5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis
2.1.1. Definisi
Tuberkulosis atau TB adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
8
Menurut WHO, tuberkulosis paru merupakan penyakit tuberkulosis yang mengenai parenkim paru, termasuk
yang melibatkan trakea. Jika yang terlibat merupakan organ selainnya meskipun terletak di rongga dada digolongkan sebagai tuberkulosis
ekstra paru.
Penggolongan penyakit tuberkulosis menjadi tuberkulosis paru dan ekstra paru penting untuk mengetahui apakah pengobatan sudah dilakukan pada pasien
tuberkulosis paru karena sifatnya yang sangat infeksius dan mudah menyebar pada komunitas.
9
2.1.2. Etiopatogenesis
Penyebab dari penyakit ini adalah Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis hominis. Jenis lainnya adalah
Mycobacterium bovis yang ditemukan pada susu sapi perah yang tercemar atau susu yang tidak dipasteurisasi. Kejadian oleh Mycobacterium tuberculosis bovis
sudah mulai jarang. Penyebaran bakteri terjadi secara inhalasi melalui droplet pasien tuberkulosis kepada calon penderita. Misalnya saat bersin dan batuk.
Bakteri tuberkulosis bersifat aerob obligat, sehingga akan terhambat pertumbuhannya pada lingkungan anaerob.
8
Bakteri Mycobacterium tuberculosis menginfeksi melalui udara. Bakteri tersebut akan mengendap setelah sesorang berada di dalam ruang tertutup.
Mycobacterium tuberculosis tidak bertahan lama di lingkungan luar karena akan dirusak oleh sinar matahari. Selanjutnya, bakteri tersebut akan mencapai paru
setelah berhasil melewati pertahanan di saluran napas atas. Di dalam paru sebagian besar bakteri akan menetap di lapangan atas paru yang berdekatan
dengan pleura karena memiliki udara yang baik.
10
Mekanisme terjadinya TB merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 4.
2.1.3. Tanda dan Gejala
TB mempunyai gejala klasik yaitu batuk kronik, disertai dahak, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, demam, keringat malam dan batuk berdarah.
11
2.1.4. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi
12
: •
Tuberkulosis paru. Penyakit tuberkulosis yang terjadi di paru, tidak termasuk selaput paru.
• Tuberkulosis ekstra paru. Terjadi di luar jaringan paru, misalnya pleura, kulit,
tulang dan sebagainya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
12
: •
BTA + . Termasuk kategori positif apabila pasien memiliki salah satu dari kriteria berikut:
BTA + pada 2 dari 3 spesimen
BTA + pada satu spesimen disertai gambaran TB aktif pada
pemeriksaan radiologi
BTA + pada satu spesimen disertai biakan kultur positif •
BTA negatif -. •
BTA – pada tiga specimen yang diperiksa meskipun gejala klinik dan gambaran radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif.
• BTA – pada tiga specimen yang diperiksa meskipun kultur positif.
• Jika BTA belum diperiksa ditulis ‘BTA belum diperiksa’
.
Berdasarkan tipe penderita
12
: •
Kasus baru. Penderita belum pernah mendapat OAT atau bila sudah mendapatkan pengobatan, pemakaiannya kurang 30 hari.
• Kasus kambuh relaps. Penderita sudah tuntas pengobatan OAT.
Kembali lagi dengan diagnosis TB paru BTA positif dan mendapatkan pengobatan.
• Kasus pindahan transfer. Penderita sudah berobat di kabupaten
sebelumnya kemudian pindah, sehingga harus membawa surat rujukan.
• Kasus lalai berobat. Penderita sudah pernah menggunakan obat
minimal satu bulan kemudian berhenti dua minggu atau lebih dan kemudian datang kembali untuk berobat.
• Kasus gagal pengobatan. Penderita BTA masih positif atau kembali
positif pada bulan ke lima satu bulan sebelum pengobatan berakhir. Termasuk dalam kriteria gagal pengobatan jika sebelumnya penderita
BTA negatif dan hasil gambaran radiologi positif, kemudian BTA menjadi positif dan atau disertai pemeriksaan radiologik yang
memberikan gambaran perburukan. •
Kasus kronik. Penderita setelah menyelesaikan pengobatan kategori dua masih menunjukkan hasil BTA yang positif.
• Kasus bekas TB. Penderita dengan riwayat pengobatan dengan OAT
yang adekuat setelah dilakukan pemeriksaan menunjukkan hasil pemeriksaan BTA negatif dan pemeriksaan radiologi tampak lesi
inaktif, begitu juga dengan gambaran radiologi serial yang menunjukkan gambaran menetap. Penderita juga bisa dengan kriteria
memiliki gambaran radiologi lesi aktif yang meragukan dan setelah dilakukan pengobatan OAT selama dua bulan tidak ada perubahan
gambar radiologi.