ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH TYPE 36 MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA.

(1)

BTN DI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

DiajukanOleh : Tiara Ulfa Dwi Jayanti

0811010012/ FE/ IE Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH TYPE 36 PADA BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) DI SURABAYA” dapat diselesaikan dengan lancar.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan yang diberikan ibu Ibu Dr. Sri Muljaningsih, SE, MP, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk membimbing skripsi. Serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih selaku Dosen Pembimbing yang sebesar-besarnya dan yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

ii 

3. Bapak Drs.Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Pimpinan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

7. Ayah dan Ibu serta kakak saya tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Teman-teman jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan terima kasih atas dukungan dan doanya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak tersebut diatas. Dalam penyusunan skripsi ini , penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbatasan yang dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk membantu kesempurnaan skripsi ini.


(4)

 

Surabaya, Mei 2012


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 TujuanMasalah ... 7

1.4 ManfaatMasalah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 HasilPenelitianTerdahulu ... 8

2.2 LandasanTeori ... 12

2.2.1 Pengertian Rumah ... 12

2.2.2 Pengertian Bank ... 13

2.2.3 Pengertian Kredit ... 14

2.2.3.1 Kredit Pemilikan Rumah... 15

2.2.3.2 Tujuan Kredit ... 16

2.2.3.3 Penilaian Kredit... 16

2.2.3.4 Fungsi Kredit... 18

2.2.3.5 Jenis – Jenis Kredit ... 19

2.2.3.6 Unsur – Unsur Kredit ... 20

2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit ... 21

2.2.3.8 Sasaran Kredit ... 22

2.2.3.9 Syarat – syarat Calon Nasabah Kredit ... 23


(6)

2.2.5 Tingkat SukuBunga... 25

2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga... 25

2.2.5.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga ... 26

2.2.5.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga... 28

2.2.5.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 32

2.2.5.5 Jenis – jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit.... 34

2.2.5.6 Penetapan Tingkat Bunga ... 35

2.2.5.7 Struktur Tingkat Bunga... 36

2.2.5.8 Bunga Bank... 39

2.2.5.9 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Kredit ... 40

2.2.6 Pengertian Inflasi ... 40

2.2.6.1 Hubungan Antara Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan... 43

2.2.7 Teori Harga ... 43

2.2.7.1 Pengertian Harga... 43

2.2.7.2 Aturan Baku Menetapkan Harga... 44

2.2.7.3 Harga Dipasar Persaingan Sempurna... 45

2.2.7.4 Hubungan Harga Rumah Rata – rata Terhdap Penyaluran Rumah ... 46

2.3 Kerangka Pikir... 46

2.4 Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52

3.2 Teknik Penetapan Sampel ... 53

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 54

3.3.1 Jenis Data ... 54


(7)

3.5.1 Teknik Analisis ... 54

3.5.2 Uji Hipotesis ... 55

3.6 PendekatnAsumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dapat koefisien ... 59

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 64

4.1 Letak Geografi dan Topografi Kota Surabaya ... 64

4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kota Surabaya... 64

4.1.2 Pembangunan Perumahan Kota Surabaya... 65

4.1.3 Keadaan Perumahan Kota Surabaya ... 65

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Jumlah Penyaluran Kredit Rumah ... 66

4.2.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 67

4.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga ... 68

4.2.4 Perkembangan Tingkat Inflasi... 69

4.2.5 Perkembangan Harga Rata – rata Rumah... 70

4.3 Hasil Analisis AsumsiRegresi Klasik ( BLUE / Best Linier Unbiased Estimator ... 71

1. Autokorelasi ... 71

2. Multikolinier ... 73

3. Heterokedastisitas ... 74

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 76

4.3.2 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 78

4.3.3 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 80

4.3.4. Pembahasan... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88

5.1 Kesimpulan... 88


(8)

Gambar1 Keinginan untuk meminjam dan ketersediaan untuk memberi

pinjaman menentukan besarnya suku bunga ... 26

Gambar 2 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga ... 27

Gambar 3 Teori keynes tentang Tingkat Suku Bunga ... 29

Gambar 4 Teori Keynes Permintaan Uang, Penawaran dan Suku Bunga.... 31

Gambar 5 Empat Kemungkinan Hasil Kurva... 38

Gambar 6 Kurva Demand Pull Inflation ... 42

Gambar 7 Kurva Cost Push Inflation ... 42

Gambar 8 Kerangka Konseptual Paradikma Penelitian ... 50

Gambar 9 Kurva Distribusi F ... 57

Gambar 10 Kurva Distribusi t ... 58

Gambar 11 Statistik Durbin Waston ... 62

Gambar 12 Kurva Statistik Durbin Waston ... 73

Gambar 13 Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis secara simultan atau keseluruhan ... 80

Gambar 14 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Pendapatan perkapita (X1) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y) . 81 Gambar 15 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga (X2) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y)... 82

Gambar 16 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Inflasi (X3) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y) ... 84 Gambar 17 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Harga Rata –


(9)

Tabel 1 Penyaluran Kredit Rumah tahun 2001 - 2010... 67

Tabel 2 Perkembangan Pendapatan Perkapita 2001 - 2010 ... 68

Tabel 3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga 2001 - 2010... 69

Tabel 4 Perkembangan Inflasi Tahun 2001 - 2010 ... 70

Tabel 5 Perkembangan Harga Rata – rata Rumah tahun 2001 - 2010 ... 71

Tabel 6 Tes Multikolinier... 74

Tabel 7 Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 75

Tabel 8 Analisi Varian (ANOVA) ... 76

Tabel 9 Hasil Analisis Variabael Pendapatan perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Inflasi (X3), dan Harga rata - rata Rumah (X4) terhadap penyaluran kredit... 78


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Jawa Timur

Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Analisis Faktor permintaan kredit kepemilikan rumah pada BTN di Surabaya

Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel ANOVA

Lampiran 3 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostic Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics

Tabel Correlations

Lampiran 5: Tabel Pengujian Nilai F Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t Lampiran 7 : Tabel Durbin-Watson


(11)

Variables Entered/Removedb x4=harga rata-rata rumah, x3=inflasi, x2=tingkat suku bunga, x1=pendptan perkapitaa . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah b.

Model Summaryb

.942a .887 .796 364.28453 1.127

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), x4=harga rata-rata rumah, x3=inflasi, x2=tingkat suku bunga, x1=pendptan perkapita

a.

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah b.

ANOVAb

5192358 4 1298089.603 9.782 .014a

663516.1 5 132703.217

5855875 9 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x4=harga rata-rata rumah, x3=inflasi, x2=tingkat suku bunga, x1=pendptan perkapita

a.

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah b.


(12)

1828.929 6977.498 .262 .804

.452 .161 3.099 2.805 .038 .782 .259 3.855

232.113 228.914 .531 1.014 .357 .413 .477 2.097

-178.586 53.116 -.686 -3.362 .020 -.833 .544 1.838

.000 .000 -2.195 -1.613 .168 -.585 .580 1.723

(Constant)

x1=pendptan perkapita x2=tingkat suku bunga x3=inflasi

x4=harga rata-rata rumah Model

1

B Std. Error Coefficients

Beta Coefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah a.

Collinearity Diagnosticsa

4.795 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

.168 5.342 .00 .00 .00 .30 .00

.036 11.566 .00 .01 .02 .45 .00

.001 68.803 .08 .23 .36 .23 .04

.000 206.965 .92 .76 .62 .03 .96

Dimension 1 2 3 4 5 Model 1 Eigenvalue Condition Index (Constant) x1=pendptan perkapita x2=tingkat

suku bunga x3=inflasi

x4=harga rata-rata

rumah Variance Proportions

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah a.


(13)

830.8840 2936.4800 1694.5000 759.55824 10

-464.297 407.75537 .00000 271.52166 10

-1.137 1.635 .000 1.000 10

-1.275 1.119 .000 .745 10

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah a.

