risiko, kelancaran proses penyediaan dana, dan atau identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku.
2.5 Kredit Perumahan
Di kalangan perbankan sudah banyak dijumpai fasilitas kredit kepemilikan rumah yang disebut KPR. Ini menyebabkan semakin mudahnya masyarakat untuk
memiliki rumah sendiri. Kredit Pemilikan Rumah KPR pertama kali disalurkan pada tahun 1976, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1976 yang diprakarsi oleh
Bank Tabungan Negara BTN, dan dilakukan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Melalui surat edaran Bank Indonesia No. 1238DPNP tanggal 31 Desember 2010
yang berisi tentang Standart Operating Procedure SOP Administrasi Kredit
Pemilikan Rumah menjelaskan Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah kredit
konsumsi untuk kepemilikan rumah tinggal berupa rumah tapak atau rumah susun atau apartemen tidak termasuk rumah kantor dan rumah toko dengan agunan
berupa rumah tinggal yang diberikan bank kepada debitur perorangan dengan jumlah maksimum pinjaman yang ditetapkan berdasarkan nilai agunan. Program
Edukasi masyarakat Bank Indonesia menjelaskan kredit kepemilikan rumah KPR merupakan suatu fasilitas kredit perbankan yang ditujukan bagi nasabah
yang ingin membeli atau memperbaiki rumah. Di Indonesia sendiri dibagi 2 jenis KPR yaitu:
1. KPR Bersubsidi
Fasilitas kredit perbankan ini diperuntukan kepada nasabah-nasabah dengan penghasilan menengah kebawah dalam upaya memiliki rumah atau perbaikan
rumah yang dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan meliputi subsidi peringanan kredit dan subsidi penambahan dana pembangunan atau perbaikan rumah.
2. KPR Non Subsidi
Fasilitas kredit perbankan ini diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR seperti besarnya kredit maupun suku bunga ditetapkan sesuai kebijakan yang
diambil masing-masing bank yang bersangkutan. Melalui surat edaran Bank Indonesia No. 1238DPNP tanggal 31 Desember 2010
juga menjelaskan tentang Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko fasilitas Kredit Pemilikan Rumah KPR. Dalam rangka mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan risiko penyelenggaraan adminsitrasi KPR, Bank wajib memastikan bahwa :
a. calon debitur KPR telah memahami hak dan kewajibannya yang terkait
dengan pengadministrasian data dan informasi KPR debitur sebagaimana tercakup di dalam perjanjian KPR;
b. pegawai Bank pada unit kerja penyelenggaraan administrasi KPR telah
melakukan verifikasi dalam rangka meyakini bahwa penatausahaan dokumen telah dijalankan sesuai prosedur yang berlaku; dan
c. penatausahaan dokumen KPR untuk setiap debitur dilakukan secara terpisah
dengan memisahkan antara penatausahaan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi.
Selain itu surat edaran Bank Indonesia No. 1238DPNP tanggal 31 Desember 2010 mencakup pedoman penyelenggaraan administrasi KPR. Dalam rangka
originasi KPR oleh Unit KPR, Bank wajib paling kurang memisahkan pelaksanaan 5 proses sebagai berikut :
a. Penawaran KPR
Dalam rangka penawaran KPR, Bank wajib menyediakan dokumen penawaran KPR tersendiri yang merupakan dokumen yang disampaikan kepada nasabah
dalam rangka penawaran KPR yang paling kurang mencakup informasi sebagai berikut :
1.
Persyaratan calon debitur KPR yang paling kurang mencakup persyaratan
kewarga negaraan dan persyaratan penghasilan. 2.
Persyaratan KPR yang paling kurang mencakup : 1
Persyaratan agunan KPR yaitu :
a Hak Tanggungan HT atas Tanah dan Bangunan; b Akta Jaminan Fidusia atas :
a. semua tagihan, hak, wewenang dan klaim uang ganti rugi
asuransi yang timbul berdasarkan polis asuransi kerugian dan asuransi jiwa debitur; dan
b. tagihan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
timbul karena terdapatnya pemutusan hak debitur atas tanah sebelum jatuh waktu berakhirnya hak tersebut.
2
Persyaratan minimum uang muka KPR sebagai berikut :
a paling kurang 20 dua puluh per seratus dari nilai harga jual tanah dan bangunan; atau
b apabila uang muka KPR kurang dari 20 dua puluh per seratus dari nilai harga jual tanah dan bangunan, maka KPR wajib dijamin