saham perbankan yang go public di BEI Variabel independen: Kinerja keuangan Regresi linier berganda 1. CAR, RORA, dan LDR berpengaru h signifikan terhadap harga pasar. 2. NPL dan

GWM tidak berpengaru h terhadap harga saham 2 Amanda

dan Wahyu (2013) Analisis fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham perbankan yang yang terdaftar pada indeks LQ 45

Variabel dependen: harga saham perbankan yang yang terdaftar pada indeks LQ 45 Variabel independen: Fundamental dan risiko sistematis Regresi linier berganda 1. ROA berpengaru h negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. 2. ROE

berpengaru h positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. 3. DER dan

Beta Saham berpengaru h negatif dan signifikan terhadap harga saham.


(38)

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian 4. EPS dan PER

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 3 Ni

Nyoman dan Ni Luh Analisis pengaruh beta terhadap return saham periode sebelum dan saat krisis global (Studi pada perusahaan

perbankan di BEI)

Variabel dependen: return saham periode sebelum dan saat krisis global Variabel independen: beta Regresi linier berganda

1. Beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode sebelum krisis global yang mengindikasi kan bahwa pada keadaan perekonomia n normal atau sebelum krisis terjadi, beta kurang tepat digunakan untuk menaksir return yang akan diperoleh seorang investor ataupun calon investor khususnya pada perusahaan perbankan.


(39)

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian 2. Beta tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode saat krisis global yang mengindikasi kan bahwa saat terjadinya krisis global, membuat pasar saham menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan sebagian besar investor membeli saham untuk tujuan laba jangka pendek berupa capital gain sehingga membuat investor kurang memperhati an beta sebagai proksi dari risiko sistematis saham.


(40)

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Metode Analisis Data

Hasil Penelitian 3. Rata-rata

return periode sebelum dan saat krisis global

adalah sama, dimana hasil ini

membuktika

n bahwa

return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak terkena dampak krisis keuangan global secara signifikan.

2.5. Kerangka Konseptual

Informasi mengenai laporan keuangan bank sebagai salah satu upaya untuk membantu para pelaku bisnis dalam menilai kondisi keuangan suatu bank. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh bank merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan bank, kinerja serta perubahan posisi keuangan bank yang sangat berguna untuk menilai kinerja keuangan suatu bank.


(41)

Laporan keuangan bank dapat dijadikan ukuran kinerja suatu bank dengan melakukan analisis laporan keuangan (Kasmir, 2012: 67).

Analisis kinerja keuangan bank dimulai dengan me-review data laporan keuangan, menghitung, membandingkan atau mengukur, menginterpretasikan dan memberi solusi. Perhitungan yang dilakukan untuk menganalisis kinerja keuangan bank dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik analisis, diantaranya adalah dengan menggunakan teknik analisis rasio. Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2012:72). Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis yang sering dipakai, karena merupakan teknik yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan bank.

Dalam penelitian ini, aspek Permodalan (Capital) diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan sekaligus termasuk dalam rasio solvabilitas

(kecukupanmodal), aspek Kualitas Aset (Assets Quality) diwakili oleh Non Performing Loan (NPL), aspek Rentabilitas (Earning) diwakili oleh Net Interest Margin (NIM) dan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan sekaligus termasuk dalam rasio profitabilitas, sedangkanaspek Likuiditas (Liquidity) diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sekaligus termasuk dalam rasio likuiditas. Jika dihubungkan dengan harga saham, investor cenderung lebih menyukai CAR dan NIM yang tinggi tetapi sebaliknya menyukai NPL, BOPO dan LDR yang rendah. Hal ini disebabkan dengan CAR dan NIM


(42)

semakin tinggi serta NPL, BOPO dan LDR yang semakin rendah menunjukkan semakin baik kinerja suatu perusahaan (Dendawijaya, 2009: 320).

Perkembangan kinerja keuangan perusahaan akan dapat dilihat dari tahun ke tahun sehingga dengan melihat perkembangan tersebut perusahaan dapat membuat rencana-rencana untuk masa yang akan datang dan perkembangan yang tidak diinginkan haruslah segera diperbaiki dan diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

Menurut Samsul (2006) risiko dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihindari. Apabila risiko ini terjadi maka semua jenis saham akan terkena dampaknya. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang hanya berdampak pada suatu saham atau sektor tertentu sehingga bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.

