Tabel 2. 7 Nilai Reduksi Variasi Yt Periode Ulang Tahun
Reduced Variated 2
0,3665 5
1,4999 10
2,2502 20
2,9606 25
3,1985 50
3,9019 100
4,6001 200
5,2960 500
6,2140 1000
6,9190 5000
8,5390 10000
9,9210 Sumber: Soemarto, 1999
c. Metode Log Pearson Tipe III
Metode
Log Pearson
Tipe III apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
sebagai model matematik dangan persamaan sebagai berikut
Soewarno, 1995
. Log X
T
= Log X + K Sd di mana: Log X
T
= Nilai logaritma curah hujan dengan periode ulang tertentu, Log X = Nilai logaritma rata-rata curah hujan
Sd = Standar deviasi dan K =Karakteristik distribusi peluang Log Pearson Tipe III
Langkah-langkah perhitungan kurva distribusi
Log Pearson Tipe III
adalah: a
Tentukan logaritma dari semua nilai X b
Hitung nilai rata-ratanya:
Universitas Sumatera Utara
c Hitung nilai deviasi standarnya dari log X
d Hitung nilai koefisien kemencengan CS:
e Sehingga persamaanya dapat ditulis:
f Tentukan anti log dari log X
T
, untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan terjadi pada tingkat peluang atau periode ulang tertentu sesuai dengan nilai
koefisien kemencengan Cs.
d. Metode Log Normal.
Metode Log Normal apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model
matematik dengan persamaan sebagai berikut
Soewarno, 1995
: X
T
= X+ K.Sd
di mana: X
T
= Besarnya curah hujan yang diharapkan terjadi pada periode ulang X = Harga rata-rata curah hujan mm,
Sd = Standar deviasi simpangan baku. K = Karakteristik distribusi peluang log-normal 3 parameter yang
merupakan fungsi dari koefisien kemencengan Cs.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Analisis Intensitas Curah Hujan.
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Langkah pertama dalam perencanaan sumur resapan yaitu menentukan debit yang harus diperhitungkan. Besarnya debit banjir perencanaan ditentukan
oleh intensitas hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah
hujan yang telah terjadi pada masa lampau. Intensitas curah hujan yang dinyatakan dengan I menyatakan besarnya
curah hujan dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan per jam. Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas curah hujan dapat
digunakan 2 metode sebagai berikut :
1. Metode Van Breen.
Metode ini beranggapan bahwa besarnya atau lama durasi hujan harian adalah berpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90 dari hujan selama 24 jam
Kamiana, 2011 .
Rumus: I =
di mana I= Intensitas hujan mmjam R24 = Curah hujan harian maksimum mm24jam.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dibuat suatu kurva durasi intensitas hujan. Dimana Van Breen mengambil bentuk kurva kota Jakarta sebagai kurva
basis. Kurva basis tersebut dapat memberikan kecendrungan bentuk kurva untuk daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan pada kurva pola Van
Breen kota Jakarta, besarnya intensitas hujan dapat didekati dengan persamaan:
di mana I
T
= Intensitas hujan mmjam pada PUH, t = Durasi waktu hujan menit, dan
R
T
= Curah hujan harian maksimum PUH T mm24jam.
2. Metode Hasfer Der Weduwen.
Metode ini merupakan hasil penyelidikan di Indonesia yang dilakukan oleh Hasfer dan Weduwen. Penurunan rumus diproleh berdasarkan kecenderungan
curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi yang simetris dengan durasi hujan t lebih kecil dari 1 jam
dan durasi hujan sampai 24 jam Kamiana, 2011
. Persamaan yang digunakan adalah:
Setelah mendapatkan nilai dari persamaan diatas kemudian hitung intensitas curah hujan dengan persamaan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
di mana :I = Intensitas hujan mmjam dan R = Curah hujan mm.
2.5.5 Analisis Penentuan Metode Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Setelah kedua metode tersebut dilakukan maka selanjutnya dilakukan perhitungan penentuanpendekatan intensitas hujan. Curah ini dimaksudkan untuk
menentukan persamaan intensitas yang paling mendekati untuk daerah perencanaan. Metode yang digunakan adalah metode perhitungan dengan cara
kuadrat terkecil. Menurut Suripin 2004, ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu:
2.5.5.1 Metode Sherman 1905, menjelaskan bahwa intensitas curah hujan I
sebagai berikut:
di mana: I = Intensitas curah hujan mmjam, t = Lamanya curah hujan menit,
a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan
n = Banyaknya pasangan data i dan t.
2.5.5.2 Metode Ishiguro 1953, menentukan intensitas curah hujan I sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
di mana : I = Intensitas curah hujan mmjam, T = Lamanya curah hujan menit
a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran
n = Banyaknya pasangan data i dan t.
2.5.5.3 Metode Talbot 1881
rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapan tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang di ukur. Untuk menentukan
intensitas curah hujan I dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
di mana :I = Intensitas curah hujan mmjam, t = Lamanya curah hujan menit,
a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan
n = Banyaknya pasangan data i dan t. Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka
harus dicari selisih terkecil antara I asal dan I teoritis bedasarkan rumus di atas. Persamaan intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan
debit. Kemudian dilakukan penggambaran kurva IDF yang dimaksud untuk menggambarkan persamaan-persamaan intensitas hujan yang dapat digunakan.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Sumur Resapan