Pelayanan Instalasi Farmasi Pelayanan Informasi Obat PIO Konseling Visite

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pelayanan Instalasi Farmasi

Pelayanan instalasi farmasi yang dibahas dalam bab ini adalah pelayan pokja farmasi klinis dan depo farmasi IATI. 4.1.1 Pokja Farmasi Klinis

a. Pelayanan Informasi Obat PIO

Kegiatan pelayanan informasi obat telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik, namun kegiatan ini tidak selalu disertai dengan pencatatan pada lembar PIO buku masalah yang telah tersedia di apotek dan depo-depo. Hal ini mengakibatkan farmasi klinis kesulitan untuk mengumpulkan data PIO yang akurat dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan PIO.

b. Konseling

Konseling merupakan Suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Depkes RI, 2004. Konseling dilaksanakan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Konseling pasien rawat inap dilaksanakan pada saat visite dan konseling rawat jalan dilaksanakan ruangan yang bersebelahan dengan apotek. Pelayanan konseling pasien rawat jalan belum dilaksanakan secara rutin, karena masih ada petugas yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

c. Visite

Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan rasionalitas penggunaan obat dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta professional kesehatannya lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan visite, apoteker memerlukan informasi tentang pasien dengan melihat lembar pengkajian rawat inap dan gawat darurat yang berisi keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pengobatan terdahulu. Untuk mengetahui pengobatan pasien selama dirawat, apoteker dapat melihat pada catatan perkembangan terintegrasi yang berisi catatan perkembangan pasien dan tindak lanjut yang dilakukan terhadap pasien. Apoteker mengisi catatan terintegrasi berdasarkan kegiatan yang dilakukan dan memberikan saran dan pendapat kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya menyangkut penggunaan obat. Sebelum melakukan kegiatan edukasi, apoteker terlebih dahulu mengisi formulir edukasi multidisiplin tentang obat-obatan yang digunakan pasien. Agar edukasi pasien lebih berjalan lancar, apoteker dapat melihat monografi pasien pada lembar identifikasi pasien yang berisi psikologi pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien, suku, agama. Hal-hal yang dijelaskan dalam edukasi adalah: a. Nama obat dan kegunaannya b. Aturan pemakaian dan dosis obat c. Jumlah obat yang diberikan d. Cara penyimpanan obat e. Efek samping obat f. Kontraindikasi obat, dll Edukasi pasien dapat dilakukan dengan metode diskusi, demonstrasi, ceramah, simulasi, observasi atau praktek langsung. Pemantauan penggunaan obat pasien dapat dilihat pada tabel rekaman pemberian obat tepat waktu. Sewaktu melaksanakan edukasi pasien kurang memahami penjelasan karena apoteker tidak dapat mendemonstrasikan langsung obat-obatan yang digunakan. Oleh karena itu ada baiknya obat-obatan dapat diperagakan langsung sewaktu memberikan edukasi. Setelah selesai di edukasi apoteker mencantumkan lamanya waktu edukasi dan meminta tanda tangan pasien keluarga pasien sebagai tanda bukti telah dilakukan edukasi, kemudian apoteker member tanda tangan pada kolom yang telah ditentukan. Edukasi dilakukan pada pasien keluarga pasien rawat inap yang telah mendapatkan terapi obat dan pada pasien yang akan pulang berobat jalan PBJ setelah pasien mendapatkan obat, sehingga pasien keluarga pasien lebih memahami tentang obat-obatan yang digunakan. Untuk melakukan edukasi pada pasien pulang berobat jalan, ada baiknya pasien keluarga pasien yang mendatangi apoteker keonseling pasif, oleh karena itu perlu disediakan ruangan konseling di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik. Selama melaksanakan kegiatan visite, dilakukan juga monitoring efek samping obat MESO. Efek samping yang ditemukan dilaporkan pada pusat MESO dengan mengisi blanko pelaporan MESO. Selain itu dilakukan juga pemantauan medication error seperti resep tidak lengkap, kesalahan pada pemilihan obat, lama pemberian antibiotika yang keliru, kesalahan dalam membaca resep, kesalahan dalam peracikan, cara pemberian obat yang salah, kesalahan waktu pemberian, kesalahan pelabelan dan lain-lain.

d. Dispensing sediaan khusus