Menurut Keown (2008: 208) beta merupakan alat ukur untuk menilai risiko sistematis. Beta mengukur tingkat kepekaan masing-masing saham terhadap risiko pasar. Teori pasar modal menekankan hubungan antara risiko pasar dan tingkat pengembalian merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung maka semakin besar pula return yang didapat atas investasi tersebut.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:


(43)

Capital Adequacy Ratio (CAR) Non Performing Loan (NPL) Net Interest Margin (NIM)

Biaya Operasional Terhadap Harga Saham

Biaya Pendapatan (BOPO) Perbankan

Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Sistematis

(Beta)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.6. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah Kinerja keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), NonPerforming Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, diteliti apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasioan Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio

(LDR), dan Risiko Sistematis berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan alamat website www.idx.co.id. Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015.

3.3.Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah Harga Saham. Variabel independen adalah Kinerja Keuangan yang terdiri dariCapital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net


(45)

Interest Margin (NIM), Biaya Operasioanal Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis yang diukur Beta Saham.

2. Subjek perusahaan pada penelitian ini adalah Bank-Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2013.

3. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia melalui atau www.idx.co.id.

3.4.Definisi Operasional

Setiap variabel yang digunakan dalam satu penelitian harus memiliki konsep dan definisi yang jelas. Menurut Erlina (2011: 48), “Pengoperasian konsep (operational the concept) adalah menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian”. Dilihat dari sudut pandang variabel, maka dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.

3.4.1.Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel independen (Sugiyono, 2006: 33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Harga Saham adalah harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham dihitung dari harga saham


(46)

penutupan (closing price) setiap akhir bulan transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga tahunan, dengan menggunakan rumus (Fransiskus, 2007: 22):

Rata−rata Harga Saham Tahunan =Ʃ Rata−rata Harga Saham Bulanan 12

3.4.2.Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2006: 33). Adapun variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah Kinerja Keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasioan Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis.

3.4.2.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank. Nilai CAR yang semakin besar maka semakin aman dana deposan pada bank yang bersangkutan.

���= Modal bank

Aktiva tertimbang menurut risiko x 100% 3.4.2.2. Non Performing Loan (NPL)

NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut.


(47)

NPL diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

���= Total krdit bermasalah

Total kredit x 100% 3.4.2.3. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) mencerminkan resiko pasar yang timbul karena

adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antar suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM) (Mawardi, 2005). Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut.

��� = Pendapatan bunga bersih

Rata−rata aktiva produktif x 100%

3.4.2.4. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak manajemen dan pemegang


(48)

saham) serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

BOPO = Total beban operasional

Total pendapatan operasional x 100%

3.4.2.5. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar-kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

��� = Kredit

Dana Pihak ketiga x 100%

3.4.2.6. Risiko Sistematis

Risiko sistematis dihitung dengan beta. Beta saham dihitung dengan melakukan regresi antara return bulanan saham perusahaan dengan return pasar tiap bulan. Persamaan regresi beta saham adalah sebagai berikut :

β =[n∑(Rmt. Rit)]−(∑Rmt.∑Rit) (n∑Rmt2− (∑Rmt)2)


(49)

Dimana: β = Beta n = Periode

Rmt = Return pasar pada periode ke-t Rit = Return saham pada periode ke-t

Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Pengukuran Skala

1 Harga Saham (Y) Harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat saham sedang berlangsung dengan berdasarkan permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud.

Ʃ Rata−rata Harga Saham Bulanan 12

Rasio

2 Capital Adequacy Rato (X1)

rasio yang memperlihat kan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank. Modal bank

Aktiva tertimbang menurut risiko x 100%


(50)

Lanjutan Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Pengukuran Skala

3 Non Performing Loan (X2)

tingkat pengembalia n kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut.

���= Total krdit bermasalah

Total kredit x 100%

Rasio

4 Net Interest Margin (X3)

resiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank.

Pendapatan bunga bersih

Rata−rata aktiva produktif x 100%

Rasio

5 Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (X4)

perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi.

Total beban operasional

Total pendapatan operasional x 100%

Rasio

6 Loan to Deposit

Ratio (X5)

rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Kredit

Dana Pihak ketiga x 100%


(51)

Lanjutan Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Pengukuran Skala

7 Risiko Sistematis (X6)

risiko yang ditimbulkan

dari faktor-faktor

fundamental makroekonomi; inflasi, tingkat bunga, kurs, dan

pertumbuhan ekonomi.

[n∑(Rmt. Rit)]−(∑Rmt.∑Rit) (n∑Rmt2− (∑Rmt)2)

Rasio

3.5.Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2006: 84). Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio, dimana skala rasio merupakan skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak.

3.6.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2006: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang terdiri dari 39 bank.


(52)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel yang digunakan dengan pertimbangan kriteria tertentu. Ada beberapa pertimbangan yang digunakan peneliti dalam menentukan kriteria sampel penelitian yaitu:

1. Bank-bank umum tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian dari tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 serta tidak sedang berada dalam proses (delisting) pada periode tersebut.