Nonparametric Correlations

Correlations .006 .987 10 .030 .934 10 -.067 .855 10 .006 .987 10 1.000 . 10 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N x1=pendptan perkapita

x2=tingkat suku bunga

x3=inflasi

x4=harga rata-rata rumah

Unstandardized Residual Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual


(14)

(15)

DI SURABAYA

Oleh :

Tiara UlfaDwiJayanti

Abstraksi

Permintaan kredit kepemilikan rumah dalam perekonomian berpengaruh terhadap pembangunan, hal ini ditandai dengan semakin luasnya pengembangan perumahan di wilayah pinggiran kota. Perumahan juga merupakan salah satu bidang pembangunan pemerintah yang selalu terkait dengan masalah penduduk. Lembaga pembiayaan yang di percaya oleh pemerintah dalam pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) salah satunya yaitu BTN (Bank Tabungan Negara) untuk menyediakan kredit rumah rakyat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor Pendapatan perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga KPR (X2),Inflasi (X3), Harga Rumah rata – rata (X4), berpengaruh terhadap permintaan kredit kepemilikan rumah type 36 pada Bank BTN di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperolehdari Kantor Badan Pusat Statistik cabang Surabaya dengan kurun waktu10 tahun, mulai tahun 2001 – 2010. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program For Sosial Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Hasil uji signifikan Variabel Independent terhadap Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Rumah Type 36 Pada Bank BTN Di Surabaya (Y), maka dapat diketahui bahwa variabel Inflasi (X3) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Penerimaan Kredit Kepemilikan Rumah Pada Bank BTN Di Surabaya. Dengan melihat hasil koefisien variabel independent Pendapatan Perkapita (X1),Tingkat Suku Bunga KPR (X2),Harga Rata - rata Rumah (X4) merupakan variabel yang tidak dominan terhadap permintaan Kredit Kepemilikan Rumah Bank BTN Di Surabaya.

Kata Kunci : Pendapatan Perkapita (X1), Tingkat SukuBunga KPR (X2), Inflasi (X3), Harga Rata – rata Rumah (X4) terhadap Permintaan Kredit Kepemilikan Rumah Type 36 Pada Bank BTN Di Surabaya (Y).


(16)

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini perubahan laju pembangunan semakin terus meningkat, sehingga berbagai upaya ditempuh untuk mendorong kegiatan - kegiatan pemerataan pembangunan. Pembangunan nasional pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil dan makmur merata disegala bidang.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi selain sandang dan pangan. Karena rumah merupakan tempat beristirahat suatu keluarga setelah seharian menjalani rutinitas yaitu bekerja, sekolah dan lain-lain. Disini diharapkan setiap rumah tangga mendapatkan/ memiliki tempat tinggal yang layak untuk mendukung aktivitas serta menjamin kesehatannya. Selain itu rumah yang merupakan kebutuhan papan pun sering dijadikan tolak ukur kesejahteraan manusia dan perekonomian saat ini.

Pada masa sekarang kebutuhan perumahan yang layak dan lingkungan yang sehat menunjukkan adanya perubahan kehidupan masyarakat baik adanya peningkatan pendapatan perkapita yang cenderung meningkatkan status atau keadaan sosial sehingga meningkatkan lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih. Perumahan


(17)

merupakan salah satu bidang pembangunan pemerintah yang selalu terkait dengan masalah penduduk, antara lain bertambahnya jumlah rumah tangga baru, sehingga pertambahan permintaan akan tempat tinggal searah dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun.

Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit. Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut memiliki uang yang nilainya sama dengan harga rumah tersebut. Namun, seiring dengan semakin sulitnya keadaan ekonomi dan banyaknya tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat maka pembelian rumah secara tunai semakin suli dilakukan, terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Dengan demikian, pembelian rumah secara kredit dikalangan masyarakat menjadi pilihan yang sangat menarik. Penyaluran kredit perbankan pada sektor konsumsi mengalami peningkatan yang drastis sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi belasan tahun lalu. Bank - bank kemudian semakin menyadari bahwa peluang di pasar konsumsi semakin besar, dimana resiko yang dihadapi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kredit pada pasar investasi.

Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan kredit oleh bank, salah satunya adalah sektor perumahan melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank - bank disebabkan masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Pada sisi lain, sebagian masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai, sehingga ini menjadi peluang bagi bank - bank untuk memasarkan KPR sebanyak - banyaknya.


(18)

Strategi untuk memenangkan persaingan dalam bisnis KPR adalah suku bunga dan pelayanan yang kompetitif (www.kompas.com, April 2008). Suku bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan ekspansi KPR menjadi turun. Pada sisi lain, Bank yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, pasti dapat menarik banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan berkembang. Belum lama ini, tepatnya pada tahun 2007 lalu, krisis kredit Perumahan telah menggemparkan perekonomian Amerika serta mengakibatkan tingginya tingkat inflasi diseluruh dunia, bahkan efeknya mungkin masih terasa hingga saat ini.

Data Bank of America pada Februari 2008 menyebutkan bahwa masalah kredit macet perumahan di Amerika Serikat (AS) tersebut telah mengakibatkan kerugian di pasar modal global kurang lebih 7,7 triliun Dollar AS (sekitar 7.000 triliun Rupiah), juga mengakibatkan kapitalisasi pasar dunia turun 14,7 persen, selama tiga bulan setelah puncaknya terjadi pada akhir Oktober 2007 lalu. Selain itu, sebuah laporan lembaga pemeringkat, Standard and Poors menyebutkan bahwa pada Januari 2008 saja pasar saham global terpukul keras dengan kerugian kolektif 5,2 triliun Dollar AS yang diakibatkan karena saham-saham AS yang dibeli investor asing merosot dalam beberapa bulan terakhir. Oleh karena itu, cukup beralasan bila dikatakan bahwa kerugian akibat krisis kredit perumahan Amerika lebih besar daripada kerugian ekonomi yang timbul akibat serangan teroris 11 September 2001, krisis keuangan Asia 1997, kegagalan utang Argentina pada 2001, dan krisis Peso Meksiko pada 1994. Meski tidak dapat disamakan dengan kondisi


(19)

Amerika yang merupakan Negara perekonomian terbuka besar, namun pengalaman Amerika diatas merupakan suatu pembelajaran berarti bagi kita semua. Belajar dari pengalaman Amerika, tidak mustahil bila masalah tersebut terjadi di Indonesia, walaupun mungkin efeknya tidak akan sebesar masalah di Amerika. Di Indonesia selama ini kredit perumahan atau yang lebih dikenal dengan istilah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah menjadi salah

satu cara dalam proses pemilikan rumah.

Menurut Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Sarana lingkungan merupakan kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, niaga, pemerintahan, peribadatan, rekreasi, olahraga, dan lapangan terbuka serta fasilitas umum lainnya. Sedangkan prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air, pembuangan sampah dan lain-lain. (Timoticin K,2002:28)

Pembangunan perumahan dikota Surabaya pada umumnya dilakukaan oleh berbagai pihak diantaranya, pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam persatuan pengusaha Real Estate Indonesia (REI) yang pada umumnya diperuntukkan bagi


(20)

masyarakat yang berpenghasilan menengah. Pembangunan perumahan yang dilaksanakan oleh konstruksi swasta yang pada umumnya diperuntukkan bagi golongan masyarakat sedang melalui Bank Pembangunan Perumahan yang dilakukan oleh developer lainnya yang bukan termasuk diatas. (Anonim, 1996:8)

Rumah merupakan idaman setiap keluarga untuk memilikinya. Oleh karena itu peran serta usaha estate dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang perumahan dapat dilihat dari jumlah rumah yang dibangun, dimana jangka waktu tersebut oleh Perum Perumnas atau pemerintah (Rosyidi, 1992:305)

Untuk itu permintaan akan rumah sesuai dengan jumlah penduduk yang ada baiknya dari pihak developer maupun masyarakat menginginkan adanya penurunan tingkat suku bunga yang relatif stabil, prosedur yang lebih memudahkan bagi pihak developer untuk mendapatkan fasilitas kredit di bank, pembebasan tanah, maka permintaan kredit pemilikan rumah bisa terwujud sesuai dengan keinginan masyarakat (Rosyidi,1992:314)

Lembaga pembiayaan yang dipercaya oleh pemerintah selama ini salah satunya yaitu BTN ( Bank Tabungan Negara) untuk menyediakan kredit perumahan rakyat sehingga memungkinkan setiap orang dengan mudah memperoleh pinjaman untuk membeli rumah dengan jaminan rumah tersebut dan mengembalikannya untuk jangka waktu yang panjang. Untuk memiliki/ membeli rumah sederhana dapat dilakukan dengan cara angsuran.


