Dari hasil perhitungan falling head permeability diatas, maka di didapat koefisien permeability k sebesar 0,00092224 cmdetik, sehingga tanah tersebut
termasuk tanah Lanau Berdasarkan Tabel 2.2 Harga Koefisien Permeability.
4.3 Analisa Hidrologi
Secara umum analisis ini bertujuan untuk mengetahui debit limpasan air hujan pada kawasan perumahan Griya Insan Muliat pada saat hujan. Untuk dapat
melakukan analisis ini maka diperlukan data curah hujan stasiun pengamatan pada wilayah tersebut.
Pada perhitungan analisis hidrologi, data-data yang dibutuhkan diantaranya adalah data curah hujan maksimum harian. Penentuan curah hujan rencan
dimulai dari mencari hujan maksimum harian dengan data sebagai berikut :
Tabel 4.11 Data Curah Hujan Medan Sunggal
Tahun Curah hujan tiap Bulan mm
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt Nop
Des
2003 48
26,6 53
73,9 38,8
60 81,8 69,2
97,6 97,4 57,4
45,9 2004
74,2 81
100,2 34,6 14,6
77,8 42,4 80,7 72,6
67,2 34,6 52,6
2005 44,3 17,7
21,7 55,6
65,8 57
62,9 42,6 70,4
26,9 87,9 54,6
2006 63,6
36 84,8
53,6 63,8
70 32,5 46,8
84,3 59,6 46,4 124,8
2007 37,4
7 26,1
85,2 88,2
37 47
72,6 59,9
67,6 72
57,2 2008
67,4 6,6
20,3 51,5
50 11,6
64 28,5
52,2 76
82,4 36,2
2009 71,5 53,4
54,7 79,8 115,4 29,3 58,6 56,4 112,5 55,2 26,4
20,6 2010
58.8 7,4
33,4 41,5
28,5 42,6 59,9 72,4
31,2 40,1 39,8
69,2 2011
51,8 30,8 69,4
46 82,5
34,3 34,6 59,9 53,1
61,4 32,1 65,2
2012 21,7 30,5
70,4 75
81,5 35
61.9 32,5 62,2
93 44,7
47,1
Sumber : BMKG wilayah I Medan Untuk memperoleh data curah hujan yang terjadi berdasrkan PUH tahun, maka
langkah- langkah sebagi berikut:
Analisa curah hujan rencana. Analisis intensitas curah hujan.
Analisis penentuan metode perhitungan intenstas curah hujan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 AnalisaCurah Hujan Rencana
Ada beberapa jenis distribusi statistik yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya curah hujan rencana, seperti distribusi Normal, Gumbel,
Log Pearson III, Log Normal. Metode –metode ini harus diuji mana yang bisa
dipakai dalam perhitungan. Pengujian ini dihitung melalui pengukuran dispersi yang ditunjukkan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
Tabel 4.12 Perhitungan Statistik Curah Hujan Maksimum Tahunan Stasiun Medan Sunggal
No. Tahun
Xi Xi-X
Xi-X² Xi-X³ Xi-X⁴
1 2003
97,6 3,2
10,24 32,768
104,8576 2
2004 100,2
5,8 33,64 195,112
1131,6496 3
2005 87,9
-6,54 42,7716 -279,73 1829,409767 4
2006 124,8
30,36 921,73 27983,7 849585,4555
5 2007
88,2 -6,24 38,9376 -242,97 1516,136694
6 2008
82,4 -12,04 144,962 -1745,3 21013,86547
7 2009
115,4 20,96 439,322 9208,18 193003,4682
8 2010
72,4 -22,04 485,762
-10706 235964,332
9 2011
82,5 -11,94 142,564 -1702,2 20324,38004
10 2012
93 -1,44
2,0736 -2,986
4,29981696 Jumlah
944,4 0,08
2262 22740,4 1324477,855
Rata-rata X 94,44
Sumber : Hasil Perhitungan
Maka, Hasil perhitungan parameter statistik distribusi curah hujan dpat dilihat di tabel 4.13
Tabel 4.13 Perhitungan Parameter Statistik Distribusi Curah Hujan
Parameter
Stasiun Gumit
Curah Hujan Rata-rata
94,440
Standar Deviasi Sx
15,853
Koef. Skewness Cs
0,793
Koef. Kurtosis Ck
4,160
Koef. Variasi Cv
0,168
Sumber : Hasil Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Perhitungan Statistik Logaritma Curah Hujan Maksimum Tahunan
No. Tahun Xi
Log Xi A
Log X B
A-B A-B²
A-B³ A-B⁴
1 2003
98 1,98945
1,974972 0,014477818
0,00021 3,03E-06
4,39352E-08 2
2004 100
2,000868 1,974972
0,025895722 0,000671
1,74E-05 4,49689E-07
3 2005
88 1,943989
1,974972 -0,030983125
0,00096 -3E-05
9,21512E-07 4
2006 125
2,096215 1,974972
0,121242585 0,0147
0,001782 0,000216083 5
2007 88
1,945469 1,974972
-0,029503415 0,00087
-2,6E-05 7,57686E-07
6 2008
82 1,915927
1,974972 -0,059044788
0,003486 -0,00021
1,21542E-05 7
2009 115
2,062206 1,974972
0,087233809 0,00761
0,000664 5,79081E-05
8 2010
72 1,859739
1,974972 -0,115233434
0,013279 -0,00153
0,000176325 9
2011 83
1,916454 1,974972
-0,058518051 0,003424
-0,0002 1,17263E-05
10 2012
93 1,968483
1,974972 -0,006489051
4,21E-05 -2,7E-07
1,77307E-09 Jumlah
944 19,6988
-0,050921931 0,045252
0,000474 0,000476371 Rata-rata X
94 1,96988
Sumber : Hasil Perhitungan.
Maka, hasil perhitungan parameter statistik logaritma distribusi curah hujan dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Perhitungan Parameter Statistik Logaritma Distribusi Curah Hujan
Parameter
Stasiun Gumit
Curah Hujan Rata-rata
1,970
Standar Deviasi Sx 0,071
Koef. Skewness Cs 0,185
Koef. Kurtosis Ck 3,739
Koef. Variasi Cv 0,036
Sumber : Hasil Perhitungan
Setelah itu, nilai-nilai hasil perhitungan yang ada di atas dapat ditetukan dengan metode distribusi mana yang dapat di pakai, seperti dalam tabel 4.13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Hasil Uji Distribusi Statistik Stasiun Medan Sunggal Jenis
Distribusi Syarat
Perhitungan Kesimpulan
Normal Cs ≈ 0
Cs = 0,793 Tidak
Memenuhi Ck ≈ 3
Ck = 4,160 Tidak
Memenuhi Gumbel
Cs = 1.1396 Cs = 0,793
Tidak Memenuhi
Ck = 5.4002 Ck = 4,160
Tidak Memenuhi
Log Normal Cs = 3Cv + Cv³
Cs = 0,185 Tidak
Memenuhi Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 +
16Cv2 + 3 Ck = 3,739
Tidak Memenuhi
Log Pearson Selain dari nilai di atas
Cs = 0,036 Memenuhi
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan syarat-syarat tersebut di atas, maka dipilih distribusi Log Pearson Tipe III. Untuk memastikan pemilihan
distribusi tersebut perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan
plotting
data di atas kertas probabilitas.
4.3.2
Plotting
Data
Plotting
data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya. Penggambaran posisi
plotting positions
data curah hujan ini menggunakan Ms. Excel 2007, dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Dimana : P Xm = Data yang sudah di urutkan dari yang terbesar ke terkecil. m = Nomor urut data.
n = Jumlah data
Universitas Sumatera Utara
Untuk perhitungan Plotting data Stasiun medan sunggal ini, tertera pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Perhitungan Peringkat Periode Ulang Stasiun Medan Sunngal
Tahun Rmax mm
M P Xm
2006 125
1 9,091
2009 115
2 18,182
2004 100
3 27,273
2003 98
4 36,364
2012 93
5 45,455
2007 88
6 54,545
2005 88
7 63,636
2011 83
8 72,727
2008 82
9 81,818
2010 72
10 90,909
Kemudian data yang telah diurutkan dari yang tertinggi hingga terndah diplotting pada kertas probabilitas. Pada kertas probabilitas Gambar 4.7 simbol
titik merupakan nilai curah hujan R maksimum terhadap P Xm, sedang garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan periode ulang tertentu.
Gambar 4. 7 Hasil
Plotting
Log Pearson Tipe III Stasiun Medan Sunggal
9,091 18,182
27,273 36,364
45,455 54,545
63,636 72,727
81,818 90,909
y = -1,6548x + 206,21 R² = 0,9134
-20 20
40 60
80 100
70 80
90 100
110 120
130
Hasil Plotting
Universitas Sumatera Utara
Plotting
titik-titik pada kertas probabilitas tersebut mendekati garis lurus,berarti pemilihan distribusinya semakin mendekati benar.
Perhitunga curah hujan dapat direnanakan dengan metode Log Person III, di hitung mengggunakan parameter
– parameter statistik yang diambil dari perhitungan sebelumnya.
Contoh perhitungan Periode Ulang Tahun PUH 2 tahun : X
Rata-rata
= 1970 Tabel 4.15
Sd =
0,071 Tabel 4.15 Cs =
0,185 Tabel 4.15 Maka, harga K tergantung Nilai Cs, dengan periode 2 tahun,
K = - 0,017
Log X
T
= X
Rata-rata
+ K Sd = 1,970 + - 0,0170,071 =1,969 X
T
= arc ln 1,969 = 93,066 Perhitungan curah hujan rencana dengan metode Log Person III dengan
Periode Ulang Hujan 2 sd 100 tahun, ditunjukkan pada Tabel 4.18. Tabel4.18 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Person III
T Log Xr
Cs K
Sd Log X
T
X
T
2 1,970
0,185 -0,017
0,071 1,969
93,066 5
1,970 0,185
0,820 0,071
2,028 106,666
10 1,970
0,185 1,270
0,071 2,063
115,671 25
1,970 0,185
1,865 0,071
2,102 126,595
Sumber : Hasil Perhitungan.
4.3.3 Analisa Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan yang dinyatakan dengan I menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan
Universitas Sumatera Utara
perjam. Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas curah hujan dapat digunakan 2 metode sebagai berikut:
4.3.3.1 Metode Van Breen
Untuk mengetahui intensitas curah huajan dengan metode ini, digunakn persamaan:
di mana I
T
= Intensitas hujan mmjam pada PUH, t = Durasi waktu hujan menit, dan
R
T
= Curah hujan harian maksimum PUH T mm24jam. Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van
Breen, dapat dilihat dlam Tabel 4.19 tersebut : Tabel 4.19 Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Van Breen
Durasi Menit
Intensitas Curah Hujan mmhari PUH
2 PUH
5 PUH
10 PUH
25 92,445 106,666 115,671 126,595
5 150,094 153,406 155,169 157,044 10 130,681 135,595 138,250 141,098
20 103,824 110,043 113,500 117,282 30
86,124 92,595
96,266 100,345 50
64,226 70,300
73,842 77,857
60 56,981
62,747 66,138
70,012 80
46,493 51,648
54,721 58,269
120 33,983
38,151 40,677
43,633
Sumber : Hasil Perhitungan
Contoh perhitungan, untuk durasi 5 menit dan PUH 2:
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.2 Metode Hasper Der Weduwen
Untuk mengetahui curah hujan menggunakan metode ini, maka di gunakan rumus :
Setelah mendapatkan nilai dari persamaan diatas kemudian hitung intensitas curah hujan dengan persamaan berikut ini:
di mana :I = Intensitas hujan mmjam dan R = Curah hujan mm.
Hasil perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Hansfer Der Weduwen dpat dilihat dalam Tabel 4.20 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20 Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode hasfer Der Weduwen
PUH Tahun
Durasi Menit
Durasi Jam
Xt mmhari
Rt R
I mm
mm mmjam
2 5
0,083
92,445 75,365
44,762 538,217
10 0,167
82,198 48,197
289,184 20
0,333 87,566
50,091 150,272
30 0,500
89,840 50,194
100,389 50
0,833 91,894
49,130 58,956
60 1,000
92,445 48,414
48,414 80
1,333 93,156
46,926 35,194
120 2,000
93,895 44,111
22,055
5 5
0,083
106,666 81,396
48,344 580,123
10 0,167
91,107 53,421
320,528 20
0,333 99,102
56,689 170,068
30 0,500
102,591 57,319 114,637
50 0,833
105,797 56,563 67,876
60 1,000
106,666 55,862 55,862
80 1,333
107,794 54,299 40,724
120 2,000
108,971 51,193 25,597
10 5
0,083
115,671 84,831
50,384 604,607
10 0,167
96,395 56,522
339,130 20
0,333 106,181 60,739
182,216 30
0,500 110,530 61,754
123,508 50
0,833 114,569 61,253
73,503 60
1,000 115,671 60,578
60,578 80
1,333 117,106 58,989
44,242 120
2,000 118,609 55,721
27,861
25 5
0,083
126,595 88,655
52,655 631,865
10 0,167
102,474 60,086 360,516
20 0,333
114,544 65,523 196,568
30 0,500
120,024 67,058 134,117
50 0,833
125,178 66,925 80,310
60 1,000
126,595 66,299 66,299
80 1,333
128,447 64,703 48,527
120 2,000
130,397 61,259 30,630
Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan : Xt
= curah hujan harian Maksimum Rt,R
= curah hujan menurut Hsasper Der Weduwen I
=intensitas hujan
Universitas Sumatera Utara
Contoh perhitungan intensitas curah hujan menurut metode Hasper Der Weduwen dengan durasi 5 menit dan peiode 2 tahun;
= 75,365 mmjam
= = 44,672 mmjam
I = = 538, 217 mmjam
Hasil dari kedua metode ini tidak digunakan semua, akan tetapi dipilih salah satu untuk uji kecocokan yg dipakai dalan standar desain debit banjir di
indonesia, yaitu Talbot, Sherman, dan Ishiguro, sehingga intensitas curah hujan dapat mewakili daerah penelitian tersebut. Hasil dari intensitas curah hujan
nantinya akan digunakan untuk menghitung debit banjir kawasan perumahan dan debit masuk air hujan kedalam sumur resapan dan lubang Biopori.
4.3.4 Analisa Penentuan Metode Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Langkah terakhir untuk menghitung intensitas curah hujan adalah memilih metode perhitungan intensitas curah hujan yang akan digunakan. Pemilihan ini
dimaksudkan untuk menentukan persamaan intensitas curah hujan yang paling mendekati atau dapat mewakili intensitas curah hujan untuk daerah penelitian
dapat dilakukan dengan uji kecocokan melalui metode yang Talbot, Sherman dan Ishiguro Sosrodarsono, 2003.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut: a
Menentukan minimal 7 jenis lamanya curah hujan t menit, pada penelitian ini menggunkan 8 jenis lamanya curah hujan yaitu 5, 10, 20, 30, 50, 60, 80, 120
menit.
Universitas Sumatera Utara
b Menggunakan harga-harga t tersebut untuk menentukan besarnya intensitas curah
hujan untuk periode ulang tahun tertentu disesuaikan dengan perhitungan debit puncak rencana
c Menggunakan harga t yang sama untuk menentukan tetapan-tetapan dengan cara
kuadrat terkecil. Perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap rumus intensitas curah
hujan adalah sebagai berikut: 1. Metode Sherman 1953
log a =
b =
2. Metode ishiguro 1905
a =
b =
Universitas Sumatera Utara
3. Metode Talbot 1881
a =
b =
di mana I = Intensitas curah hujan mmjam, t = Lamanya curah hujan menit,
a dan b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran,
n = Banyaknya pasangan data i dan t
Hasil perhitungan uji kecocokan intensitas metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan Periode Ulang Hujan 10 tahun dapat
dilihat pada Tabel 4. 18 dan variabel persamaan pada Tabel 4. 19. Hasil perhitungan uji kecocokan intensitas metode Hesfer der Weduwen
dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan Periode Ulang Hujan 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 4. 20 dan variabel persamaan pada Tabel 4. 21.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.21 Uji Kecocokan Intensitas Hujan Metode Van Breen dengan Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro Periode Ulang Hujan 10 Tahun
No. t
I It
I² I²t
Log t Log l
Log t x Log I Log l²
√t I x √t
I² x √t Log t²
1 5
155,671 778,355
24233,460 121167,301
0,699 2,192
1,532 4,806
2,236 348,091
54187,664 0,489
2 10
138,250 1382,500
19113,063 191130,625
1,000 2,141
2,141 4,582
3,162 437,185
60440,811 1,000
3 20
113,500 2270,000
12882,250 257645,000
1,301 2,055
2,674 4,223
4,472 507,587
57611,173 1,693
4 30
96,266 2887,980
9267,143 278014,283
1,477 1,983
2,930 3,934
5,477 527,271
50758,231 2,182
5 50
73,842 3692,100
5452,641 272632,048
1,699 1,868
3,174 3,491
7,071 522,142
38555,994 2,886
6 60
66,138 3968,280
4374,235 262454,103
1,778 1,820
3,237 3,314
7,746 512,303
33882,679 3,162
7 80
54,721 4377,680
2994,388 239551,027
1,903 1,738
3,308 3,021
8,944 489,440
26782,619 3,622
8 120
40,677 4881,240
1654,618 198554,199
2,079 1,609
3,346 2,590
10,954 445,594
18125,436 4,323
Jumlah 739,065 24238,135
79971,798 1821148,586
11,937 15,408
22,342 29,961
50,063 3789,612
340344,607 19,356
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.22 Variabel Persamaan Talbot, Sherman, dan Ishiguro
Sumber : Hasil Perhitungan
Variabel Talbot
Ishiguro Sherman Anti Log Ishiguro
a 6332,162 550,735
2,551 355,478
b 35,747
0,834 n
0,419
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.23 Uji Kecocokan Intensitas Hujan Metode Hasfer der Weduwen dengan Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro Periode Ulang Hujan 10 Tahun
No. t
I It
I² I²t
Log t Log l
Log t x Log I Log l²
√t I x √t
I² x √t Log t²
1 5
604,607 3023,035
365549,624 1827748,122
0,699 2,781
1,944 7,737
2,236 1351,942
817393,809 0,489
2 10
339,130 3391,300
115009,157 1150091,569
1,000 2,530
2,530 6,403
3,162 1072,423
363690,888 1,000
3 20
182,216 3644,320
33202,671 664053,413
1,301 2,261
2,941 5,110
4,472 814,895
148486,857 1,693
4 30
123,508 3705,240
15254,226 457626,782
1,477 2,092
3,090 4,375
5,477 676,481
83550,837 2,182
5 50
73,503 3675,150
5402,691 270134,550
1,699 1,866
3,171 3,483
7,071 519,745
38202,794 2,886
6 60
60,578 3634,680
3669,694 220181,645
1,778 1,782
3,169 3,177
7,746 469,235
28425,328 3,162
7 80
44,242 3539,360
1957,355 156588,365
1,903 1,646
3,132 2,709
8,944 395,712
17507,111 3,622
8 120
27,861 3343,320
776,235 93148,239
2,079 1,445
3,004 2,088
10,954 305,202
8503,232 4,323
Jumlah 1455,645
27956,405 540821,653
4839572,685 11,937
16,404 22,982
35,081 50,063
5605,636 1505760,857
19,356
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.24 Variabel Persamaan Talbot, Sherman, dan Ishiguro Variabel
Talbot Ishiguro
Sherman Anti Log Ishiguro
a 3657,578
380,399 3,491
3100,861 b
0,896 -1,760
n 0,966
Sumber : Hasil Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
Setelah diketahui hasil dari persamaan variabel, maka dilakukan uji kecocokan terhadap metode intensitas curah hujan degan menghitung selisih
terkecil pada masing2 metode. Nilai yang dihasilkan oleh Talbot, Sherman, dan ishiguro dibandingkan dengan dengan nilai intensitas persamaan Van Breen dan
Hasfer der Weduwen. Tabel dibawah ini menunjukkan selisi intensitas curah hujan metode Van Breen dan Hasper Der Weduwen.
Tabel 4.25 Selisih Intensitas Hujan Metode Van Breen dengan Metode Talbot, Sherman, Ishiguro Periode Ulang Hujan PUH 10 Tahun.
No. T
I Van Brenn I Talbot
Selisih I Ishiguro
Selisih I Sherman
Selisih menit
mmjam mmjam
mmjam mmjam mmjam mmjam
mmjam
1 5
155,671 155,403
-0,268 179,397
23,726 181,172
25,501 2
10 138,250
138,418 0,168
137,817 -0,433
135,526 -2,724
3 20
113,500 113,588
0,088 103,795
-9,705 101,380
-12,120 4
30 96,266
96,311 0,045
87,265 -9,001
85,548 -10,718
5 50
73,843 73,847
0,005 69,670
-4,173 69,072
-4,771 6
60 66,138
66,134 -0,004
64,190 -1,948
63,994 -2,144
7 80
54,721 54,707
-0,014 56,323
1,602 56,730
2,009 8
120 40,677
40,657 -0,020
46,719 6,042
47,871 7,194
Jumlah 0,000
6,110 2,227
Rata-Rata 0,000
0,764 0,278
Sumber : Hasil Perhitungan. Perhitunan Metode Talbot :
I = Perhitungan Metode Ishiguro
I = Perhitungan Metode Sherman
I = Setelah dapat hasil dari tabel di atas dapat dibuat Grafik intensitas hujan
Metode Van Breen dengan Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro PUH 10 tahun, sepeti di tunjukkan pada Gambar 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Gafik Intensitas Hujan Metode Van Breen dengan Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro Periode Ulang Hujan 10
Tahun
Tabel 4.26 menunjukkan selisih intensitas curah hujan metode Hasfer der Weduwen berdasarkan variabel persamaan dari tabel 4.24.
Tabel 4.26 Selisih Intensitas Hujan Metode Hasfer Der Weduwen dengan Metode Talbot, Sherman, Ishiguro Periode Ulang Hujan PUH 10 Tahun
No. t
I Hasper I Talbot
Selisih I Ishiguro
Selisih I Sherman
Selisih waktu
mmjam mmjam
mmjam mmjam
mmjam mmjam
mmjam 1
5 604,607
620,352 15,745
799,630 195,023
655,265 50,658
2 10
339,130 335,682
-3,448 271,272
-67,790 335,492
-3,638 3
20 182,216
175,037 -7,179
140,276 -41,940
171,770 -10,446
4 30
123,508 118,384
-5,124 102,344
-21,164 116,112
-7,396 5
50 73,503
71,864 -1,639
71,629 -1,874
70,895 -2,608
6 60
60,578 60,063
-0,515 63,552
2,974 59,449
-1,129 7
80 44,242
45,213 0,971
52,951 8,709
45,027 0,785
8 120
27,861 30,254
2,393 41,374
13,513 30,437
2,576 Jumlah
1,203 87,451
28,804 Rata-Rata
0,150 10,931
3,600
Sumber : Hasil Perhitungan
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Inte ns
it a
s hu
ja m
m m
j a
m
Durasi hujan menit
I Van Brenn Ishiguro
Talbot Sherman
Universitas Sumatera Utara
Perhitunan Metode Talbot : I =
Perhitungan Metode Ishiguro I =
Perhitungan Metode Sherman I =
Grafik Intensitas Hujan Metode Hasfer der Weduwen dengan Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro PUH 10 tahun, di tunjukkan pada Gambar 4.9
dibawah ini:
Gambar 4.9 Gafik Intensitas Hujan Metode Hasfer Der Werduwen dengan Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro Periode Ulang Hujan 10
Tahun.
Dari hasil perhitungan uji kecocokan pada perhitungan menunjukkan bahwa degan menggunakan metode kuadrat terkecil dihasilkan bahwa intensitas
hujan dengan metode Van Breen menggunakan persamaan pola Talbot mempunyai selisih terkecil.
0,000 100,000
200,000 300,000
400,000 500,000
600,000 700,000
800,000 900,000
5 10
20 30
50 60
80 120
Inte ns
it a
s Cura
h H uja
n m
m j
a m
Durasi Hujan menit
I Ishiguro I Hasper
I Talbot I Sherman
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.27 Intensitas Curah Hujan Untuk Berbagi Periode Ulang Hujan Berdasarkan Metode Van Breen dengan Pola Talbot.
Durasi Menit
Intensitas Curah Hujan mmjam PUH 2
PUH 5 PUH 10
PUH 25 5
150,094 153,406
155,169 157,044
10 130,681
135,595 138,250
141,098 20
103,824 110,043
113,500 117,282
30 86,124
92,595 96,266
100,345 50
64,226 70,300
73,842 77,857
60 56,981
62,747 66,138
70,012 80
46,493 51,648
54,721 58,269
120 33,983
38,151 40,677
43,633
Sumber : Hasil Perhitungan. Dari hasi analisis intensitas curah hujan dilakukan, kemudian digambar
kurva IDF Kurva Frekuensi Intensitas , persamaan intensitas curah hujan wilayah perencanaan yg dapat digunakan utuk perhitungan debit banjir dengan
metode rasional.
Gambar 4.10 Kurva Frekuensi Intensitas Daerah Perencanaan.
Dari hasil perhitugan sebelumnya, diambil intensitas curah hujan pada Periode Ulang Hujan 10 Tahun adalah 155,169
mmjam atau 15,2 cmjam.
20 40
60 80
100 120
140 160
180
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
In te
n si
ta s
H u
ja n
m m
j a
m
Durasi Hujan menit
PUH 2 tahun PUH 5 tahun
PUH 10 tahun PUH 25 tahun
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan laju infiltrasi pada lokasi percobaan perumahan adalah 16,2 cmjam, maka dapat disimpulkan laju infiltrasi lebih besar dari intensitas hujan, jadi sumur
resapan resapan dan lubang biopori dapat direncanakan degan memenuhi syarat dalam percepatan infiltrasi.
4.4 Perencanaan Sumur Resapan dan Jumlah Lubang Biopori.