– peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
para petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku
periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil
periksa hamilNotoatmodjo, 2003.
2.3. Teori Health Believe Model HBM
Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun
1950 oleh sekelompok psikologi untuk membantu menjelaskan mengapa orang akan menggunakan pelayanan kesehatan. sejak terbentuk teori HBM telah digunakan
untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. Yang dihipotesis oleh teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa kejadian
stimulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu : 1. Cukup motivasi masalah kesehatan untuk membuat masalah yang ada menjadi
relevan. 2. Keyakinan bahwa seorang rentan atau serius mengalami masalah kesehatan dari
suatu penyakit atau kondisi. Hal ini sering dianggap sebagai ancaman yang dirasakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu yang akan bermanfaat dalam mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya
mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk mengikuti rekomondasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pengeluaran keuangan
Maiman, 1997.
2.4. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. Kresno, 2000. Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang
berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan Sarafino, 2002.
2.4.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua. b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan
tinggi. c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut
agama lain. d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan.
Sarifano, 2002.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah :
a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil. b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan. c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman.
d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga meningkat.
e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
2.5. Persalinan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan setelah kehamilan 37 minggu tanpa disertai adanya penyulit Winknjosastro, 2007. Helen Varney mengatakan persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta Varney, H, 2007. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin Saifuddin, 2006. Tanda-tanda
persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keluar darah lendir yang banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks
yang mendatar dan pembukaan jalan sudah ada Yeyeh, 2009. Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling
berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat komponen ini adalah passanger janin, passage pelvis ibu, power kontraksi
uterus, dan Psikis status emosi ibu. Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran
pervaginam spontan Wlash, 2007
2.5.1. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut : a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri. b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut Manuaba, 1998 :
a. Abortus terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan.
b. Persalinan prematuritas persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu. c. Persalinan aterm persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
d. Persalinan serotinus persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Persalinan presipitatus persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
2.5.2. Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his
kontraksi otot rahim. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil yaitu:
a. Estrogen yang berfungsi unrtuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis. b. Progesteron yang berfungsi untuk menurunkan sensivisitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan juga menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi Manuaba, 1998. Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran
induksi persalinan dapat dilakukan dengan jalan: 1. Memecahkan ketuban
2. Induksi persalinan secara hormonalkimiawi 3. Induksi persalinan dengan mekanis
4. Persalinan dengan tindakan operasi Manuaba, 1998.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.3. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut: 1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek. 2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu berupa pengeluaran lendir, dan
lendir bercampur darah. 3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, dapat berupa perlunakan, pendataran maupun pembukaan serviks.
2.5.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu: 1. Power his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum. 2. Passanger janin dan plasenta.
3. Passage jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang memengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan 1 persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri yang disebut dengan persalinan eutosia dan 2 persalinan
yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia. Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak.
Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh tenaga nonmedis yang disertai berbagai penyulit kelahiran sampai kematian. Penyebab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia Manuaba, 1998.
Dalam upaya menurunkan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai program yang dicanangkan secara internasional diantaranya adalah Safe Motherhood
dan Making Pregnancy Safer MPS. Safe Motherhood dicanangkan di Nairobi Kenya 1987 dan memiliki empat pilar yaitu:
1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara
benar. 3. Persalianan Aman untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi
baru lahir. 4. Pelayanan Obstetrik Neonatal EsensialEmergensi untuk menjamin tersedianya
pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrikGO, pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrikGDO dan komplikasi
persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya. Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer
yang bertumpu pada pondasi keadilan equity bagi seluruh kaum perempuan. Safe Motherhood merupakan upaya global untuk mencegahmenurunkan kematian ibu
dengan slogan ‘Making Pregnancy Safer’ MPS.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Making Pregnancy Safer MPS memiliki 3 pesan kunci yaitu: 1 setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, 2 setiap komplikasi obstetrik dan
neonatal ditangani secara adekuat, dan 3 setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran. Making Pregnancy Safer MPS memiliki empat strategi utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia. 3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibubayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir Prawirohardjo, 2009.
2.6. Penolong Persalinan
Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
nifas. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan mereka yang mendapatkan pendidikan formal
seperti dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat bidan dan bukan tenaga kesehatan, yaitu dukun bayi yang terlatih dan tidak terlatih Prawirihardjo, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan Depkes RI 1997, dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga
tersebut adalah: 1. Tenaga Profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan, dan perawat lain. 2. Dukun bayi :
a. Terlatih : ialah dukun bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus Manalu, 2007.
1. Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa sekitar masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan
persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan Depkes RI, 2001. Persalinan oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan sterilitas, selain itu bila mendadak
terjadi resiko tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat maka penanganan atau pertolongan pertama serta rujukan dapat segera dilakukan. Dalam menolong
persalinan, teknik pertolongan persalinan dan prinsip sterilisasi alat kesehatan diterapkan oleh tenaga kesehatan sehingga diharapkan persalinan aman dapat
diperoleh. Keterbatasan dari penolong persalinan ini adalah pelayanan hanya terbatas pada pelayanan medis, tanpa terjangkau oleh faktor budaya sehingga rasa aman
secara psikologis kurang terpenuhi. Kadang-kadang pelayanan tidak terjangkau dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
segi keberadaan dan jarak. Umumnya imbalan jasa berupa uang sehingga
menyulitkan masyarakat miskin Manuaba, 2006.
Menurut Supartini 2004 diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan.
Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan
yang tepat Supartini, 2004.
Menurut Fatimah yang dikutip Manalu 2007, bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Bidan desa yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa dan
dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik didalam maupun diluar jam kerjanya harus tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan desa adalah : 1 Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, 2 Menggerakkan dan membina masyarakat desa di Wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat
berperilaku hidup sehat. Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara
pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus-kasus rujukan dukun bayi terlambat
yang dari sudut kompetensi dan kemampuan teknik yang mereka miliki. Mereka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi sangat gawat.
2. Bukan Tenaga Kesehatan Dukun Beranak
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi dukun beranak, dukun bersalin.
Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang dapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan Depkes RI, 2001.
Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak berkaitan pula dengan sistim nilai budaya masyarakat sehingga dukun bayi pada
umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat potensi sumber daya manusia. Pengetahuan tentang fisiologi dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas
sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya, bahkan tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya Prawirohardjo, 2009
Menurut Badan Pusat Statistik BPS tahun 2005, dukun bersalin adalah praktek pelayanan kesehatan alternatif yang dilakukan oleh dukun yang khusus
menangani masalah kehamilankelahiran baik yang sudah pernah mendapat pelatihan dari Departemen Kesehatan maupun belum. Istilah dukun bersalin juga dikenal
dengan paraji Jawa Barat, atau dukun beranak DKI Jakarta. Dukun beranak di Bali dikenal dengan istilah balian manak, profesi ini pada umumnya dilakukan oleh laki-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
laki yang berusia di atas 50 tahun yang menurut kepercayaan umat Hindu telah mendapat wahyu atau petunjuk gaib Swasono, 1998. Praktek tenaga kesehatan
nakes adalah praktek pribadiper orangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,
posyandu, atau klinik. Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes 2006 menyatakan bahwa
kemampuan tenaga non profesional dukun bersalin masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta
rujukannya. Menurut Suprapto 2003, kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan
komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin. Sedangkan dari hasil penelitian Zalbawi 2006 dikatakan bahwa alasan ibu
memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari
daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang Zalbawi, 2006.
Dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan
tersebut serta melalui petugas kesehatan Manalu, 2007. terjadi kejadian yang membahayakan, sehingga memerlukan bantuan untuk memberikan pertolongan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tetap menuju persalinan aman. Penolong persalinan wajib menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan yaitu Depkes,2004 :
1. Sarung Tangan Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam setiap
pemeriksaan dalam, membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi, dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan harus diganti
apabila terkontaminasi atau berlubang. 2. Perlengkapan Pelindung Pribadi
Mengenakan penutup tubuh yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan, Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang
bersih. Semua perlengkapan tersebut harus dikenakan selama membantu kelahiran bayi dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan Ruangan bersalin harus memiliki sistem peneranganpencahayaan yang
cukup, baik dari jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya lainnya. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Harus tersedia perlengkapan dan obat-obatan esensial yang diperlukan untuk persalinan, membantu kelahiran asuhan bayi baru lahir.
2.7.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Syahrial yang dikutip Simangunsong 2009, proses pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi dalam beberapa tahap yaitu:
a. Keinginan dan kebutuhan apa yang mendorong pelanggan untuk menggunakan suatu jasa need arousal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Apakah pelanggan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan information gathering.
c. Bagaimana pelanggan mengevaluasi alternatif decision evaluation. d. Bagaimana pelanggan memanfaatkan jasa pelayanan decision execution.
e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan jasa pelayanan post decision assessment.
Pemanfaatan utility pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat terjadi pada saat masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, dengan tujuan untuk
mencapai status kesehatan yang lebih baik. Alasan mengapa masyarakat memerlukan status kesehatan yang lebih baik karena didorong oleh adanya keinginan untuk dapat
menikmati hidup sebaik mungkin Simangunsong, 2009. Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto 1994, hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan
pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena persoalan kesenjangan informasi.
Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut status kesehatan yang membaik, informasi
tentang macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektifitas pelayanan tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
permintaan dan penggunaan utility pelayanan kesehatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8. Kerangka Konsep