(21)

Pemohon KPR-BTN tidak bisa menentukan keinginan pemilikan rumah berdasarkan selera pribadinya, melainkan harus dipertimbangkan menurut persyaratan atau prosedur yang telah ditentukan oleh BTN. Seperti halnya type rumah tertentu boleh diambil berdasarkan besar penghasilan yang dimiliki oleh calon debitur tersebut, demikian pula halnya dengan penentuan uang muka, tingkat suku bunga serta angsuran perumahannya. Pembiayaan kredit perbankan untuk membangun perumahan tergantung pada kemampuan bayar dan pendapatan masyarakat sebagai konsumsi. Untuk itu KPR dengan jangka waktu kredit cukup panjang dan tingkat suku bunga yang terjangkau mempunyai pengaruh cukup berarti.

Di Surabaya khususnya, masyarakat menengah kebawah lebih berminat pada type 36 karena termasuk rumah sederhana dan rumah sehat. Tentunya dengan berbagai pertimbangan salah satunya dari segi harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah tersebut. Sehingga disini peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan KPR type 36 yang ada di Kota Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pendapatan perkapita, tingkat suku bunga , harga rumah, dan inflasi mempengaruhi permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota Surabaya?


(22)

2. Manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, harga rumah, dan inflasi yang paling dominan mempengaruhi permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga , harga rumah, dan inflasi terhadap permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota Surabaya

2. Untuk mengetahui manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, harga rumah, dan inflasi yang paling dominan pengaruhnya terhadap permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dan diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi Pemerintah daerah dan Pengembang (Developer) dalam pengembangan perumahan di kawasan Kota Surabaya

2. Sebagai bahan pertimbangan, khususnya dalam penyediaan perumahan sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat

3. Sebagai acuan serta masukan dan sumber informasi bagi peneliti berikutnya.


(23)

2.1 Haasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh mahasiswa lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini adalah:

2.1.1 Wiwin Dwi W,Skripsi (2005 : x)

Dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit

Pemilikan Rumah Sederhana type 36 di Kabupaten Sidoarjo. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan KPR (RS), Type 36, Tingkat suku Bunga KPR, dan Jangka waktu kredit. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil penelitian secara parsial harga rumah dan tingkat suku bunga KPR berpengaruh nyata terhadap permintaan KPR type 36.

2.1.2 Dana Erlina S, Skripsi (2006 : xi)

Dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang mempengaruhi

permintaan kredit Rumah Type 36 KPR Mandiri di Surabaya” dalam penelitiian ini variabel yang dikaji adalah permintntaan rumah Type 36 di Surabaya, Pendapatan Perkapita, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Fasum dan Jumlah Penduduk. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil penelitian ini diketahui secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah type 36 di Surabaya.


(24)

2.1.3 Komariyah Skripsi (2005 : viii)

Dengan judul penelitian : “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Masyarakat Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR/BTN) di Kota Surabaya. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah permintaan rumah Sederhana di kota Surabaya, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga KPR, dan Harga Rumah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier dengan model cobb douglas sehingga diperoleh hasil penelitian ini diketahui secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah sederhana di Kota Surabaya.

2.1.4 Aditiamurti Wahyuni D (2005 : xi)

Dengan judul penelitian “Analisis Permintaan rumah Melalui Kredit

Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara”. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan Terhadap Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), Gross Domestik Product, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga KPR- BTN, dan Inflasi. Penelitian ini menggunakan metode parsial Adjusment Model atau Model Penyesuaian Partial. Dalam penelitian ini terdapat suatu hubungan simultan atau pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel tambahan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya terdapat Permintaan RS dan RSS

dengan Fhitung = 4,347> Ftabel= 2,90. Sedangkan secara parsial bahwa

Harga Rumah dan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya mempengaruhi masyarakat untuk menunda pembelian rumah meskipun kebutuhan rumah


(25)

mendesak. Hal ini berarti bahwa terjadi penyesuaian secara bertahap, dan masyarakat baru akan melakukan pembelian apabila terjadi perubahan ekonomi yang lebih memungkinkan untuk membeli .

2.1.5 Arpa Surya Tambuno, Jurnal (2005)

Dengan judul penelitian: “Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah

KRR-BNT Bagi Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya. Dalam Penelitian ini variebel yang dikaji adalah Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya, melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR-BTN). Proses alih debitur, pada pelaksanaannya ada dua cara, yaitu secara resminya, langsung melalui PT. Bank Tabungan Negara(Persero) Kantor Cabang Palangka Raya, atau melalui proses lain yang cukup aman untuk dilakukan, walaupun tidak sesempurna alih debitur secara langsung, yaitu dengan peningkatan pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya yang dibuat dihadapan Notaris. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, yaitu penulis berusaha melakukan pendekatan dengan masalah yang diteliti sesuai dengan sifat hukum rill yang berlaku, pada Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan teknik pengumpulan sample berbentuk purposive sampling yang didasarkan pada tujuan dan bentuk – bentuk tertentu.

2.1.6 Ratna Wulan Wibowo, Jurnal(2008)

Dengan Judul Penelitian: “ Analisis Faktor-Fartor Yang Mempengaruhi


(26)

terhadap Business cycle Indonesia. Di Indonesia selama ini kredit perumahan atau yang lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah menjadi salah satu cara dalam proses pemilikan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dan pengaruh dari beberapa variabel ekonomi terhadap volume KPRA, serta respon business cycle terhadap guncangan volume KPRA di Indonesia.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis cross correlation, vector auto regression(VAR) yang dikombinasikan dengan vector error correction model (VECM), dan didalamnya mengandung analisis varians decomposition (VD) serta impulse response function (IRF). Seluruh rangkaian analisis tersebut dapat dilakukan dengan bantuan software Eviews 4.1 dan Microsofl Excel.

Jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian, dengan penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada ukuran waktu, tempat penelitian dan ruang lingkup yang digunakan oleh peneliti berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempangaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 36 melalui BTN di Kota Surabaya” denagn variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapat Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Harga Rumah, Inflasi. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penyaluran Rumah type 36 di kota Surabaya.


(27)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Rumah

Untuk memecahkan masalah pemukiman yang tidak sehat, pertambahan penduduk yang pesat dan penyebarannya tidak merata terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah beserta pengambang mengeluarkan program pembangunan rumah yang dimaksudkan agar dapat dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini masyarakat di kota Surabaya.

Dengan memiliki rumah diharapkan seseorang dapat meningkatkan:

a. Kepastian Pribadi

Yang berarti dengan pembangunan sebuah rumah dapat memberikan para penghuni perasaan stabil, aman, nyaman serta rasa percaya diri, dan bersedia untuk menerima tanggung jawab atas lingkungannya yang baru.

b. Kesadaran Penghuni

Yaitu penghuni mempunyai kesadaran dengan lingkungan yang baru, serta bersedia membagi kesulitan dengan tetangga. Dengan kesadaran penghuni diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembangunan perumahan.


(28)

c. Kemasyarakatan Penghuni

Yang berarti hubungan antara tetangga harus dibangun dari rumahnya dan apabila masyarakat mempunyai hubungan yang eratakan dapat membentuk suatu perumahan yang aman dan nyaman.

2.2.2 Pengertian Bank

Secara pengertian bank bagi masyarakat umum adalah suatu institusi dimana kegiatan yang menyangkut masalah keuangan masyarakat dilaksanakan. Menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan, deposito, maupun melakukan sejumlah pengiriman dana atau bahkan mungkin untuk meminjam sejumlah dana untuk kelanjutan atau pengembangan usaha dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa perbankkan.

Menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksudkan dengan BANK adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. (Kasmir, 2004: 23)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat merupakan kegiatan utama perbankan. Dari kegiatan tersebut bank mendapatkan keuntungan berupa selisih bunga spread yang digunakan untuk terus memutar usahanya.


(29)

2.2.3 Pengertian Kredit

Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,

dimulai dengan arti “kredit” yang berasal dari bahasa yunani “credete

yang berarti “kepercayaan”.Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si penerima kredit.Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang.

1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. (Simorangkir, 2004 :100)

2. Sedangkan pengertian yang lebih baik untuk kegiatan perbankan di Indonesia, yaitu menurut pasal 1; Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Abdullah,2003 :84)

3. Kredit yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau menggandakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati. (Muljono,2000:9)

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan


(30)

persetujuan pinjam-meninjam antar pihak bank dengan pihak lain dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.

2.2.3.1 Kredit Pemilikan Rumah

Kredit  Pemilikan  Rumah  (KPR)  adalah  suatu  fasilitas  kredit  yang  diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli  atau  memperbaiki rumah.  (Bank Indonesia  ‐  www.bi.go.id  ).  Pola umum Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap ke IV meletakkan sektok perumahan sebagai sasaran utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan pemerintah dengan memperluas pengembangan kawasan dengan fasilitas umum dan sosial lainnya.

a. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu makin ditingkatkan

khususnya perumahan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

b. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu dikembangkan secara

lebih terarah dan terpadu dengan memperhatikan jumlah penduduk dan penyebaran, tata guna tanah, pembiayaan, perluasan kesempatan kerja, kesehatan lingkungan, tersedianya fasilitas sosial yang dibutuhkan ,produksi bahan bangunan setenpat serta keserasian dengan lingkungan pemukiman pada khususnya dan dengan pengembangan daerah pada umumnya.

c. Lembaga pembiayaan yang melayani pembangunan perumahan perlu

lebih ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat mendorong terhimpunnya modal yang memungkinkan pembiayaan pembangunan


(31)

perumahan dengan jumlah yang besar dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Bank yang berfungsi sebagai agent of development, khususnya

bank pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan program pembangunan jangka panjang tahap kedua sebagai penyandang dana, sebagai indicator antara kepentingan sektor – sektor pemerintah, memberikan pelayanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor swasta ikut andil dalam pembiayaan pengadaan perumahan dan sector masyarakat yakin member keringanan pembayaran atas pemilikan rumah.

2.2.3.2 Tujuan Kredit

Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank dalam

mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah:

1. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dan dapat

memperluas perusahaan

2. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan

pembangunan

3. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya

guna menjamin kebutuhan masyarakat (Simorangkir,2004:102)

2.2.3.3 Penilaian Kredit

Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit mempunyai suatu nilai. Untuk menentukan kredit pihak bank selalu mempertimbangkan 5 C yaitu:


(32)

 Character

Artinya sifat atau watak dari orang – orang yang akan diberikan kredit benar – benar dapat dipercaya

 Capacity

Artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang ia terima

 Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan

pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas rentabilitas dan

ukuran lainnya.

 Collateral

Artinya jaminan, dapat berupa barang baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang nilainya sesuai dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitur

 Condition

Artinya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing (Kasmir, 2004: 104)

Selain itu pihak Bank juga memiliki pertimbangan yang sering disebut dengan 7 P yaitu:

 Personality

Bank mencari data tentang kepribadian serta hal – hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.


(33)

 Perpose

Bank mencari data tentang tujuan/ keperluan penggunaan kredit

 Prospect

Bank harus menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak.

 Payment

Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit

 Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

 Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari period ke periode.

 Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. (Kasmir,2004: 107)

2.2.3.4 Fungsi Kredit

Sedangkan fungsi dari pemberian kredit meliputi:

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Meningkatkan daya guna barang

4. Meningkatkan peredaran barang


(34)

6. Meningkatkan kegairahan berusaha

7. Meningkatkan kemerataan pendapatan

8. Meningkatnya hubungan internasional (Kasmir, 2004:97)

2.2.3.5 Jenis – jenis Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi kegunaan :

a. Kredit investasi

Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Misalnya untuk pembangunan pabrik dan perluasan unit usaha, pembelian peralatan, mesin – mesin dan alat traspotasi.

b. Kredit Modal Kerja

Pembiayaan untuk memperluas atau meningkatkan produksi dan operasional, misalnya untuk menambah bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya operasional lainnya.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit:

a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif, baik untuk peningkatan usaha atau produksi maupun investasi. Kredit ini untuk meningkatkan barang dan jasa.

b. Kredit Konsumtif

Penggunaannya untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena


(35)

memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut. Contohnya kredit ekspor impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit Jangka Pendek

Fasilitas pinjaman atau kredit yang diberikan untuk waktu kurang dari 1(satu) tahun atau paling lama 1(satu) tahun.

b. Kredit Jangka Menengah

Fasilitas pinjaman atau kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1(satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang jangka pengembaliannya diatas 3(tiga) tahun dan 5(lima) tahun. (Kasmir, 2004: 99)

2.2.3.6 Unsur – unsur kredit

Unsur yang terdapat dalam kredit adalah:

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang dan jasa akan benar –benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan dating.


(36)

b. Waktu, yaitu suatu masalah yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikanantara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur keridaktentuan yang akan tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat

juga berbentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek prkreditan. (Suyanto,dkk 1999 :14)

2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit

Bagi bank, jaminan kredit merupakan sumber kedua pembayaran kembali kredit bunga yang bertunggak. Sumber pertama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang dijamin akan dipergunakan sebagai gantinya (Sutojo, 1995: 155).


(37)

Fungsi utama jaminan adalah memperkecil jumlah kerugian yang diterima bank, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan kredit dapat berupa harta fisik (tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan, persediaan barang dan sebagainya)

Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini

1. Faktor Interen Bank

Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit terlebih dahuli bank melihat kondisi intern operasi dan keuangan dewasa ini, dua atau tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan.

2. Kredibilitas

Bank akan lebih bersemangat dalam bekerjasama dengan investor, apabila mitra usaha mereka dapat menunjukkan kemampuan mengelola proyek yang akan dibangun dengan baik.

3. Prospek masa depan proyek

Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah

2.2.3.8 Sasaran Kredit

Dalam pemberian kredit ada dua golongan masyarakat yang dijadikan sasaran yaitu:

1. Golongan Pengusaha

Yaitu semua pengusaha warga Negara Indonesia yang bergerak diberbagai sector ekonomi, seperti sector pertanian, pendidikan dan jasa lainnya.


(38)

2. Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap

Yang dimaksud dengan Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap adalah:

Semua pegawai negeri yang dimaksudkan dalam peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1974 Bab 1 pasal 1, pegawai negeri yang dimaksudkan adalah Pegawai negeri sipil (baik pegawai negeri sipil pusat, Pegawai negeri sipil daerah, maupun pegawai negeri sipil lainnya yang ditetapkan / diangkat atas dasar Peraturan pemerintah PGPG – 1968 dengan pangkat III/d kebawah dan juga bukan pejabat.

2.2.3.9 Syarat – syarat Calon Nasabah Kredit

a. Golongan Pengusaha ; persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

 Menyerahkan surat keterangansebagai penduduk desa dari Kepala

Desa/ Lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP)

 Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai

 Untuk nasabah yang sudah mempunyai ijin usaha, cukup

menyerahkan copy surat ijin usaha tersebut

 Dapat memberikan laporan tentang penghasilan perbulan dan dapat

mempertanggung jawabkan kebenarannya.

b. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap; persyaratan yang harus

dipenuhi antara lain:

 Menyerahkan slip gaji/ pensiun dari instansi terkait

 Menyerahkan asli Surat Keputusan (SK) pengangkatan pegawai


(39)

terakhir atau asli Surat Keputusan Pensiun Bagi yang berstatus pensiunan.

2.2.4 Pendapatan Per Kapita

Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata – rata penduduk, oleh karena itu untuk mendapatkan perkapita pada 1 tahun tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pendapatan Perkapita Penduduk = PDRB x100………

Jumlah Penduduk

(Sukirno :2002,75)

Dengan adanya pendapatan perkapita suatu negara mengharapkan pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan pendapatan perkapita suatu negara dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai negara dari masa ke masa.

Adapun pengertian pendapatan perkapita menurut (Sukirno, 1994: 56) bahwa pendapatan perkapita pada tahun yang sama dengan jumlah penduduk baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja, laki- laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, apabila penduduk suatu daerah selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional, maka tingkat pendapatan keluarganya menjadi rendah. Demikian sebaliknya


(40)

apabila penduduk suatu negara lebih kecil dari pada kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan menjadi tinggi.

Apabila pendapatan perkapita suatu daerah meningkat, maka ini berarti terjadi peningkatan pendapatan pada tiap – tiap masyarakat daerah tersebut.

2.2.4.1 Hubungan Pendapataan Perkapita Terhadap Penyaluran Rumah

Apabila pendapatan rata-rata perkapita masyarakat dalam suatu Negara khususnya negara Indonesia menjadi naik pada setiap tahunnya, maka dapat dikatakan bahwa daya beli konsumen (masyarakat) pada umumnya dalam permintaan rumah type 36 di Kota Surabaya menjadi meningkat seiring dengan laju pendapatan perkapita.

2.2.5 Tingkat Suku Bunga

2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Kasmir (2003 : 37 ) mengemukakan bahwa “ Bunga Kredit dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah ( yang memiliki simpanan ) dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman.

Suku bunga menurut Diulio ( 1993 : 45) adalah harga dana yang dapat

dipinjamkan (loanable funds) yang besarnya ditentukan preferensi dan sumber


(41)

Pinjaman menyebabkan penerbitan piranti keuangan oleh unit defisit yang karena arus dana yang masuk tidak cukup untuk seluruh keperluannya pergi ke pasar keuangan untuk memenuhi rencana pengeluarannya.Pemberian pinjaman terdiri dari tabungan unti surplus ditambah dengan perubahan stok uang yang dikuasai bank sentral dikurangi dana – dana yang tidak tersedia untuk pinjaman karena para penabung memilih untuk memegang uang daripada memegang piranti keuangan preferensi pemberian pinjaman pada umunya memiliki hubungan positif dengan suku bunga. Sementara pinjaman atas utang berhubungan secara negatif.

Gambar 1 : Keinginan untuk meminjam dan ketersediaan untuk memberi pinjaman menentukan besarnya suku bunga.

Suku bunga (%) L

ro

B

Qo Dana

Sumber : Diulio Eugene. A. 1993 Uang dan Bank, Seri buku schaum,

cetakan Kedua, Erlangga : Surabaya, halaman 45.

2.2.5.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik adalah fungsi tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Investasi juga tergantung dari tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha


(42)

semakin terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat suku bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik dan turun) akan tercapai bila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi (Nopirin, 2000 :70)

Secara grafik keseimbangan suku bunga dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 : Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga

Tingkat bunga tabungan

I1

Io

Invest1

Invest0

So S1 Jumlah rupiah

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat,


(43)

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik Io, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas Io maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat suku bunga turun balik ke posisi Io dan sebaliknya.

Para pengusaha saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan memdorong tingkat suku bunga lagi ke Io.

Kenaikan efisiensi produksi, misalnya akan mengakibatkan keuntungan yand diharapkan naik, sehingga pada tingkat bunga yang sam pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya atau untuk dana yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar pada tingkat yang lebih tinggi keadaan ini pada gambar 2 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan investasi kekanan atas dan keseimbangan tingkat bunga yang baru Ij (Nopirin, 2000 : 71).

2.2.5.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga

Keynes memiliki pandangan berbeda dengan kaum klasik tentang tingkat suku bunga, tingkat suku bunga menurutnya merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi


(44)

dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedangkan menurut kaum klasik, uang hanya mempengaruhi harga barang (Nopirin, 2000 : 90)

Secara grafik teori keynes tentang penentuan tingkat bunga digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3 : Teori keynes tentang Tingkat Suku Bunga

Jumlah uang

Tingkat bunga (%)

roq

Liquidity preference

Jumlah uang dan penawaran uang

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat,

BPFE UGM : Yogyakarta, halaman 92

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah

dijelaskan sebagai berikut : Pertama, Keynes mengatakan bahwa masyarakat

mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi meraka yakin bahwa tingkat bunga akan naik diwaktu yang akan datang). Jika meraka memegang surat berharga pada


(45)

waktu tingkat bunga naik mereka akan mengalami kerugian (capital lons). Meraka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang

pada waktu tingkat bunga naik. Kedua, berkaitan dengan ongkos, memegang

uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga akan makin rendah sehingga permintaan akan uang kas akan naik.

Kedua pendekatan diatas semua menunjukan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan uang kas. Bersama jumlah uang beredar yang tetap (dengan anggapan bahwa jumlah uang beredar ini ditetapkan oleh pemerintah), permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga

dalam keseimbangan (roq pada gambar 3 ) apabila jumlah uang kas yang akan

diminta sama dengan penawarannya (jumlah uang beredar), Apabila pada suatu ketika tingkat harga dibawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun (tingkat bunga naik), sampai ke tingkat keseimbangan dimana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di atas keseimbangan, masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai keseimbangan tercapai.


(46)

Gambar 4 : Teori Keynes Permintaan Uang, Penawaran dan Suku Bunga

Suku Bunga (%) MSo MS1

r0 Eo

r1 E1 DM

Permintaan dan penawaran uang

Sumber :Sukirno, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi . PT.Raja

Grafindo Persada Jakarta, halaman 304

Pergerakan ke kiri berarti penawaran uang turun. Dan pergerakan ke kanan berarti penawaran uang bertambah. Suku bunga dalam ekonomi ditentukan oleh keseimbangan dalam permintaan dan penawaran uang.

Pada mulanya jumlah penawaran uang adalah MSo, Kurva ini bersilang dengan

kurva MD pada Eo dan ini berarti bahwa suku bunga adalah r0. Selanjutnya

penawaran uang bertambah dan menjadi MS1. Kurva ini bersilang dengan kurva

MD di E1 dan ini berarti suku bunga turun menjadi r1. Contoh ini menunjukkan

bahwa perubahan – perubahan dalam penawaran uang akan mempengaruhi suku bunga.


(47)

2.2.5.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut :

1.Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.

Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2.Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata – rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing.

3.Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4.Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.


(48)

5.Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.

6.Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7.Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8.Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif .


(49)

9.Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bungapun berbeda dengan nasabah biasa.

10.Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang diberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.(Kasmir, 2004 : 122 – 124)

2.2.5.5 Jenis – jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis kreditnya. Pembebanan disini maksudnya metode perhitungan yang akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayar. Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya. Di mana jumlah angsuran terdiri dari hutang/ pokok pinjaman dan bunga.


(50)

1. Sliding rate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurut seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama. Cicilan nasabah semakin menurun.

2. Flat rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas. 3. Floating rate

Jenis ini membedakan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. (Kasmir, 2004: 127)

2.2.5.6 Penentuan Tingkat Bunga

Masalah penentuan tingkat suku bunga menjadi masalah penting bagi Negara berkembang yang sedang mengalami proses liberalisasi system keuangan dalam negerinya. Pertanyaan bagaimana sauku bunga yang diharapkan berlaku menghadapi perubahan lingkungan dan bagai mana merespon pengaruh luar negeri dan kebijaksanaan dalam negeri adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan khususnya bagi pembuat kebijaksanaan di negara yang sedang berkembang. Hanya jika perilaku suku bunga diketahui dengan baik, kita dapat meramalkan pengaruk


(51)

perubahan suku bunga tersebut pada variable - variabel ekonomi mikro seperti tabungan, investasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi.

Meskipun modal yang dikemukakan disini berstruktur sederhana, namun dapat menggabungkan prinsip - prinsip penentuan tingkat bunga seperti suku bunga luar negeri, perubahan kurs valas yang diharapkan, dan pembanguh selurnan mobeter dalan negeri. Model - model tersebut dapat diterapkan secara umum pada berbagai negara yang sedang berkembang yang berbeda derajat perbedaannya. Melalui model ini selanjutnya dapat ditentukan secara empiris derajat keterbukaan negara. (Iswardono, 1996 : 1997)

Dalam menganalissi factor - faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga juga terdapat perbedaan pendapat diantara ahli - ahli ekonomi klasik dan Keynes. Menurut Keynes tingkat bunga tergantung pada jumlah uang yang beredar dan preferensi likwiditet atau permintaan uang. Yang dimaksud dengan likwiditet adalah permintaan atas uang oleh seluruh masyarakat dalam perekonomian.

2.2.5.7 Struktur Tingkat Bunga

Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut:

1. Jangka waktu dari klaim keuangan

2. Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan

3. Derajad resiko tunggakan dari klaim keuangan


(52)

Dari keempat determinan tersebut diatas, perbedaan dari jangka waktu klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut

struktur masa (tremstructure) dari suku bunga. Ketika determinan lainnya

juga merupakan faktor penting, akan tetapi sering kali lebih rendah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur bunga.

Struktur masa dari suku bunga berkaitan dengan hubungan antara suku bunga dari klaim keuangan yang serupa dalam karakteristiknya kecuali dalam jangka waktunya. Sekuritas pemerintah merupakan contoh terbaik dari klaim keuangan untuk melihat pengaruh dari jangka waktu terhadap struktur suku bunga karena jangka waktu merupakan pembeda utama dari treasury bills, notes (utang) dan obligasi. Semua sekuritas pemerintah ini mengandung resiko tunggakan sebesar nol, mempunyai perlakuan pajak sama terhadap penghasilan bunganya dan capital gain, dan tingkat kemudahan pemasarannya kurang lebih sama. Jadi sebab utama dari perbedaan suku bunga atau sekuritas pemerintah yang berjangka pendek dan berjangka panjang adalah jangka waktunya (Sawaldjo, 2004 : 84)

Cara yang sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil (yield Curve). Berdasarkan data empiris di Amerika Serikat, dapat diamati empat kemungkinan pola kurva hasil.

1. Kurva hasil yang meningkat menunjukkan meningkatnya suku bunga


(53)

2. Kurva menurun menunjukkan suku bunga yang menurun jika jangka waktunya meningkat,

3. Berbentuk datar berarti suku bunga tetap konstan pada jangka waktu

berapapun,

4. Berbentuk punuk (punggung) yaitu mula - mula naik bila jangka

waktunya meningkat.

Gambar 5 : Empat kemungkinan hasil kurva

Suku Bunga Suku Bunga

1. 2.

Jangka waktu Jangka Waktu

Suku Bunga Suku Bunga

3. 4.

Jangka Waktu Jangka Waktu

Sumber : Puspopranoto, Sawaldjo,2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan , Pustaka LP3ES, Jakarta, hal 85.


(54)

2.2.5.8 Bunga Bank

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual prodaknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari - hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:

1. Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balasan jasa bagi nasabah yang meyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank pada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatanbagi bank. Bunga pinjaman merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan oleh nasabah, sedangkan bunga simpanan merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan atau bunga pinjaman masing - masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi maka secara otomatis


(55)

bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya (Kasmir,2004 : 121)

2.2.5.9 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Rumah

Tingkat Suku Bunga KPR merupakan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh masing- masing pemberi kredit. Tentu saja penentuan tingakat suku bunga mengacu pada kondisi perekonomian Negara tersebut. Akan tetapi dalam hal ini pemerintah tetap memiliki kewajiban mengendalikan tingkat suku bunga KPR sehingga masyarakat tidak dirugikan ketika melakukan kredit pemilikan rumah. Sehingga apabila tingkat suku bunga KPR tinggi tentu saja permitaan rumah akan sedikit yang berujung pada sedikitnya permintaan KPR type 36 di kota Surabaya.

2.2.6 Pengertian inflasi

Inflasi menurut Nopirin,2000 : adalah proses kenaikan harga- harga umum barang- barang secara terus menerus. Sedangkan menurut Sinungan M,1991 : inflasi adalah kecenderungan harga- harga untuk menaik secara terus menerus.

Dari pengertian diatas hal yang penting dalam masalah inflasi adalah terjadinya kenaikan harga barang- barang secara terus menerus walaupun kenaikan harga barang- barang tersebut tidak sama presentasinya.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa klasifikasi dari inflasi:

1. Inflasi menurut sifatnya

Menurut sifatnya inflasi dapat ditinjau dari laju dan derasnya inflasi,dalam hal ini dibagi menjadi:


(56)

a. Inflasi merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi yang rendah dan ukurannya kurang dari 10% per tahun sedang kenaikan harga berjalan lamban serta dalam waktu yang lama.

b. Inflasi menengah (galloping inflation) dalam hal ini

kenaikan harga cukup besar (biasanya 2 digit) serta waktunya relative pendek dan mempunyai sifat cepat artinya kenaikan harga minggu ini lebih cepat dibanding dengan harga minggu bulan lalu. Akibatnya terhadap perekonomian lebih berat dibanding dengan inflasi merayap

c. Inflasi tinggi (hyper inflation) sesuai dengan namanya

harga- harga umum naik lima atau enak kali, sedang nilai uang merosot dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. ( Nopirin, 2000)

2. Infasi Menurut Sebabnya

Menurut sebabnya inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Demand pull inflation, timbul karena permintaan masyarakat


(57)

Gambar 6: kurva Demand pull inflation P

P2 E1 S

P1 EO

D

QEO QE1 Q

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM, Yogyakarta

b. Cost push inflation, timbul karena ada kenaikan ongkos/ biaya

produksi, bila ongkos produksi naik maka pada akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

Gambar 7: kurva Cost push inflation

P S1

S2

P1

P2 D

0 Q2 Q1 Q

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM,


(58)

2.2.6.1 Hubungan Antara Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Perbankan

Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga- harga barang secara menyeluruh dan terus - menerus. Inflasi yang tak terkendali menyebabkan terpuruknya perekonomian suatu Negara. Apabila kondisi ini tidak cepat ditangani dampaknya akan semakin meluas pada sektor- sektor lain. Salah satunya sektor perumahan, terjadinya inflasi berkaitan pada menurunnya minat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sehingga berakibat pada minimnya penerimaan KPR type 36 di kota Surabaya.

2.2.7 Teori Harga 2.2.7.1 Pengertian Harga

Menurut (Rosyidi, 2001 : 237) dalam bukunya “Pengantar teori ekonomi “ harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan barang - barang yang lain, apa pun bentuknya. Jadi suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut :

1. Mempunyai kegunaan

Artinya suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginanakan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.

2. Jumlah terbatas

Kelangkaan suatu barang akan mendorong orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya. Dengan kata lain akan menimbulkan penawaran terhadap barang tersebut, suatu barang akan memiliki nilai ekonomis.


(59)

Harga terjadi karena dua faktor yang terdapat bersama- sama dalam suatu barang atau jasa, yaitu faktor manfaat dan faktor kelangkaan. Dari kedua faktor tersebut munculah pengertian bahwa harga terbentuk karena seimbangnya permintaan dan penawaran. Lebih jauh dari pada itu, dapat juga diketahui bahwa perubahan salah satu maupun keduanya akan merubah harga.

2.2.7.2 Aturan Baku menentukan Harga

Dalam penentuan persaingan pasar sempurna, perusahaan tidak menuntukan harga prodaknya. Pasar bekerja da menenrukan harga untuk semua produsen. Produsen mengambil harga yang disediakan pasar, masing - masing produsen bertindak sebagai price taker, produsen tidak

mempunyai kekuatan pasar (market power). Dengan harga jual prodak

yang tersedia, masing- masing prodak menentukan jumlah produksi optimalnya. Masing- masing prodak akan mendapatkan keuntungan yang optimal jika produsen memproduksi hingga ongkos untuk memproduksi prodak yang terakhir sama dengan harga yang disediakan pasar. Dalam pasar persaingan sempurna, produsen tidak menentukan harga prodaknya.

Produsen yang mampu mengendalikan harga (untuk derajat tertentu) disebut price maker. Perusahaan yang demikian adalah

perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar (market power). Produsen

yang mempunyai market power dalam menentukan harga prodaknya teetap memperhatikan kendala permintaan pasar (konsumennya). Produsen dalam menentukan harga yaitu dengan menentukan tingkat out


(60)

optimal yang juga membuat keuangannya juga optimal (maksimum). (Sunaryo, 2001 : 161).

2.2.7.3 Harga Di Pasar Persaingan Sempurna

Harga yang ada pada kondisi yang ideal adalah harga yang mampu mengakibatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Harga tersebut akan memberikan kesejahteraan tertinggi bagi produsen dan komsumen dimana keuntungan dimana keuntungan produsen dan konsumen diukur dari surplus masing - masing. Hanya da satu harga yang mempunyai karakteristik demikian, yaitu harga yang terbentuk dalam struktur pasar persaingan sempurna. Hukum kesejahteraan pertama (the first welfare economic the orem) mengatakan bahwa pasar persaingan sempurna akan menghasilkan alokasi yang optimal (pareto). Harga tersebut tidak terlalu mahal bagi konsumen dan tidak terlalu murah bagi produsen, harga pasar persaingan sempurna adalah harga yang “pas”. (Sunaryo, 2001 : 160)

Pasar persaingan sempurna adalah salah satu bentuk pasar yang paling sederhana. Pasar disebut bersaing sempurna jika :

1. Pembeli dan penjual adalah banyak, sehingga tidak ada satupun

diantara mereka yang dapat mempengaruhi harga di pasar.

2. Jenis hasil adalah sama (produk homogen)

3. Sumber daya yang digunakan untuk bermudah produksi mudah

dirubah kegunaannya.


(61)

2.2.7.4 Hubungan Harga Rumah Rata- Rata Terhadap Penyaluran Rumah

Apabila dalam suatu penyaluran KPR ditentukan dengan adanya kemampuan masyarakat untuk membeli, sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini harga dalam suatu barang (rumah) sangat berpengaruh dalam masyarakat karena apabila harga suatu rumah sekarang dapat dijangkau (turun) maka kemampuan masyarakat akan membeli rumah akan meningkat (naik) sehingga permintaan akan rumah type 36 juga akan naik.

2.3 Kerangka Pikir

Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah yang tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan perkapita tentunya akan menyulitkan masyarakat untuk memiliki rumah. Sedangkan pertumbuhan penduduk meningkat dari tahun ke tahun, terutama di daerah perkotaan baik karena melahirkan maupun akibat urbanisasi yang begitu besar. Oleh karena itu pemerintah memberikan kredit kepada masyarakat untuk memiliki rumah yang disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR). (Sukirno, 2004:34)

Kredit Pemilikan Rumah merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan kredit kepada masyarakat diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk memiliki rumah, sehingga mendorong mereka untuk membeli rumah. Namun banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk membeli rumah type 36 di Kota Surabaya dapat digambarkan sebagai berikut:


(62)

Pendapatan perkapita adalah pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun itu. Pendapatan perkapita disini merupakan pendapatan rata - rata penduduk suatu negara. Apabila pendapata nasional atau pendapatan rata- rata penduduk suatu Negara meningkat maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat ikut meningkat seiring meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat. ( Sukirno, 2002:24)

Dengan meningkatnya daya beli masyarakat tentunya menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang. Dimana masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang belum terpenuhi, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer yaitu berupa pakaian, makanan, dan rumah tinggal.

Dengan meningkatnya pendapatan perkapita tentunya masyarakat mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dalam hal ini rumah type 36. Yang artinya bahwa pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit Pemilikan Rumah.

2. Tingkat Suku Bunga KPR

Secara umum dikatakan bahwa peningkatan pendapatan masyarakat mendorong mereka untuk menikmati hidup lebih baik, antara lain dilakukan dengan cara berusaha untuk memiliki berbagai macam barang konsumtif tahan lama, diantaranya rumah tinggal. Akan tetapi bila dana tabungan mereka tidak mencukupi, maka untuk


(63)

memenuhi kebutuhan tersebut, mereka memanfaatkan Kredit Perumahan (Sutojo, 1995 : 168)

Kegiatan perbankan tidak bisa lepas dari faktor tingkat suku bunga sebagai salah satu variabel kunci dalam perekonomian. Tingkat buang adalah biaya pinjaman atau pendapatan dari perkreditan yang dinyatakan dalam presentase tahunan. Tingkat bunga memainkan peran penting bagi kalangan rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang – barang tahun lama, diantaranya rumah tinggal.

Tingkat suku bunga kredit merupakan harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, dimana harga tersebut terjadi dipasar. Menurunnya tingkat suka bunga kredit menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan akan kredit, sehingga kredit yang akan disalurkan juga akan mengalami kenaikan. (Anonim, 2000)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat suku bunga mempengaruhi permintaan Kredit Pemilikan Rumah dalam hal ini type 36.

3. Inflasi

Sukirno (2003: 303) mengemukakan bahwa tingkat inflasi adalah presentasi kecepatan kenaikan harga - harga dalam satu tahun tertentu. Dengan hal itu dapat dijelaskan bahwa apabila harga – harga dalam suatu tahun terus melambung tinggi akan mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi yang besar pula. Salah satu faktor yang menimbulkan inflasi adalah karena perubahan permintaan, atau disebut


(64)

Inflasi Tarikan Permintaan. Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan (dalam hal ini produsen) tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat yang wujud dalam pasaran. Untuk mengatasinya, produsen pada umumnya akan beroperasi pada kepastiannya yang maksimal, sehingga dengan begitu akan menimbulkan kenaikan harga – harga. Padahal kenaikan harga - harga tersebut akan menurunkan jumlah permintaan rumah yang berujung pada minimnya jumlah penerimaan KPR type 36.

4. Harga Rumah Rata- rata type 36

Dalam konsep yang paling sederhana, elastisitas dari harga adalah harga dari permintaan adalah presentase perubahan jumlah yang diminta dibagi dengan presentase perubahan harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa harga dan kuantitas berhubungan terbalik, sehingga perubahan harga dan perubahan barang yang diminta berbanding terbalik, sehingga perubahan dalam arah yang berlawanan. (Eachern, 2001 : 3)

Hal tersebut diatas menunjukkan hubungan antara harga dan permintaan, dimana bila harga barang naik maka permintaan akan turun begitu juga sebaliknya bila harga turun maka barang yang diminta akan bertambah. Tentunya dalam hal ini adalah penyaluran kredit akan kepemilikan rumah. Disaat harga rata - rata rumah naik atau tinggi maka permintaan akan rumah turun atau masyarakat cenderung kos / mengontrak rumah. Oleh karena itu masyarakat


(65)

menunda keinginannya untuk memiliki rumah sendiri sampai harga rata- rata rumah turun (stabil) sesuai dengan kemampuan mereka mereka. Dan pada saat harga rata- rata rumah sedang rendah atau sesuai dengan pendapatan masyarakat maka, mereka berusaha untuk memiliki rumah sendiri walaupun dengan cara kredit. Hal ini menunjukkan bahwa harga rumah rata - rata juga berpengaruh terhadadap permintaan kredit rumah type 36.

Gambar 8 : Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 36 Melalui BTN di Kota Surabaya.

Kemampuan untuk membeli rumah

Kemampuan untuk membeli rumah

Kemampuan untuk membeli rumah

Jumlah

pemintaan KPR Type 36 Tingkat Suku

Bunga Kredit (KPR)

Inflasi

Harga Rumah Rata- rata Type 36

Pendapatan Perkapita

Daya beli masyarakat


(66)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pokok permasalahan telah dikemukakan diatas , maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap pemasalahan penelitian yang masih dibuktikan secara empiris sebagai berikut :

1. Diduga Variabel Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya.

2. Diduga Variabel Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya.

3. Diduga Variabel Inflasi mempuyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya.

4. Diduga Variabel Harga Rumah Rata- rata mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank umum di Surabaya.

5. Diduga antara Tingkat Suku Bunga KPR dominan pengaruhnya terhadap


(67)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang perngoprasian atau pendefinisian konsep - konsep penelitian menjadi variabel - variabel termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang berkaitan dengan permintaan Kredit pemilikan rumah type 36 di kota Surabaya yaitu:

a. Variabel Terikat (Dependent variabel)

Dalam hal ini terdapat satu variabel terikat yaitu penyaluran kredit Pemilikan Rumah type 36 (Y) di Kota Surabaya. Pengukuran variabel ini dengan cara menghitung banyaknya Jumlah Permintaan Kredit Pemilikan Rumah type 36 yang dinyatakan dalam unit

b. Variabel Bebas ( Independent variabel )

Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh

variabel terikat (Dependent variabel ). Dalam pengertian ini sebagai

variabel bebas adalah faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit Rumah type 36 yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Pendapatan Perkapita (X1)

Yaitu pendapatan rata – rata tiap jiwa dalam kota Surabaya yang diperoleh dari Prodak Domestik Regional Bruto dibagi


(68)

dengan jumlah penduduk wilayah Kota Surabaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per tahun

2. Tingkat suku bunga KPR (X2)

Yaitu besarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh BTN dibayar dalam jangka waktu tertentu. Ukuran variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank yang dinyatakan dalam satuan presentase (%)

3. Inflasi (X3)

Yaitu kecenderungan naiknya harga- harga barang secara keseluruhan dan secara terus menerus. Ukuran variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi di Kota Surabaya sesuai dengan tahun penelitian yang dinyatakan dengan presentase (%)

4.Harga Rumah type 36

Harga rumah type 36 yang ditawarkan oleh BTN dibayar dalam jangka waktu tertentu. Ukuran variabel yang digunakan adalah harga rumah type 36 yang ditetapkan oleh bank yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per tahun

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini mencakup wilayah kota Surabaya. Dalam kaitannya dengan variabel- variabel tersebut, pada

penelitian ini yang akan digunakan adalah data berkala (Time Series)


(1)

87   

pertumbuhan ekonomi akibat krisis global menyebabkan menurunnya pertumbuhan pembelian rumah.

Tingkat Inflasi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. Hal ini disebabkan karena turunnya inflasi maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun sehingga akan meningkatkan jumlah permintaan rumah yang berujung meningkatnya permintaan kredit rumah.

Harga Rata - rata Rumah tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. Hal ini disebabkan karena Memiliki rumah sebagai tempat tinggal merupakan dambaan setiap keluarga dan juga bisa sebagai investasi jangka panjang juga mengingat jumlah keluarga yang terus bertambah, kebutuhan akan rumah masih akan terus meningkat sehingga jumlah permintaan kredit masih tetap maksimal. Meskipun harga rata – rata rumah tinggi masyarakat tetap membutuhkan rumah.

Tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara nyata ( signifikan ) terhadap jumlah penerimaan kredit rumah. Hal ini disebabkan karena apabila tingkat suku bunga naik maka masyarakat akan terdorong untuk menabung dan mengurangi jumlah konsumsi. Namun apabila tingkat suku bunga turun maka masyarakat akan terdorong untuk membeli barang / rumah. Bahwa tidak berpengaruh dominan terhadap permintaan KPR.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan

antara variabel bebas Pendapatan Perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga

(X2), Tingkat Inflasi (X3) dan Harga Rata-rata Rumah (X4) terhadap

variabel terikatnya Jumlah Peermintaan Kredit Rumah (Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah.

2. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X1) terhadap

Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya pendapatan perkapita tentunya masyarakat mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dan akan mempengaruhi penyaluran kredit rumah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dana Erlina S, Pendapatan Perkapita berpengaruh signifikan karena letak penelitian sama – sama di Surabaya namun pada Bank Mandiri.

3. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga (X2) terhadap

Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan


(3)

89   

4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Inflasi (X3) terhadap

Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) berpengaruh secara nyata negatif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini di sebabkan karena turunnya inflasi maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun sehingga akan meningkatkan jumlah permintaan rumah yang berujung meningkatnya permintaan kredit rumah. Peneliti yang telah dilakukan oleh Aditiamurti Wahyuni d, inflasi berpengaruh secara nyata karena sama – sama penelitian dilakukan di kota Surabaya.

5. Pengujian secara parsial atau individu Harga Rata - rata Rumah (X4)

terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan karena Memiliki rumah sebagai tempat tinggal merupakan dambaan setiap keluarga dan juga bisa sebagai investasi jangka panjang juga mengingat jumlah keluarga yang terus bertambah, kebutuhan akan rumah masih akan terus meningkat sehingga jumlah permintaan kredit masih tetap maksimal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Komariyah harga rumah berpenggaruh nyata karena sama – sama penelitian yang dilakukan di Surabaya


(4)

90   

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah memberikan kebijakan didalam menentukan tingkat suku

bunga rate sehingga banyak konsumen merealisasi dalam pembeliaan rumah.

2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan

ekonomi makro tetap stabil agar berdampak positif bagi perekonomian secara menyeluruh sehingga memberikan sinyal membaiknya sektor perumahan pada masa depan.

3. Pemerintah melalui Real Estat hendaknya mengembangkan sektor


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992, Undang – undang No. 14 tahun 1967 dan UU No 7 tahun 1992

tentang perbankan dan penjelasannya, Surabaya : Tinta Mas

, 2000, Pengembangan Harus Memperhatikan Aspek Hukum, Jakarta :Penerbit Konstruksi Indonesia

Arsyad, Lincolin, 2000. Ekonomi Pembangunan, Edisikedua, Yogyakarta :Penerbit STIE YKPN

Eugene Diulio. A. 1993. Uang dan Bank, Seri buku schaum, cetakan Kedua, Erlangga : Surabaya,

Frick, Heinz, 2005. Rumah Sederhana, Cetakan Kelima, Yogyakarta :Penerbit Kanisius

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Jakarta :Penerbit Erlangga.

Harijanto, 1996, Bank dan Kebijakan Moneter, Surabaya :Penerbit FE UPN “Veteran” JawaTimur

Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta :Penerbit PT. Raja Grafindo Persada

Puspopranoto, Sawaldjo, 2004. Keuanggan Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta :Penerbit LP3ES.

Rosyidi, Suherman, 2004. Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta : Raja Grofindo. Simorangkir, 2004.Pengantar Lembaga Keuangan Bank danNon Bank, Bogor

:Ghalia.

Soelistyo, 2001. Dasar – dasar Ekonometrika, Yogyakarta :Penerbit BPFE UGM Sukirno, Sadono, 2002. Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

, 2004, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, Penerbit PT. Raja GrafindoPersada.

Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Yogyakarta :Penerbit Andi

Suliyanto, 2005.Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Jakarta :Penerbit Ghalia Indonesia


(6)

Sutojo, Siswanto, 1995. Analisis Kredit Bank Umum, Jakarta :Penerbit Pustaka Binaan Pressindo.

Suyatno, Thomas, dkk, 1997. Kelembagaan perbankan, Jakarta :Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama

Timoticin, Kwanda, 2002. Dimensi Teknik Arsitektur, Surabaya :Penerbit Universitas Kristen Petra

PenelitianTerdahulu:

Dwi, Wiwin, 2005. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit

Pemilikan Rumah Sederhana type 36 di Kabupaten Sidoarjo, Skripsi FE

UPN “ Veteran” JawaTimur

Erlina, Dana, 2006. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit

Rumah type 36 KPR Mandiri di Surabaya, Skripsi FE UPN “Veteran”

JawaTimur

Komariyah, 2005.Beberapa Faktor yang mempengaruhi Permintaan Masyarakat

Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara, Skripsi FE UPN “Veteran” JawaTimur

Wahyuni, Aditiamurni, 2005. Analisis Permintaan Rumah Melalui Kredit

Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara, Skripsi FE UPN “Veteran”

JawaTimur.

Surya, Arpa, 2005. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah KPR – BTN Bagi

Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya, Tesis Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro Semarang

Wulan, Ratna, 2008. Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kredit

Kepemilikan Rumah dan Apartemen (KPRA) serta Pengaruhnya Terhadap Business cycle Indonesia, Jurnal FE dan Manajemen IPB