2. Bank-bank umum tersebut telah menerbitkan laporan keuangan tahunan yang lengkap dan dipublikasikan selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2010, 2011, 2011, dan 2013.

Tabel 3.2 Jumlah Sampel pada

Bank-bank Umum yang Terdaftar di BEI

No Karakteristik Sampel Jumlah

1

Bank-bank umum tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian dari tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 dan tidak sedang berada dalam proses (delisting) pada periode tersebut.

39

2

Bank-bank umum tersebut tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan yang lengkap dan tidak dipublikasikan selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013.

(13)

Jumlah Sampel 26

Sumber: www.idx.co.id, tahun 2014 (data diolah)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka bank yang memenuhi persyaratan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 26 bank umum. Angka tahun pengamatan dalam penelitian ini adalah 4 tahun berturut-turut dari tahun 2010


(53)

sampai dengan tahun 2013. Sehingga jumlah sampel observasi adalah 104 sampel observasi yang diperoleh dari 4 tahun observasi dikali 26 sampel bank umum yang terdaftar di BEI.

Tabel 3.3

Sampel Penelitian Bank-bank Umumyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

No Nama Bank Tanggal Listing

1 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 26 November 1996 2 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003 3 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003 4 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009

5 PT. Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006

6 PT. Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000

7 PT. Bank Mega Tbk 17 April 2000

8 PT. Bank Permata Tbk 15 Januari 1990

9 PT. Bank Capital Indonesia Tbk 08 Oktober 2007 10 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 21 November 1989

11 PT. Bank Kesawan Tbk 21 November 2002

12 PT. Bank Panin Indonesia Tbk 29 Desember 1982

13 PT. Bank Mutiara Tbk 25 Juni 1997

14 PT. Bank ICB Bumi Putera Tbk 15 Juli 2002 15 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 12 Maret 2008 16 PT. Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 17 PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 03 Juli 2007 18 PT. Bank Pundi Indonesia Tbk 13 Juli 2001 19 PT. Bank Mayapada International Tbk 29 Agustus 1997

20 PT. Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 1991

21 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001

22 PT. Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002

23 PT. Bank Jabar Banten Tbk 08 Juli 2010

24 PT. Bank CIMB Niaga Tbk 29 November 1989

25 PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Januari 2008 26 PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006


(54)

3.7.Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, seperti laporan keuangan tahunan. Sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan melalui website yaitu: www.idx.co.id. Sifat data ini adalah data deret waktu (time series) yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam suatu rentang waktu tertentu.

3.8.Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data sekunder, metode yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan laporan keuangan, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan bank-bank yang terdaftar di BEI melalui website

3.9.Teknik Analisis Data

Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standar yang dibantu dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang


(55)

variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas. Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah.Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen dapat dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, dimana Harga Saham sebagai variabel dependen sedangkan Kinerja Keuangan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasioan Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio

(LDR), dan Risiko Sistematis sebagai variabel independen.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM),

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham pada Bank Umum yang terdaftar di BEI. Adapun persamaan regresi yang digunakan yaitu:

Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6+ e Keterangan:

Y = Harga Saham

α = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2 = Non Performing Loan (NPL)

X3 = Net Interest Margin(NIM)

X4 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

X5 = Loan to Deposit Ratio(LDR)

X6 = Risiko Sistematis (Beta)


(56)

Sebelum analisa regresi linier dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan.

3.9.1. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian asumsi klasik, langkah berikutnya yaitu melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi melalui uji koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji-t. Tujuan digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara simultan maupun parsial, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

3.9.1.1 Uji Koefisien Determinasi (��)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Range nilai dari koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2 ≤ 1 (Situmorang dan Lufti, 2012: 163).

Semakin banyak variabel independen ditambahkan ke dalam model, maka R2 akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap model. Fungsi dari Adjusted R Square adalah mengurangi keraguan tersebut. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted


(57)

R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa

kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

3.9.1.2 Uji F (Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen (Y). Bentuk pengujian yaitu:

1. H0 : b1 = b2 =b3 = b4 =b5 = b6 = 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit

Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. H1 : minimal satu bi≠0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR),

dan Risiko Sistematis secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat

signifikan (�) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis secara simultan pada uji-F ini adalah:

1. Jika Sig > 0,05 dan Fhitung< Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.


(58)

3.9.1.3 Uji-t (Secara Parsial)

Uji-t dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel independen (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara parsial. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung

masing-masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat

signifikansi yang digunakan. Bentuk pengujian yaitu:

1. H0 : bi = 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. H1 : bi≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan

(NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Risiko Sistematis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat

signifikan (�) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis secara parsial pada uji-t ini adalah:

1. Jika Sig > 0,05 dan thitung< ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.


(59)

3.9.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat apakah model prediksi yang dirancang telah dapat dimasukkan ke dalam serangkaian data, sehingga perlu dilakukan pengujian data. Untuk mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

3.9.2.1.Uji Normalitas

Menurut Situmorang dan Lufti, (2012: 100) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal, yakni distribusi data tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

Cara menguji normalitas data dapat dilihat dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan histogram, grafik, dan Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas data dengan pendekatan histogram dapat dilihat dengan kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satunya adalah bahwa mean, mode, dan median pada tempat yang sama. Pada pendekatan histogram variabel berdistribusi normal jika dapat ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan grafik dengan melihat normal probability plot


(60)

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot sebagai berikut:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengkuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogrorov-Smirnov test (K-S). Pendekatan Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 berarti data normal (Situmorang dan Lufti, 2012: 107).

3.9.2.2.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 5.

Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabeldan VIF dengan membandingkan (Situmorang dan Lufti, 2012: 140):


(61)

2. VIF > 5 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. 4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.9.2.3.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang dan Lufti¸ 2012: 120). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson, dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan KeputusanDurbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber: Situmorang dan Lufti (2012: 126)

3.9.2.4.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012: 108).


(62)

1. Pendekatan grafik

Dengan dasar pengambilan keputusan yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dan jika tidak ada pola yang jelas, dimana titik-titik tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

2. Pendekatan Statistik

Yaitu dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini dilakukan dengan men-transform data Understandardized Residual ke dalam Absut (Situmorang dan

Lufti, 2012: 116). Dari hasil output akan diketahui berapa besar nilai signifikansinya. Apabila nilai Sig > 5%, disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Bank Negara Indonesia (Persero) T

Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Pada tanggal 28 Oktober 1996, BBNI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBNI (IPO) Seri B kepada masyarakat sebanyak 1.085.032.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25 November 1996. 2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Bank Rakyat Indonesia (Persero) T

Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan


(64)

lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003.

3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Bank Mandiri (Persero) T

beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (“BBD”), PT Bank Dagang Negara (Persero) (“BDN”), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (“Bank Exim”) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (“Bapindo”). Pemegang saham pengendali Bank Mandiri adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60%. Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003.

4. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Bank Tabungan Negara (Persero) T

dengan nama “Bank Tabungan Pos”. Pada tanggal 08 Desember 2009, BBTN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBTN (IPO) Seri B kepada masyarakat sebanyak 2.360.057.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran


(1)

4. Uji Auto Korelasi

a. Durbin Watson (DW)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .875a .765 .736 .7903728 2.349

a. Predictors: (Constant), Ln_Beta_Saham, Ln_LDR, Ln_NIM, Ln_CAR, Ln_BOPO, Ln_NPL b. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham


(2)

b. Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .05855

Cases < Test Value 28

Cases >= Test Value 28

Total Cases 56

Number of Runs 33

Z 1.079

Asymp. Sig. (2-tailed) .281


(3)

Lampiran 3

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 104 9.4128 45.7537 16.444094 5.4505097

NPL 104 .0000 6.2535 1.444709 1.3673061

NIM 104 1.0235 16.6473 5.899855 2.5895508

BOPO 104 53.5470 173.8320 82.714359 17.3015611

LDR 104 40.2253 113.3761 79.510372 13.3084379

BETA_SAHAM 104 -2.2602 1.7846 .188438 .5911725

HARGA_SAHAM 104 50 9,600 1,847.20 2,298.056


(4)

Lampiran 4

Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 99.656 6 16.609 26.588 .000a

Residual 30.610 49 .625

Total 130.266 55

a. Predictors: (Constant), Ln_Beta_Saham, Ln_LDR, Ln_NIM, Ln_CAR, Ln_BOPO, Ln_NPL b. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham


(5)

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.350 4.519 2.069 .044

Ln_CAR -.171 .434 -.031 -.395 .694 .792 1.263

Ln_NPL -.678 .163 -.407 -4.164 .000 .502 1.992

Ln_NIM .514 .292 .152 1.760 .085 .640 1.562

Ln_BOPO -1.260 .679 -.176 -1.855 .070 .531 1.884

Ln_LDR .772 .680 .089 1.136 .261 .775 1.290

Ln_Beta_Saham .416 .088 .394 4.731 .000 .693 1.444

a. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham

c. Uji Koefisien Determinasi


(6)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .875a .765 .736 .7903728 2.349

a. Predictors: (Constant), Ln_Beta_Saham, Ln_LDR, Ln_NIM, Ln_CAR, Ln_BOPO, Ln_NPL b. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham