Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia

(1)

Model Summary Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .886a .785 .776 .26478

a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 24.258 4 6.065 86.502 .000a

Residual 6.660 95 .070

Total 30.919 99

a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA b. Dependent Variable: LNPERMINTAAN

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 18.431 .067 273.846 .000

LNPENDAPATAN .148 .077 .095 1.923 .000

Suku Bunga -.086 .025 -.175 -3.497 .001

LNUANGMUKA .728 .042 .893 17.254 .000

LNLOKASI .005 .042 .006 .115 .908


(2)

Lampiran

Lampiran 1.

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

MASYARAKAT TERHADAP KPR DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

I. DATA RESPONDEN

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Alamat :

4. Umur :

5. Status :

6. Pendidikan terakhir :

7. Pekerjaan :

A. Pertanyaan Tentang Pendapatan

1 Berapa total pendapatan Anda per bulan?

(a) Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000

(b) Rp. 5.000.001 - Rp. 7.500.000

(c) Rp. 7.500.001 - Rp. 10.000.000 (d) Rp. 10.000.001 - ke atas


(3)

B. Pertanyaan Tentang Kredit Perumahan

1 Di bank mana Anda mengambil kredit perumahan? (a) BNI

(b) Bank Mandiri

(c) BRI

(d) BTN

(e) Bank Panin

(f) Lainnya (………..)

2 Tipe rumah berapa yang Anda ambil?

(a) T.37/90 (d) T.60/120

(b) T.45/90 (e) Lainya (……….)

(c) T.54/120

3 Berapa besar harga rumah yang Anda ambil?

Rp. ………

4 Berapa lama jangka waktu KPR yang Anda ambil?

(a) 5 tahun (c) 15 tahun

(b) 10 tahun

5 Berapa jumlah uang muka yang Anda bayar pada saat akad kredit? Rp. ……….

6 Berapa jumlah angsuran kredit Anda perbulan? Rp. ……….

7 Berapa persen suku bunga kredit yangdiberikan oleh bank? Rp………


(4)

C. Pertanyaan Tentang Lokasi Perumahan

1 Apakah pada saat mengajukan KPR, faktor lokasi menjadi pertimbangan Anda?

2 Apakah lokasi perumahan dekat dengan tempat kerja / aktifitas Anda?

3 Berapa kira-kira jarak lokasi perumahan dari tempat kerja Anda?

Lampiran 2.

Hasil Uji Validitas sebelum variabel yang tidak valid dikeluarkan Scale

Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Jenis Kelamin 24.61 35.553 -.155 .735

Umur 23.73 33.411 .164 .721

Status 23.87 34.639 .073 .725

Pendidikan 24.04 33.413 .204 .718

Pekerjaan 23.17 30.526 .214 .727

Pendapatan perbulan

23.94 27.754 .848 .650

Tingkat Suku Bunga Kredit

23.59 30.770 .238 .720

Uang Muka 23.12 20.935 .746 .619


(5)

Perumahan

Jangka Waktu Pembayaran

22.76 35.093 -.042 .727

Harga Rumah 23.58 25.862 .738 .642

Angsuran Kredit

23.35 25.159 .746 .636

Lampiran 3.

Hasil uji validitas setelah variabel yang tidak valid dikeluarkan Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Umur 19.62 33.915 .168 .748

Status 19.76 35.174 .075 .752

Pendidikan 19.93 34.005 .195 .746

Pekerjaan 19.06 30.946 .222 .753

Pendapatan perbulan

19.83 28.203 .854 .678

Tingkat Suku Bunga Kredit

19.48 31.222 .244 .747


(6)

Lokasi Perumahan

19.27 29.856 .206 .768

Harga Rumah 19.47 26.292 .743 .670

Angsuran Kredit

19.24 25.558 .753 .664

Lampiran 4. Hasil UJi Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.743 10

Lampiran 5.

Hasil Uji Reliabilitas Untuk Setiap Unsur Pertanyaan No Item Pertanyaan Cronbach Alpha Reliabilitas

1. Umur 0,748 Reliabel

2. Status 0,752 Reliabel

3. Pendidikan 0,746 Reliabel

4. Pekerjaan 0,753 Reliabel

5. Pendapatan Perbulan 0,678 Reliabel

6. Tingkat Suku Bunga Kredit 0,747 Reliabel

7. Uang Muka 0,649 Reliabel


(7)

No Item Pertanyaan Cronbach Alpha Reliabilitas

9. Harga Rumah 0,670 Reliabel

10. Angsuran Kredit 0,664 Reliabel

Lampiran 6. Uji Normalitas Data

Lampiran 7.

Hasil Uji Multikolineritas

Model Colinerity Statistic

Tolerance VIF

Pendapatan .405 2.468

Suku Bunga .875 1.143

Uang Muka .439 2.280


(8)

Lampiran 8.

Hasil Uji Heterokedastisitas

Lampiran 9. Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Durbin-Watson

1 .886a .785 .776 1.018

Lampiran 10.

Hasil Analisis Regresi Berganda


(9)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 18.431 .067 273.846 .000

LNPENDAPATAN .148 .077 .095 1.923 .000

Suku Bunga -.086 .025 -.175 -3.497 .001

LNUANGMUKA .728 .042 .893 17.254 .000

LNLOKASI .005 .042 .006 .115 .908

a. Dependent Variable: LNPERMINTAAN

Lampiran 11.

Hasil Analisis Koefisien Determinasi ( )

Model Summary Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .886a .785 .776 .26478

a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA

Lampiran 12. Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 24.258 4 6.065 86.502 .000a

Residual 6.660 95 .070

Total 30.919 99

a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA b. Dependent Variable: LNPERMINTAAN


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Wilson, 2006. Manajemen Perbankan Indonesia. LP3ES, Jakarta.

Awang Firdaos, 2005, ” Analisis Pengaruh Jarak ke Jalan Lingkar Luar terhadap Nilai Jual Properti Perumahan di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta,”

Jurnal Survey dan Penilaian, Vol. 001, Jakarta.

Bank Indonesia. 2013. Surat Edaran No.15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Properti, Kredit Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit KendaraanBermotor.http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_ 154013.aspx, diakses pada tanggal 3 September 2015.

Bank Indonesia. 2001. Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember.Jakarta.

Bank Indonesia.2009. Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) Nomor 19, September. Jakarta.

Bank Indonesia. 2010. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 12/ 19 / PBI. Jakarta.

Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/ 13 / PBI. Jakarta.

Bank Indonesia.2012. Statistik Perbankan Indonesia 2007 sampai 2011. Jakarta

Bandyopadhyay Arindam and Saha Asish .“ Factors Driving Demand and Default

Risk in Residential Housing Loans: Indian Evidence“. Jurnal economic. Baitulloh, Hendrik (2010) , “ Analisis Pengaruh Aplikasi Kredit, Tingkat Suku

Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank Danamon Indonesia “ . Jurnal Ekonomi. Jakarta. Boediono, DR.1985. Ekonomi Moneter.Edisi ketiga.Yogyakarta :BPFE.

Brunner, K. dan A.H. Meltzer 1987, “Money Supply “ , Manu-script.

Diana, A.W. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Kredit pada Bank Umum di Indonesia Setelah Krisis Moneter(Skripsi),


(11)

Habiby, Rahmat, Tri, 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah

Dalam Meminjam Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Studi Kasus Di Kota Malang (jurnal), Universitas Brawijaya, Malang.

Indri Sedhana, 2010.Analisis Permintaan Efekti Rumah Sederhana di Kabupaten

Sidoarjo (Skripsi), Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya.

Natidya, BL. 2014.Reaksi Pasar Terhadap Kebijakan Bank Indonesia tentang

Pembatasan Loan To Value pada Kredit Pemilikan Rumah : Analisi Saham Perbankan dan Properti. Skripsi diterbitkan. Yogyakarta: Program

Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Rahma, 2010.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Perumahan Tipe Cluster (skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang.

Rahmawati Diah , (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit

Pemilikan Rumah Pada Bank Umum Di Indonesia(Skripsi), Fakultas

Ekonomi Universitas Surakarta.

S, Budi, 2009. Analisis Permintaan Rumah Sederhana di Kota Semarang (skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang.

Thomas Suyatno, 1997, Dasar-Dasar Perkreditan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tjoekam, 2000, Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Singgih, Santoso & Tjiptono Fandy, 2002, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia.


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan tepatnya di lokasi perumahan yang

ada di Kecamatan Medan Helvetia. Kecamatan Medan Helvetia mempunyai luas

wilayah sekitar 11,55 km dengan ketinggian wilayah 27 meter di atas permukaan

laut. Kecamatan Medan Helvetia memiliki 7 kelurahan yaitu Kelurahan Cinta

Damai, Kelurahan Siskambing, Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Helvetia

Tengah, Kelurahan Helvetia dan Kelurahan Tanjung Gusta yang terbagi atas 88

lingkungan. Pada tahun 2013 penduduk di Kecamatan Medan Helvetia sebanyak

416.391 jiwa penduduk yang terdiri dari 71.586 jiwa penduduk laki-laki dan

74.804 jiwa penduduk perempuan, dimana penduduk terbanyak terdapat di

Kelurahan Tanjung Gusta, yaitu sebanyak 11.444 jiwa.

3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di kecamatan medan helvetia ,

dimana jumlah populasinya berjumlah 144.257 orang.

b. Sampel

Menurut Dewi (2002) sampel dalam sebuah penelitian harus dipertimbangkan

atau diperhatikan, agar data yang diperoleh benar-benar merupakan data yang


(13)

gambaran tentang keadaan yang sesungguhnya. Pada keadaan ini dibutuhkan

sebahagian dari populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian tanpa

mengurangi mutu penelitian yaitu penelitian sampel.

Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2000) yakni

sebgai berikut:

n =

dimana : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = persen Pelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang

masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 5%, 10 %.

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

n = = 99,9 ≈ 100

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel yang diperoleh berjumlah

100 responden yang bekerja, baik sebagai karyawan swasta, pegawai BUMN,

maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diklasifikasikan berdasarkan

pendapatan yang diterimanya perbulan. Sampel dalam penelitian ini diambil

dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel

secara acak.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan


(14)

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan

menggunakan instrumen kuesioner terhadap masyarakat yang menghuni

perumahan KPR di Kecamatan Medan Helvetia. Menurut Notoatmodjo

(2005) dalam Silalahi (2009) wawancara adalah suatu metode yang

dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan

keterangan atau pendapat secara lisan dari responden melalui sebuah

pertemuan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur lain

yang membahas mengenai materi penelitian tersebut

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik mengumpulkan data yang akan digunakan

untuk menganalisis adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian kepada responden yang

terpilih. Menurut Arikunto (2002) penyusunan kuesioner sebagai instrumen

pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1). Mengadakan

identifikasi variabel-variabel yang ada di rumusan judul penelitian atau yang

tertera dalam masalah penelitian; 2). Menjabarkan variabel menjadi sub atau

bagian variabel; 3). Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel; 4).


(15)

deskriptor menjadi butiran-butiran instrumen; 6). Melengkapi instrumen

(pedoman atau instruksi) dan kata pengantar. Keseluruhan rincian variabel

menjadi subvariabel kemudian diteruskan menjadi indikator dan deskriptor

ini dikenal dengan kisi-kisi penyusunan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya jawab kepada

narasumber dan responden untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan

akurat.

3.5. Metode Analisis data

Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Kecamatan Medan

Helvetia dipengaruhi oleh variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari

Pendapatan, Suku Bunga Kredit, Uang Muka dan Lokasi Rumah. Metode analisis

yang akan digunakan untuk menganalisis pemintaan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) di Kecamatan Medan Helvetia ini dengan menggunakan model analisis

inferensial, yaitu analisis regresi berganda. Sebelum melakukan uji analisis regresi

berganda, kuesioner penelitian diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas untuk

menilai apakah semua komponen pertanyaan yang tercantum di dalam kuessioner

konsisten dan valid kemudian diuji kembali dengan uji asumsi klasik untuk

menilai apakah variabel memilki memiliki beberapa penyimpangan atau tidak.

3.6. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain, suatu tes atau


(16)

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas dilakukan untuk melihat

butir-butir pertanyaan mana yang layak (representative) untuk digunakan

mewakili variabel-variabel bebas dalam penelitian. Uji dilakukan dengan

menggunakan analisis faktor konfirmatori (confirmatori factor analysis) pada

masing-masing variabel laten. Apabila nilai loading factor pada indikator lebih

besar dari 0,5; maka indikator dapat digunakan untuk mengukur variabel (Chin,

dalam Ghozali dan Fuad, 2005).

3.7. Uji Reliabilitas

Selain harus valid, instrumen juga harus reliable (dapat diandalkan). Uji

reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat konsistensi instrumen yang

digunakan. Dengan demikian instrumen ini dapat dipakai dengan aman karena

dapat bekerja dengan baik pada waktu yang berbeda dari kondisi yang berbeda.

Jadi reliabilitas menunjukkan seberapa besar pengukuran dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek

yang sama. Uji reabilitas digunakan untuk menentukan apakah variable-variabel

yang dinyatakan di dalam kuessioner konsistensinya konsisten atau tidak.

Reliabilitas merujuk pada pengembangan dimana sebuah skala menghasilkan hasil

yang konsisten jika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang (Malhotra,

1999). Untuk nilai coefficient alpha (Cronbach’a Alpha) dengan nilai 0,6 atau kurang menunjukkan ketidakpuasan terhadap internal konsistensi reliabilitas


(17)

(Malhotra, 1999). Uji reliabilitas dapat diukur dengan dua cara yaitu repeated

mesasure atau pengukuran secara berulang dan one shot. Uji reliabilitas yang

digunakan oleh penulis adalah one shot yaitu pengukuran yang hanya dilakukan

satu kali.

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Normalitas data

Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data yang akan

diolah dalam suatu model regresi baik itu variabel dependen ataupun variabel

independen terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan

Kolmogorov dan Smirnov. Hipotesis yang diajukan yaitu Ho jika data

terdistribusi secara normal. Ha jika data tidak terdistribusi secara normal. Kriteria

pengambilan keputusan yaitu jika Sig (p) > 0,05 maka Ho diterima tetapi jika Sig

(p) < 0,05 Ho ditolak. Dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan

melihat nilai Asymp.sig (2- tailed).

3.8.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel independen

dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain

(Pratisto, 2010). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah

dengan nilai tolerance (TOL) dengan Varian Inflation Factor (VIF). Jika nilai

VIF lebih kecil dari 10 (VIF < 10) dan nilai TOL > 0,1 maka Ho diterima dan

tidak terjadi multikolineariti. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai TOL <


(18)

3.8.3 Uji Heterokedastisitas

Ada tidaknya masalah heterokedastisitas dilihat dari pola grafik yang

terbentuk pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, maka mengindikasikan

telah terjadi masalah heteroskesdastisitas, tetapi jika tidak ada pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heteroskesdastisitas.

3.8.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada korelasi antar

variabel dependen. Untuk melihat hasil uji ini digunakan uji Durbin Watson

(DW). Ketentuan pengambilan keputusan yaitu:

 Jika DW > batas atas (du), maka tidak ada autokorelasi

 Jika DW < batas bawah (dl), maka terjadi autokorelasi

 Jika dl< DW <du , maka tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau

tidak.

3.9. Uji Analisis Regresi Berganda

Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dinyatakan dalam

bentuk fungsi sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

dimana :

Y = Jumlah Permintaan Kredit Pemilikan Rumah

β0 = Konstanta

β1 , β2 , β3 , β4 = Parameter yang akan di estimasi


(19)

X2 = Suku Bunga Kredit

X3 = Uang muka

X4 = Lokasi rumah

e = Error termadalah sisa untuk pengamatan ke – n yang

diasumsikan bedistribusi normal yang saling bebas dan

identik dengan rata-rata 0 (nol) dab variansi σ2 3.10. Uji Statistik

3.10.1. Uji Statistik T

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap

dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 tidak

berpengaruh, H1 : ß1 > 0 berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 berpengaruh negatif.

Dimana ß1 adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilaiparameter

hipotesis.Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1

terhadap Y. Bila thitung > t tabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung <

ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan

apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan

yaitu 5%.

3.10.2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa

besar presentasi variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variable


(20)

persentaseyang nilainya berkisar antara 0<R2<1. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

independenamat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel independen. Secara umum koefisien determinasi

untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar

antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time

series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi.

3.10.3. Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka H0

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang

terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel

independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%.

3.11. Definisi Operasional

1. Permintaan kredit pemilikan rumah (Y) adalah kredit yang digunakan

untuk membeli rumah atau untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dengan

jaminan/agunan berupa rumah dalam Rupiah per tahun.

2. Pendapatan (X1) adalah besarnya penerimaan yang diperoleh setiap

individu dalam setiap bulan setelah dikurangi potongan-potongan lain


(21)

3. Suku Bunga Kredit (X2) adalah besarnya rata-rata bunga yang harus

dibayar atas pengambilan kredit dari perbankan yang dinyatakan dalam

bentuk persen setiap tahun.

4. Uang Muka (X3) adalah rata-rata rasio antara nilai agunan pada saat awal

pemberian kredit terhadap nilai kredit yang diberikan oleh bank umum

yang diukur dalam satuan rupiah.

5. Lokasi rumah (X4) adalah keberadaan atau letak rumah yang dapat

mempengaruhi keputusan masyarakat dalam membeli rumah yang diukur

dengan jarak perumahan menuju tempat kerja atau tempat beraktivitas


(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Sektor Perumahan di Indonesia Setelah Tahun 1998

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997-1998 adalah yang paling parah sepanjang orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan per kapita yang sangat drastis.Menurut Fischer (1998), sesungguhnya pada masa kejayaan

Negara-negara Asia Tenggara, krisis di beberapa negara, seperti Thailand, Korea

Selatan, dan Indonesia, sudah bisa diramalkan meski waktunya tidak dapat

dipastikan. Misalnya di Thailand dan Indonesia, defisit neraca perdagangan

terlalu besar dan terus meningkat setiap tahun, sementara pasar properti dan pasar

modal di dalam negeri berkembang pesat tanpa terkendali. Selain itu, nilai tukar

mata uang di dua Negara tersebut dipatok terhadap dolar AS terlalu rendah yang

mengakibatkan ada kecenderungan besar dari dunia usaha didalam negeri untuk

melakukan pinjaman luar negeri, sehingga banyak perusahaan dan lembaga

keuangan di negara-negara itu menjadi sangat rentan terhadap risiko perubahan

nilai tukar valuta asing. Dan yang terakhir adalah aturan serta pengawasan

keuangan oleh otoriter moneter di Thailand dan Indonesia yang sangat longgar

hingga kualitas pinjaman portfolio perbankan sangat rendah. Sementara menurut

McLeod (1998), krisis rupiah di Indonesia adalah hasil dari akumulasi

kesalahan-kesalahan pemerintah dalam kebijakan-kebijakan ekonomi selama orde baru,

termasuk diantaranya kebijakan moneter yang mempertahankan nilai tukar rupiah


(23)

Krisis Ekonomi pada tahun 1997-1998 di Indonesia juga berdampak pada

sektor properti, kenaikan bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah

aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, mengakibatkan

sektor properti dalam kasus ini di bidang perumahan mengalami penurunan.

Tingginya harga rumah dan tingkat suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.Lemahnya daya beli

masyarakat berpenghasilan rendah disebabkan oleh biaya hidup yang semakin

meningkat padahal pendapatan tetap bahkan cenderung turun, sehingga

pemenuhan atas kebutuhan memiliki rumah tinggal sendiri untuk sementara

ditunda. Peningkatan suku bunga KPR yang tinggi menyebabkan para investor di

sektor properti menurunkan jumlah produksinya. Keputusan ini diambil terkait

dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah berupa peningkatan suku bunga,

sebab jika unit rumah terus dibangun dikhawatirkan pemasaran akan terganggu.

Sebaliknya, bagi masyarakat berpenghasilan rendah, tingkat suku bunga kredit

perumahan yang relatif tinggi dapat mematahkan keinginannya untuk memiliki

rumah dengan fasilitas KPR. Sisi baik dari tingginya tingkat suku bunga kredit

saat itu adalah dengan tingkat suku bunga KPR di Indonesia yang relatif tinggi,

menyebabkan perbankan sangat selektif dalam memberikan KPR kepada

orang-perorang dengan prosedur yang konservatif untuk melakukan assesment

kemampuan bayar konsumen, sedangkan secara psikologis menyebabkan

konsumen tidak memanfaatkan KPR jika tidak perlu sekali atau tidak terdapat


(24)

Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 juga berdampak

terhadap negara berkembang khususnya Indonesia. Meskipun dampak dirasakan

belum separah yang dialami negara maju, namun ada khwatiran dari pelaku

ekonomi dan pengusaha dalam negeri. Krisis ekonomi global mulai ditandai

dengan runtuhnya lembaga keuangan terbesar di dunia asal Amerika Lehman

Brother, kredit macet sektor perumahan (subprime mortgage) dan disusul

kebangkrutan industri otomotifnya, seperti General Motor dan Ford. Musibah

yang menimpa di Amerika juga serentak dirasakan negara-negara maju Eropa.

Sebelum krisis keuangan global, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan

ekonomi cukup baik di atas 6% per tahun (2007 – 2008). Kemudian pada saat mulai terjadi krisis global di awal tahun 2009, ekonomi Indonesia mengalami

penurunan hingga laju pertumbuhannya hanya 4% meski tidak separah

negara-negara Asia lainnya yang turun menjadi minus 2% hingga 6%. Berbagai usaha

dilakukan pemerintah, terutama dukungan paket stimulus serta penurunan suku

bunga secara konsisten serta ditopang oleh konsumsi domestik yang tinggi, pada

kuartal tiga ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 4,2% dan di akhir tahun 2009

meningkat lagi jadi 4,5%. Selanjutnya Pemerintah memprediksi bahwa ekonomi

Indonesia akan tumbuh menjadi 5,5% di akhir tahun 2010 dan terus meningkat

hingga di atas 7% di akhir tahun 2014. Akibatnya krisis keuangan global pada

tahun 2008 tidak begitu berdampak pada sektor properti dapat dilihat dengan para

pengembang yang tetap melanjutkan proyek propertinya termasuk pembangunan

hotel dan perumahan yang sempat tertunda karena krisis global.Setelah


(25)

ini kredit pemilikan rumah terus mengalami peningkatan yang pesat. Tingginya

permintaan masyarakat terhadap kredit pemilikan rumah (KPR) mendorong para

pengembang untuk terus berinvestasi pada sektor properti. Meski pun pada tahun

2015, sektor properti mengalami perlambatan, yang dikarenakan melemahnya

kurs rupiah, namun hal ini belum terlalu berdampak pada kredit pemilikan rumah

(KPR) menengah disebabkan biaya produksi sebagian besar menggunakan bahan

baku domestik dan harga properti kelas menengah sangat bergantung pada kondisi

daya beli masyarakat.

4.2 Perkembangan Sektor Perumahan di kota Medan

Kota Medan merupakan satu kota besar di luar Pulau Jawa yang memiliki

potensi untuk dikembangkan. Kota Medan merupakan sentra perekonomian di

Pulau Sumatera, terbukti dari berdirinya Bandara Internasional Kuala Namu

Internasional, dan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan pusat belanja,

apartemen dan ruang perkantoran. Semakin menggeliatnya perekonomian di Kota

Medan berdampak kepada pertumbuhan properti di ibukota Provinsi Sumatera

Utara itu yang dinilai cukup signifikan yaitu berkisar 5-10 persen. Pertumbuhan

tersebut juga tidak terlepas dari semakin tingginya permintaan dari masyarakat

akan rumah tinggal di Kota Medan. Namun, menurut ketua Real Estate Indonesia

Sumut, Tomi Wistan, memprediksi pertumbuhan properti di Medan tahun ini

melambat atau lebih rendah dari tahun lalu yang disebabkan antara lain naiknya

suku bunga kredit kepemilikan rumah. Penyebab melemahnya permintaan properti

khususnya rumah sederhana merupakan dampak melemahnya daya beli yang


(26)

inflasi yang tinggi. Daya beli semakin lemah karena selain suku bunga kredit

kepemilikan rumah (KPR) naik, juga akibat penerapan aturan loan to payment

(LTP) atau uang muka yang besar dan termasuk semakin sulitnya mendapatkan

harga lahan yang murah. Pertumbuhan KPR di kota Medan pada triwulan I 2014

mencapai 0,26 % dari Rp12,85 triliun pada desember 2013 menjadi Rp12,89

triliun pada maret 2014. Sedangkan kredit pemilikan apartemen hingga tipe 21

pada Agustus 2013 melonjak tajam mencapai 128,27% atau sebesar Rp4,5 miliar

dari bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,9 miliar. Hal ini menunjukan

perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menengah / sederhana di kota

Medan tidak terlalu banyak mengalami peningkatan (bergerak lamban),

sedangkan kredit pemilikan apartemen mengalami lonjakan tajam dibandingkan

tahun sebelumnya yang diakibatkan berubahnya pola pikir masyarakat yang lebih

memilih untuk tinggal di apartemen.

4.3 Hasil Analisis Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuessioner bagi objek

(pelaku KPR) di sekitar kecamatan Medan Helvetia sedangkan data sekunder

diperoleh dari badan atau lembaga yang bersifat angka-angka.

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk melihat apakah data-data pada suatu


(27)

Table 4.1

Hasil Uji Validitas ( Sebelum variabel yang tidak valid dikeluarkan) Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

Jenis Kelamin 24.61 35.553 -.155 .735

Umur 23.73 33.411 .164 .721

Status 23.87 34.639 .073 .725

Pendidikan 24.04 33.413 .204 .718

Pekerjaan 23.17 30.526 .214 .727

Pendapatan perbulan

23.94 27.754 .848 .650

Tingkat Suku Bunga Kredit

23.59 30.770 .238 .720

Uang Muka 23.12 20.935 .746 .619

Lokasi Perumahan

23.38 29.228 .213 .739

Jangka Waktu Pembayaran

22.76 35.093 -.042 .727

Harga Rumah 23.58 25.862 .738 .642

Angsuran Kredit 23.35 25.159 .746 .636

Sumber : Data diolah oleh penulis

Berdasarkan tabel diatas yang digunakan untuk melihat kevalidan

kuesioner adalah Corrected Item-Total Correlation atau korelasi antar skor item.

Pengambilan keputusannya valid atau tidaknya pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner adalah jika nilai corrected item total correlation (R hitung) > 0.05.


(28)

jangka waktu pembayaran adalah pertanyaan yang tidak valid di dalam

kuessioner. Untuk itu hanya ada sepuluh pertanyaan yang valid dalam kuesioner

dan akan diuji kembali.

Tabel 4.2

Hasil uji validitas (setelah item yang tidak valid dikeluarkan) Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbac h's Alpha if Item Deleted

Umur 19.62 33.915 .168 .748

Status 19.76 35.174 .075 .752

Pendidikan 19.93 34.005 .195 .746

Pekerjaan 19.06 30.946 .222 .753

Pendapatan perbulan

19.83 28.203 .854 .678

Tingkat Suku Bunga Kredit

19.48 31.222 .244 .747

Uang Muka 19.01 21.323 .749 .649

Lokasi Perumahan 19.27 29.856 .206 .768

Harga Rumah 19.47 26.292 .743 .670

Angsuran Kredit 19.24 25.558 .753 .664

Sumber: Data dioleh oleh Penulis

Berdasarkan hasil output uji validitas, setelah item jenis kelamin dan


(29)

correlation (R hitung) > alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa umur, status,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan, tingkat suku bunga kredit,uang

muka, lokasi perumahan, harga rumah dan angsuran kredit adalah item pertanyaan

yang valid karena nilai dari kesepuluh item tersebut > 0,05.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah variabel-variabel

yang dinyatakan di dalam kuesioner konsistensinya konsisten atau tidak konsisten.

Reliabilitas merujuk pada pengembangan dimana sebuah skala menghasilkan hasil

yang konsisten jika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang (Malhotra,

1999). Untuk nilai coefficient alpha (Cronbach’a Alpha) dengan nilai 0,6 atau kurang menunjukkan ketidakpuasan terhadap internal konsistensi reliabilitas

(Malhotra, 1999). Uji reliabilitas dapat diukur dengan dua cara yaitu repeated

mesasure atau pengukuran secara berulang dan one shot. Uji reliabilitas yang

digunakan oleh penulis adalah one shot yaitu pengukuran yang hanya dilakukan

satu kali.

Table 4.3

Hasil Uji Reliabilitas berdasarkan hasil output spss19 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.743 10

Sumber : Data diolah oleh penulis

Berdasarkan hasil output spss diatas maka diperoleh nilai cronbach’s

alpha atau koefisien alpha secara keseluruhan adalah 0,743 > 0,60 sehingga


(30)

status, pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan, tingkat suku bunga kredit,

uang muka, lokasi perumahan, harga rumah dan angsuran kredit konsisten untuk

diuji lebih lanjut, karena nilai cronbach’s alpha atau koefisien alpha lebih besar dari 0,60.

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas untuk setiap Unsur Pertanyaan

No Item Pertanyaan Cronbach Alpha Reliabilitas

1. Umur 0,748 Reliabel

2. Status 0,752 Reliabel

3. Pendidikan 0,746 Reliabel

4. Pekerjaan 0,753 Reliabel

5. Pendapatan Perbulan 0,678 Reliabel

6. Tingkat Suku Bunga Kredit 0,747 Reliabel

7. Uang Muka 0,649 Reliabel

8. Lokasi Perumahan 0,768 Reliabel

9. Harga Rumah 0,670 Reliabel

10. Angsuran Kredit 0,664 Reliabel

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa umur, status, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan perbulan, tingkat suku bunga kredit, uang muka, lokasi

perumahan, harga rumah dan angsuran kredit konsisten untuk diuji lebih lanjut,


(31)

4.4 Analisis Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosial– Ekonomi Responden

Analisis ini bertujuan untuk melihat jumlah responden dan melihat

bagaimana profil responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

Profil responden meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan

terakhir, pekerjaan dan pendapatan. Data-data tersebut dioleh berdasarkan spss 19,

yaitu :

4.4.1 Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden, 87%

diantaranya berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sisanya sebanyak 13% dengan

jenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis

kelamin laki-laki lebih banyak menambil KPR dibanding dengan perempuan.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.5

Deskriptif Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persen

Pria 87 87.0

Perempuan 13 13.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.4.2 Usia


(32)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden diantaranya yang berusia 31-40 tahun keatas sebesar 59%, dan sisanya 21% berumur 41 tahun

keatas, dan usia 20-30 tahun sebesar 20%, hal ini menunjukkan bahwa responden

memiliki tingkat kemapanan membeli rumah pada usia 31 tahun – 20 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6

Deskriptif Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi Persen

20 Tahun - 30 Tahun 20 20.0

31 Tahun - 40 Tahun 59 59.0

41 Tahun ke atas 21 21.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.4.3 Status pernikahan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden sebesar 13%

belum menikah dan selebihnya sebesar 87% responden telah menikah. Hal ini

menunjukkan bahwa responden yang berstatus menikah lebih banyak mengambil

KPR disbanding responden yang berstatus belum menikah. Hal ini tentunya

menunjukkan bahwa faktor status dapat mendorong masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan financial keluarganya khususnya tempat tinggal yang menjadi salah

satu faktor untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Selebihnya 13% responden

yang berstatus belum menikah yang mengambil KPR dengan alasan sebagai

investasi jangka panjang. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.7


(33)

Status Pernikahan Frekuensi Persen

Belum Menikah 13 13.0

Menikah 87 87.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.4.4 Pendidikan Terakhir

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden 35%

pendidikan terakhir SMA, 60% S1, dan 5% S2. Hal ini menunjukkan bahwa

responden yang rata-rata sudah memiliki gaji yang bisa mengajukan kredit

perumahan adalah memiliki pendidikan terakhir S1, untuk lebih jelas dapat dilihat

dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Deskriptif Sosial Ekonomi Responden BerdasarkanPendidikan Terakhir Frekuensi Persen

SMA 35 35.0

S1 60 60.0

S2 5 5.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.4.5 Pekerjaan / Profesi

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden sebesar 28%

memiliki pekerjaan PNS, sebesar 24% pegawai swasta, 11% pegawai BUMN,

serta profesi lainnya sebesar 37%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membeli


(34)

pegawai swasta, pegawai BUMN, profesi lainnya juga mengajukan kredit

perumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.9

Deskriptif Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persen

PNS 28 28.0

Pegawai Swasta 24 24.0

Pegawai BUMN 11 11.0

Profesi Lainnya 37 37.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.4.6 Pendapatan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 100 responden sebesar 38%

memiliki pendapatan Rp 2,5 juta – Rp 5 jt, 46% memiliki pendapatan Rp 5 jt – Rp. 7,5 jt, memiliki pendapatan Rp 7,5 jt – Rp. 10 jt dan hanya Rp. 10 jt keatas hanya 2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata yang mengambil kredit

perumahan rakyat (KPR) adalah orang-orang yang memiliki pendapatan 5 juta

sampai dengan 7.5 juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.10

Desrkiptif Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Frekuensi Persen

2,5 jt- 5jt 38 38.0

5jt- 7,5 jt 46 46.0


(35)

10 jt ke atas 2 2.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

4.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Normalitas data

Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data yang akan

dioleh dalam suatu model regresi baik itu variabel dependen ataupun variabel

independen terdistribusi secara normal atau tidak. Jika model regresi yang baik

adalah terdistribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji

normalitas, data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat norma

probability plot. Setelah dimasukkan data dan diolah dengan program SPSS 19,

diperoleh hasil uji normal probability plot seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 Grafik Probabilty Plot


(36)

Berdasarkan grafik uji normalitas tersebut dapat dilihat bahwa sebaran

data pada grafik tersebar dikelilingi garis lurus dan tidak terpencar, artinya bahwa

data terdistribusi secara normal.

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel independen

dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain

(Pratisto, 2010). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah

dengan nilai tolerance (TOL) dengan Varian Inflation Factor (VIF). Jika nilai

VIF lebih kecil dari 10 (VIF < 10) dan nilai TOL > 0,1 maka Ho diterima dan

tidak terjadi multikolineariti. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai TOL <

0,1 maka Ha diterima dan terjadi multikolineariti.

Tabel 4.11 Uji Multikolineritas

Model Colinerity Statistic

Tolerance VIF

Pendapatan .405 2.468

Suku Bunga .875 1.143

Uang Muka .439 2.280

Lokasi .929 1.077

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

Berdasarkan hasil output menunjukkan bahwa pendapatan, suku bunga


(37)

inflation faktor (VIF) lebih kecil dari 10 (2.468 < 10) untuk X1, X2 (1.143 < 10),

X3 (2.280 < 10) X4 (1.077< 10). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolineritas antar variabel independent dalam model regresi.

4.5.3 Uji Heterokedastisitas

Ada tidaknya masalah heterokedastisitas dilihat dari pola grafik yang

terbentuk pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, maka mengindikasikan

telah terjadi masalah heteroskesdastisitas, tetapi jika tidak ada pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heteroskesdastisitas.

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Berdasarkan hasil ouput di atas dapat dilihat bahwa penyebaran titik tidak


(38)

meyebar di semua sumbu sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak memiliki

gejala heterokedastisitas.

4.5.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel

pengganggu lainnya. Cara mengetahui autokorelasi dapat digunakan dengan

Durbin Watson. Jika angka Durbin Watson berkisar antara -2 sampai dengan +2

maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi. Sedangkan jika DW

dibawah -2 berarti terdapat autorelasi positif dan jika angka DW diatas +2 berarti

terdapat korelasi negatif.

Data yang diolah dengan menggunakan SPSS 19, maka didapatkan hasil

autokorelasi dengan nilai DurbinWatson

Tabel 4.12 Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Durbin-Watson

1 .886a .785 .776 1.018

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

Berdasarkan hasil output diatas diketahui bahwa nilai Durbin Watson dari

hasil model regresi adalah 1.018. Langkah selanjutnya adalah kita melihat nilai

du dan dl, cara mententukan nilai du dan dl adalah dengan menetapkan nilai

kepercayaan (α) = 0.05 dengan sampel (n) =100 dan variabel tidak bebasnya ada tiga. Sehingga diperoleh nilai dl berdasarkan tabel durbin watson sebesar 1,6131

dan nilai du sebesar 1,7374. Sehingga berdasarkan data tersebut dapat diketahui


(39)

≤ 4-du,1,6131 ≤ 1,018 ≤ 2,2869, maka koefisien autokorelasi sama dengan 0 berarti tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif sehingga Ho

diterima.

4.6 Uji Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel independent

yang mempengaruhi permintaan kredit pemeilikan rumah (KPR) dibeberapa bank

di Kota Medan, maka disajikan hasil perhitungan statistik yang diperoleh dengan

menggunakan program SPSS 19 sebagai berikut :

Tabel 4.13 Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 18.431 .067 273.846 .000

LNPENDAPATAN .148 .077 .095 1.923 .000

Suku Bunga -.086 .025 -.175 -3.497 .001

LNUANGMUKA .728 .042 .893 17.254 .000

LNLOKASI .005 .042 .006 .115 .908

a. Dependent Variable: LNPERMINTAAN Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

Hasil persamaan regresi linear berganda antara Pendapatan (X1), suku

bunga kredit (X2), uang muka (X3) dan lokasi rumah (X4) adalah sebagai berikut

ini :

Y = 18.431+ 0.148 X1 – 0,086X2 + 0,728 X4 +0,005 X5

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh variabel


(40)

terhadap variabel dependen yakni permintaan kredit pemilikan rumah di

Kecamatan Medan Helvetia adalah sebagai berikut :

1) Pendapatan (X1)

Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pemilikan

rumah di Kecamatan Medan Helvetia dengan koefisien regresi sebesar

0,148 dimana artinya jika pendapatan naik sebesar 10% maka akan

menyebabkan kenaikan permintaan kredit pemilikan rumah sebesar 1,48%.

2) Suku bunga kredit (X2)

Dari hasil regresi ditemukan bahwa suku bunga kredit mempunyai

hubungan negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan

rumah, dengan nilai koefisien 0,086, artinya apabila variabel tingkat suku

bunga kredit mengalami kenaikan 10% maka akan menyebabkan

penurunan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di Kecamatan

Medan Helvetia sebesar 0,86%. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap

permintaan kredit.

3) Uang Muka (X3)

Dari hasil regresi ditemukan bahwa uang muka mempunyai hubungan

positif terhadap permintaan kredit pemilikan rumah di Kota Medan,

dengan nilai koefisien 0,728, artinya apabila variabel uang muka

mengalami kenaikan 10% maka akan menyebabkan kenaikan permintaan


(41)

yang berarti variabel uang muka mempengaruhi besarnya permintaan

kredit pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia.

4) Lokasi Rumah (X4)

Variabel lokasi rumah mempunyai hubungan negatif terhadap permintaan

kredit pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia, dengan nilai

koefisien 0,005. Artinya apabila variabel lokasi rumah mengalami

kenaikan 10% maka akan menurunkan permintaan kredit pemilikan rumah

seseorang sebesar 0,05%. Hal ini disebabkan karena masyarakat

cenderung mempertimbangkan faktor lokasi, mayoritas masyarakat

merupakan kalangan menengah, faktor keamanan dan kenyamanan serta

akses jalan yang mendukung tentunya akan di rencanakan oleh para kredit

kepemilkan rumah (KPR).

4.7 Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

masing-masing variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen.Dalam regresi pengaruh pendapatan, suku bunga kredit, uang

muka, dan lokasi rumah terhadap kredit pemilikan rumah (KPR).

1) Variabel Pendapatan (X1)

Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa variabel

pendapatan berpengaruh signifikan terhadap KPR di Kecamatan Medan

Helvetia dengan nilai sig < 0.05 (0.000 < 0.05) pada tingkat kepercayaan

95%.


(42)

Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa variabel suku

bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap KPR di Kecamatan Medan

Helvetia dengan nilai sig < 0.05 (0.001 < 0.05) pada tingkat kepercayaan

95%.

3) Uang Muka (X3)

Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa variabel uang

muka berpengaruh signifikan terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia

dengan nilai sig < 0.05 (0.000 < 0.05) pada tingkat kepercayaan 95%.

4) Lokasi Rumah (X4)

Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa variabel lokasi

rumah berpengaruh tidak signifikan terhadap KPR di Kecamatan Medan

Helvetia dengan nilai sig > 0.05 (0.908 > 0.05) pada tingkat kepercayaan

95%.

4.8 Uji R2( Koefisien Determinasi)

Dari hasil analisis data diketahui bahwa nilai R Square adalah 0.755, hal

ini menunjukkan bahwa korelasi atau model yang dibangun antara variabel

pendapatan (X1), suku bunga kredit (X2), uang muka (X3) dan lokasi rumah (X4)

mampu menjelaskan variasi permintaan kredit kepemilikan rumah sebesar 78,5%

sedangkan sisanya 21,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutksertakan


(43)

Tabel 4.11 Hasil Uji R Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .886a .785 .776 .26478

a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis 4.9 Uji F

Pengujian terhadap semua variabel independen didalam model estimasi,

untuk uji F secara serentak dapat diinterprestasikan bahwa secara

bersama-sama pendapatan (X1), suku bunga (X2), uang muka ( X3) dan lokasi (X4)

berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit kepemilikan rumah,

sebagaimana hasil uji nilai sig (0.000 < 0.05).

4.10 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dijelaskan bahwa pengaruh

variabel independen yaitu pendapatan, suku bunga kredit, uang muka dan lokasi

rumah terhadap variabel dependen yaitu permintaan kredit pemilikan rumah di

Kecamatan Medan Helvetia adalah :

1. Pendapatan

Variabel pendapatan berpengaruhi positif terhadap permintaan kredit

pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia. Artinya, pendapatan

meningkat akan menyebabkan permintaan terhadap kredit pemilikan


(44)

flat (tetap), memberi keringanan bagi masyarakat berpenghasilan

menengah kebawah untuk mengambil KPR.

2. Suku bunga kredit

Variabel suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan

kredit pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia. Artinya

kenaikan suku bunga kredit akan menyebabkan penurunan permintaan

kredit pemilikan rumah. Masyarakat akan membatalkan atau menunda

keinginan untuk membeli KPR apabila suku bunga kredit mengalami

kenaikan. Hal ini disebabkan pendapatanmasyarakat di Kecamatan

Medan Helvetia yang umumnya berpenghasilan menengah ke bawah,

sehingga mereka akan berpikir ulang untuk membeli KPR dikarenakan

masih banyaknya kebutuhan lain yang harus diutamakan selain KPR.

3. Uang muka

Variabel uang muka mempunyai hubungan positif terhadap permintaan

kredit pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia. Artinya,

apabila variabel uang muka mengalami kenaikan maka akan

menyebabkan kenaikan permintaan kredit pemilikan rumah di

Kecamatan Medan Helvetia.

4. Lokasi rumah

Variabel lokasi rumah mempunyai hubungan negatif terhadap

peremintaan kredit pemilikan rumah di Kecamatan Medan Helvetia.

Artinya apabila variabel lokasi rumah naik maka akan menurukan


(45)

yang mengambil KPR di Kecamatan Medan Helvetia merupakan

masyarakat yang berpenghasilan menengah sehingga faktor lokasi

rumah menjadi pertimbangan penting untuk mengambil KPR.

Masyarakat lebih memilih membeli KPR yang dekat dengan lokasi

kerja, aksesbilitas jalan yang mendukung, mudah di jangkau kendaraan

umum, dekat dengan fasilitas umum seperti sekolah, pasar tradisional


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya maka akan ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Variabel pendapatan (X1) berhubungan positif dan berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah di Kecamatan

Medan Helvetia.

b. Variabel Suku Bunga (X2) berhubungan negatif dan berpengaruh

secara signifikan terhadap permintaan KPR diKecamatan Medan

Helvetia.

c. Variabel uang muka (X3) berhubungan positif dan berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan kredit kepemilikan rumah (KPR) di

Kecamatan Medan Helvetia. Hal ini disebabkan karena adanya

subsidi dan penetapan uang muka yang dilakukan pemerintah melalui

bank sentral.

d. Variabel lokasi (X4) berhubungan negatif dan berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan KPR di Kecamatan Medan Helvetia,

hubungan tersebut negatif karena masyarakatcenderung

mempertimbangkan faktor lokasi. Mayoritas masyarakat yang

mengambil KPR merupakan kalangan menengah. Faktor Keamanan


(47)

aksesbilitas jalan yang mendukung dan tentunya akan memiliki nilai

investasi yang tinggi di masa yang akan datang yang menjadi alasan

mereka mengambil KPR dengan memproritaskan atau melihat faktor

lokasi rumah pada saat mengambil KPR tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan proses selama melakukan penelitian, ada beberapa hal yang

dapat dijadikan saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Kebijakan peningkatan pemberian fasilitas kredit KPR lebih

diprioritaskan pada pemberian fasilitas kredit pemilikan rumah

sederhana yang sesuai dengan pendapatan masyarakat kota Medan

khususmya di Kecamatan Medan Helvetia pada umumnya sehingga

bisa diterima dan terjangkau oleh lapisan masyarakat.

2. Subsidi dalam bentuk penurunan suku bunga KPR, masih sangat

dibutuhkan untuk membantu daya beli masyarakat berpenghasilan

menengah kebawah dalam memiliki rumah sederhana.

Berubah-ubahnya suku bunga kredit yang di tawarkan pada pihak perbankan

mengakibatkan timbulnya masalah yang dapat mempengaruhi daya

cicil masyarakat. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang melakukan

take over (penjualan kembali) dan mengalami kredit bermasalah

bahkan sampai penyitaan rumah oleh pihak perbankan. Untuk

mengatasi itu, diperlukan adanya kebijakan dari bank sentral dan

kementrian perumahan terkait aturan suku bunga kredit yang


(48)

3. Penelitian ini masih terbatas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia, maka penulis

menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambahkan variabel

lain selain pendapatan, suku bunga, uang muka dan lokasi ke dalam

penelitian berikutnya untuk mengetahui lebih dalam faktor apa saja


(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal

yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No. 1, 2011). Sedangkan

Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmanidan rohani serta

keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (WHO,2001).

Menurut Suhar madi (1985). Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari

pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat

untuk beristirahat setelah melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi

seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya

dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari

faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Dalam

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,

perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.

Fungsi rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang


(50)

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat

melasanakan kewajiban sehari-hari.

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa

kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat

ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga

yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

2.1.1 Teori Permintaan

Menurut Sukirno (2005) permintaan adalah keinginan konsumen membeli

suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode waktu tertentu.

Fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan

sebagai :

Dx = f ( Y, Py, T, u )

Dimana :

Dx = Jumlah barang yang diminta

Y = Pendapatan Konsumen

Py = Harga Barang Lain

T = Selera

U = Faktor-faktor Lainnya

Persamaan tersebut berarti jumlah barang x yang diminta dipengaruhi oleh


(51)

lainnya. Dimana Dx adalah jumlah barang x yang diminta konsumen, Y adalah

pendapatan konsumen, Py adalah harga barang selain X, T adalah selera

konsumen dan u adalah Faktor-faktor lainnya. Dalam kenyataannya permintaan

menggantikan barang yang mengalami kenaikan harga. Dalam jangka waktu lebih

lama konsumen akan mencari barang alternatif untuk akan suatu barang tidak

hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri namun juga oleh faktor-faktor

lain.

Dapat disimpulkan bahwa, suatu permintaan hanya akan terjadi apabila

terdapat keinginan dan kesediaan konsumen untuk membeli suatu barang dan jasa

yang di dukung oleh daya beli atau kemampuan masyarakat. Permintaan yang

didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif sedangkan permintaan yang

hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolute atau

potensial (Sudarsono,1986). Permintaan merupakan hubungan antara berbagai

tingkat harga yang memungkinkan suatu produk dengan sejumlah produk dimana

konsumen berkeinginan dan mampu untuk membeli selama periode tertentu dan

faktor lain dianggap tetap. Dalam arti ekonomi adalah keinginan yang didukung

daya beli atau kesediaan untuk membeli (Partadiredjo, 1985).

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya

terhadap perubahan permintaan suatu komoditas.Secara umum elastisitas

permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price

elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of


(52)

demand).Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah.Menurut

Sukirno (2005:102) pengukuran elastisitas permintaan sangat bermanfaat bagi

pihak swasta dan pemerintah. Bagi pihak swasta pengukuran elastisitas

permintaan dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun kebijakan

perekonomian yang akan dilaksanakannya seperti misalnya kebjakan impor

komoditi yang akan mempengaruhi harga yang ditanggung rakyatnya. Pengukuran

elastisitas permintaan kerap dinyatakan dalam ukuran koefisien elastisitas

permintaan. Koefisien permintaan merupakan ukuran perbandingan persentase

perubahan harga atas barang tersebut (Sukirno, 2005:104). Jadi elastisitas

permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas

yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris

paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara

persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu

besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah

komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto,

2005).

Teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli

terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan

antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin

rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang

tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang tersebut maka


(53)

untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap permintaan

sesuatu barang. Oleh sebab itu, dalam membicarakan teori permintaan, ahli

ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana. Dalam analisis ekonomi

dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat

harganya. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah

hubungan antara jumlah permintaan terhadap suatu barang dengan harga barang

tersebut.

2.1.2 Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok

Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan,

atu pembagian hasil keungtungan. Sedangkan menurut Undang-Undang

Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam dunia perbankan kredit digolongkan menjadi berbagai macam yang

dapat dimanfaatkan oleh debitur dalam memenuhi kebutuhanan dan digunakan

bank dalam menjalankan fungsi penyaluran dana dari unit surplus ke unit defisit.


(54)

1. Berdasarkan Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek (short term loan) memiliki jangka waktu

pengembalian kurang dari 1 tahun. Kredit jangka pendek acap digunakan

untuk kelancaran operasi perusahaan, termasuk penyediaan dana untuk

modal kerja.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan) memiliki jangka waktu 1

hingga 3 tahun. Pada umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja

dan kredit investasi.

c. Kredit jangka panjang (long term loan) memiliki jangka waktu jatuh

tempo di atas 3 tahun. Sebagian besar kredit jangka panjang ini digunakan

untuk membiayai investasi seperti pembiayaan proyek, ekspansi, dan

rehabilitasi.

2. Berdasarkan Barang Jaminan (Collateral)

a. Kredit dengan jaminan (secured loan)

b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)

3. Berdasarkan Segmen Usaha

Penggolongan kredit menurut segmen usaha misalnya pendanaan untuk

perdagangan, otomotif, farmasi, tekstil, makanan, dan sebagainya.

4. Berdasarkan Tujuan Kredit

a. Kredit Komersil (commercial loan) kredit yang diberikan untuk

memperlancar kegiatan usaha di bidang perdagangan, seperti kredit


(55)

b. Kredit Konsumtif (consumer loan) diberikan untuk memenuhi kebutuhan

debitur yang bersifat konsumtif, seperti KPR/KPA, kredit kendaraan

bermotor, dan lainnya.

c. Kredit Produktif dimaksudkan untuk membantu debitur dalam membiayai

kebutuhan modal kerja sehingga dapat memperlacar produksi. Misalnya

kredit digunkan untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah,

distribusi, dan sebagainya.

5. Berdasarkan Penggunaan Kredit

a. Kredit Modal Kerja

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja

debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja untuk

tujuan komersil, industri, konstruksi bangunan, dan lainnya.

b. Kredit Investasi

Kredit investasi diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk berinvestasi

dengan memberi barang-barang modal.

Mekanisme kredit dapat menjadi solusi seiring dengan ketidakpastian

kondisi ekonomi dan banyaknya tuntutan kebutuhan. Debitur tetap dapat

memenuhi kebutuhannya dengan melakukan kredit dan mengalokasikan dana

lainnya ke pos pengeluaran lain. Dalam kegiatan perkreditan ini erat kaitannya

dengan ketentuan perundang-undangan, peraturan pemerintah, maupun kebijakan

pemerintah yang sering berubah dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan agar


(56)

Untuk melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, dikenal Prinsip “5 C” atau ada pula yang menyebutnya dengan Prinsip “6 C”. Konsep ini pada dasarnya memberikan informasi kepada bank mengenai itikad baik (willingness to

pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) calon debitur untuk melunasi

pinjaman beserta bunganya. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Character

Kredit diberikan kepada debitur atas dasar kepercayaan, artinya adanya

keyakinan dari pihak bank bahwa calon debitur mempunyai watak, kelakuan,

dan tabiat dengan adanya itikad baik. Dengan melakukan penialain karakter

calon debitur, diharapkan akan diketahui tingkat kejujuran, rasa tanggung

jawab, dan integritas untuk memenuhi kewajiban.

2. Capacity

Yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan untuk

membayar atas kredit yang diterima. Pendekatan yang dilakukan dalam

penilaian capacity adalah pendekatan historis, finansial, edukasional, yuridis,

manajerial, dan teknis.

3. Capital

Merupakan permodalan dari calon debitur yang biasanya dapat dilihat dari

neraca perusahaan yaitu pada komponen owner equity, laba yang ditahan, dan

lain-lain. Untuk perusahaan perorangan dapat dilihat dari daftar kekayaan yang


(57)

4. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diserahkan oleh calon debitur sebagai

jaminan atas kredit yang diterimanya.Jaminan berfungsi sebagai alat pengaman

apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal.Jaminan juga dapat

sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian

dalam kurun waktu kredit. Jaminan tidak selalu berbetuk benda, tetapi dapat

berupa jaminan tidak berwujud kebendaan seperti jaminan pribadi (borgtocht),

letter of guarantee, letters of comfort, rekomendasi, avalist, dan sebagainya.

5. Condition of Economy

Condition of Economy meliputi suatu situasi dan kondisi politik, sosial,

ekonomi, budaya yang memengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat

atau kurun waktu tertentu yang kemungkinan dapat memengaruhi kelancaran

usaha dari calon debitur.

6. Constraint

Constraint yang dimaksud merupakan batasan-batsan atau hambatan-hambatan

yang memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.Masalah

constraint masih sukar didefinisikan karena tidak ada peraturan tertulis yang

mengatur batasan-batasan ini, seringkali menyangkut masalah moral.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis


(58)

1. Personality

Menilai kepribadian calon debituratau tingkah laku sehari-hari maupun di masa

lalu.Penilaian personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan

debitur dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

2. Party

Mengklasifikasikan calon debitur ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan

tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga debitur akan

mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda-beda dari bank.

3. Purpose

Yaitu mengetahui tujuan calon debitur dalam mengambil kredit termasuk jenis

kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam

sesuai kebutuhan.

4. Prospect

Menilai prospect berarti menilai usaha debitur di masa yang akan datang

apakah menguntungkan atau tidak. Dengan kata lain, apakah usah tersebut

memiliki prospek atau sebaliknya. Sebab jika suatu fasilitas kredit yang

dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan merugi namun

juga debitur.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara calon debitur mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk membayar kredit.

Semakin banyak sumber penghasilan calon debitur, maka akan semakin baik


(59)

6. Profitabillity

Digunakan untuk menganalisis bagaimana kemampuan calon debitur dalam

memperoleh laba.Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akantetap

sama atau akan semakin meningkat, terlebih dengan tambahan kredit yang

akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan

jaminan perlindungan. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa

jaminan barang, orang, atau asuransi.

Kelangsungan hidup suatu bank sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya

kredit yang disalurkan karena sebagian besar bank di Indonesia masih

mengandalkan kredit untuk memenuhi kebutuhan operasional dan memperoleh

keuntungan. Dalam praktik penyaluran kredit, kualitas kredit itu sendiri wajib

diperhatikan. Artinya, semakin berkualitas kredit yang diberikan atau memang

layak untuk disalurkan maka akan meminimalisir risiko adanya kredit bermasalah.

Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan

ukuran-ukuran tertentu. Menurut Surat Edaran Bank IndonesiaNo.7/3/DPNP

tanggal 31 januari 2005 kepada semua Bank Umum yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional di Indonesia perihal penilaian kualitas aktiva bank

umum, maka kualitas kredit digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus,

kurang lancar, diragukan dan macet menurut kinerja, prospek usaha, kinerja


(60)

kredit ketentuan secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut : (Simorangkir,

2004)

1. Lancar (pas)

Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Sebagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

2. Dalam perhatian khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampaui 90 hari

b. Kadang-kadang jadi cerukan

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

d. Mutasi rekening relatif aktif

e. Didukung dengan pinjaman baru

3. Kurang lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 90 hari

b. Sering terjadi cerukan

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

hari


(61)

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

f. Dokumen pinjaman yang lemah

4. Diragukan (doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 180 hari

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

d. Terjadi kapitalisasi bunga

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan

5. Macet (loss)

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 270 hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai yang wajar

2.1.3 Teori Permukiman Kota

Permukiman merupakan usaha padat tanah (land intensive), dimana sekitar

lima puluh persen tanah kota merupakan lahan untuk permukiman. Besarnya

pengeluaran masyarakat untuk permukiman pada umumnya berkisar antara lima


(62)

2001: 1673). Di negara dengan tingkat penghasilan warganya tinggi, elastisitas

permintaan akan rumah relatif rendah, begitu pula sebaliknya. Keinginan memiliki

rumah dibatasi oleh tingkat penghasilan serta biaya pembangunan

perumahan.Tingkat penghasilan rendah serta biaya pembangunan tinggi

mengakibatkan orang tidak dapat membangun rumah yang memenuhi syarat,

meski kebutuhan permukiman merupakan kebutuhan primer. Kondisi ini akan

menyebabkan munculnya rumah yang tidak memenuhi persyaratan kelayakan

sebuah rumah (Sukanto, 2001: 77).

2.1.4 Teori Mobilitas Tempat Tinggal

Pilihan tempat tinggal tidak hanya ditentukan oleh kondisi hunian tempat

tinggal saja.Keadaan di lingkungan sekitar hunian juga besar pengaruhnya.

Menurut Turner (1976), mereka yang berpendapatan tinggi yang telah

mempertimbangkan lingkungan sekitar sebagai salah satu atribut penentu pilihan,

sedangkan mereka yang perpendapatan rendah masih berusaha mencari jalan guna

mendapatkan tempat bermukim. Walaupun prioritas kelompok berpendapatan

rendah adalah mendapatkan tempat bermukim, namun faktor lokasi juga amat

penting. Pertimbangan lokasi adalah kemudahan untuk mencapai tempat kerja dan

menyatu dengan komunitas sekitar. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah

kemudahan untuk berhubungan dengan tempat-tempat lain. Kemudahan hubungan

dapat dilakukan dengan sarana angkutan dan dapat juga dengan hubungan

telekomunikasi. Faktor lokasi lainnya yang juga mempengaruhi penilaian adalah

kelengkapan sarananya. Lokasi yang tidak mempunyai sarana pendukung amat


(63)

sarana ekonomi, sarana pendidikan atau sarana peribadatan. Jumlah dan kualitas

sarana tersebut tidaklah selalu perlu sama pada setiap lokasi, semua tergantung

pada kebutuhan masyarakatnya.

2.1.5 Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya atau

mempercayai (truth atau faith), karena memang pada dasarnya kredit diberikan

berdasarkan kepercayaan orang/pihak lain yang memberikannya terhadap

kecakapan dan kejujuran dari pihak peminjam. Arti percaya tersebut dari segi

bank sebagai pemberi kredit (kreditur) adalah bank percaya kepada nasabah

sebagai penerima kredit bahwa pinjaman yang diberikan pasti akan dikembalikan

sesuai dengan perjanjian.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk

membeli rumah atau untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dengan

jaminan/agunan berupa rumah. Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda

dengan kredit konstruksi dan renovasi. Di samping itu, KPR atau Kredit

Pemilikan Rumah adalah fasilitas yang diberikan pihak bank agar seseorang bisa

memiliki rumah ataupun kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan berupa

rumah (Firtianto, 2010) (Baitulloh, 2010). Komponen utama KPR adalah sebagai

berikut:

1. Kreditur KPR

Kreditur adalah lembaga keuangan, dalam hal ini bank, yang menyalurkan


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Rumah ... 9

2.1.1. Teori Permintaan ... 10

2.1.2. Pengertian Kredit ... 13

2.1.3. Teori Pemukiman Kota ... 21

2.1.4. Teori Mobilitas Tempat Tinggal ... 22

2.1.5. Kredit Pemilikan Rumah ... 23

2.1.6. Suku Bunga Kredit ... 25

2.1.7. Uang Muka (loan to value) ... 26

2.1.8. Teori Lokasi Perumahan ... 27

2.1.9. Teori Harga ... 28

2.2. Penelitian Terdahulu ... 29

2.3. Kerangka Konseptual ... 31

2.4. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Populasi dan Sampel ... 33

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5. Metode Analisis Data ... 36


(2)

3.7. Uji Realibilitas ... 37

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 38

3.8.1. Uji Normalitas Data ... 38

3.8.2. Uji Multikolinearitas ... 38

3.8.3. Uji Heterokedastisitas ... 39

3.8.4. Uji Autokorelasi ... 39

3.9. Uji Analisis Regresi Berganda ... 39

3.10. Uji Statistik ... 40

3.10.1. Uji Statistik t ... 40

3.10.2. Koefisien Determinasi ... 40

3.10.3. Uji F ... 41

3.11. Definisi Operasional ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Sektor Perumahan di Indonesia Sejak 1998 ... 43

4.2. Perkembangan Sektor Perumahan di Kota Medan ... 46

4.3. Hasil Analisis Data ... 47

4.3.1. Uji Validitas ... 47

4.3.2. Uji Realibilitas ... 49

4.4. Analisis Distribusi Data Berdasarkan Sosial – Ekonomi Responden ... 51

4.4.1. Jenis Kelamin ... 51

4.4.2. Usia ... 52

4.4.3. Status Pernikahan ... 52

4.4.4. Pendidikan Terakhir ... 53

4.4.5. Pekerjaan / Profesi ... 53

4.4.6. Pendapatan ... 54

4.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 55

4.5.1. Uji Normalitas Data ... 55

4.5.2. Uji Multikolinearitas ... 56

4.5.3. Uji Heterokedastisitas ... 56

4.4.4. Autokorelasi ... 57

4.6. Uji Analisis Regresi Berganda ... 58

4.7. Uji t ... 61

4.8. Uji R2 ... 62

4.9. Uji F ... 62

4.10. Pembahasan ... 63


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Persentase Status Kepemilikan Rumah Milik

Sendiri 2004 – 2013 ... 2

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas (Sebelum Variabel yang Tidak Valid Dikeluarkan) ... 48

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas (Setelah Item yang Tidak Valid Dikeluarkan) ... 49

Tabel 4.3 Hasil Realibilitas Berdasarkan Hasil Output SPSS 19 ... 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas untuk Setiap Unsur Pertanyaan ... 50

Tabel 4.5 Deskripsi Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.6 Deskripsi Sosial Ekonomi Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.7 Status Pernikahan ... 53

Tabel 4.8 Pendidikan Terakhir ... 53

Tabel 4.9 Pekerjaan ... 54

Tabel 4.10 Pendapatan ... 54

Tabel 4.11 Uji Multikolineritas ... 56

Tabel 4.12 Uji Autokorelasi ... 58

Tabel 4.13 Hasil Regresi ... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji R ... 62


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31 Gambar 4.1 Grafik Probablity Plot ... 55 Gambar 4.2 Grafik Scatter Plot ... 57


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 2.1 ... 31 Gambar 4.1 ... 55 Gambar 4.2 ... 57