pelaksanaan  pembelajaran  seni  rupa  di  SDN  Tambakaji  05  Semarang.  Observasi ke-3 dan ke-4 dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran seni musik.
Observasi  ke-5  dan  ke-6  dilakukan  untuk  mengamati  pelaksanaan  pembelajaran seni  tari.  Selain  mengamati  pelaksanaan  pembelajaran  SBK  yang  meliputi
kegiatan  pra,  awal,  inti,  akhir,  penutup,  dan  komponen  pembelajaran,  observasi pertama  sampai  enam  sekaligus  mengamati  karakter  kerjasama  yang  tampak
dalam pembelajaran SBK. Dalam  melakukan  observasi,  peneliti  menggunakan  lembar  observasi
sebagai  panduan  dalam  mengamati  pembentukan  karakter  kerjasama  melalui pembelajaran SBK. Pengukuran data observasi dalam penelitian ini menggunakan
rating scale dimana informan tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif, tetapi  menjawab  salah  satu  jawaban  kuantitatif  yang  disediakan  yaitu  4  pilihan
jawaban  berupa  angka  4,  3,  2,  dan  1  dengan  keterangan  angka  4  =  semua deskriptor  tampak,  angka  3  =  tiga  deskriptor  yang  tampak,  angka  2  =  dua
deskriptor  yang  tampak,  angka  1  =  satu  deskriptor  yang  tampak.  Rating  scale lebih  fleksibel  karena  tidak  terbatas  dalam  pengukuran  sikap  saja,  tetapi  dapat
digunakan  untuk  mengukur  pengetahuan,  kemampuan,  dan  proses  kegiatan. Model  rating  scale  pada  setiap  angka  yang  diberikan  dalam  alternatif  jawaban
harus dapat diartikan oleh penyusun instrumen Sugiyono, 2013: 141.
1
3.7.2 Teknik wawancara
Wawancara  adalah  percakapan  dengan  maksud  tertentu.  Percakapan dilakukan  dua  pihak,  yaitu  pewawancara  yang  mengajukan  pertanyaan  dan
1
Lampiran 3.7.1.1 Lembar observasi, hal 147-178
terwawancara  yang  memberikan  jawaban  Moleong,  2012:  186.  Teknik wawancara  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  teknik  wawancara  semi
terstruktur. Wawancara  semi  terstruktur  pelaksanaannya  lebih  bebas  dimana  peneliti
dapat  menambah  pertanyaan  di  luar  pedoman  wawancara  untuk  mengungkap pendapat narasumber. Wawancara semi terstruktur lebih bebas jika dibandingkan
dengan  wawancara  terstruktur.  Tujuan  wawancara  semi  terstruktur  adalah  untuk menemukan  permasalahan  secara  lebih  terbuka,  dimana  pihak  yang  diajak
wawancara  dimintai  pendapat  dan  ide-idenya  Sugiyono,  2015:  73.  Wawancara pada penelitian ini ditujukan kepada:
1 Kepala sekolah
Wawancara  terhadap  kepala  sekolah  dilakukan  untuk  memperoleh informasi  mengenai  pelaksanaan  pembelajaran  SBK  di  SDN  Tambakaji  05
Semarang,  karakter  kerjasama  siswa  dalam  pembelajaran,  serta  sarana  dan prasarana  yang  mendukung  proses  pelaksanaan  pembelajaran  SBK  di  SDN
Tambakaji 05 Semarang.
2
2 Guru
Wawancara  terhadap  guru  dilakukan  untuk  memperoleh  informasi mengenai  pelaksanaan  pembelajaran  SBK  pada  siswa  kelas  tinggi  di  SDN
Tambakaji  05  Semarang  dan  bentuk  karakter  kerjasama  siswa  dalam pembelajaran SBK.
3
2
Lampiran 3.7.2.2 Lembar wawancara kepala sekolah, hal 209
3
Lampiran 3.7.2.3 Lembar wawancara guru, hal 203, 206
Wawancara terhadap kepala sekolah dan guru dilakukan secara terbuka dan bebas,  tetapi  masih  mengacu  pada  pedoman  wawancara  yang  sudah  disiapkan
agar proses wawancara tetap fokus dan hal-hal utama yang harus ditanyakan saat wawancara  tidak  terlewatkan.  Dalam  proses  wawancara,  peneliti  menggunakan
alat  bantu  seperti  buku  catatan  untuk  mencatat  jawaban  informan  dan  kamera untuk  merekam  kegiatan  wawancara.  Pedoman  wawancara  untuk  kepala  sekolah
dan  guru  dikembangkan  menjadi  butir-butir  pertanyaan  masing-masing  8 pertanyaan  untuk  kepala  sekolah  guna  memperoleh  informasi  mengenai
pelaksanaan pembelajaran SBK secara umum dan 10 pertanyaan untuk guru guna memperoleh  informasi  mengenai  pelaksanaan  pembelajaran  SBK  di  kelas  dan
bentuk karakter kerjasama siswa dalam mengikuti pembelajaran SBK.
3.7.3 Angket