14 modal yang diinvestasikannya terhadap perusahaan lebih baik serta dapat member
pengaruh positif bagi harga sahamnya di pasar.
Return on Equity
ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga
Return on Equity
ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri Sutrisno, 2007.
Return on Equity
ROE merupakan alat analisis keuangan untuk
mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham Hanafi dan Halim,
1996. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian
alasan ini adalah angka
Return on Equity
ROE berhasil dicapai. Semakin besar
Return on Equity
ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
2.1.3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Menurut
Brigham dan Houston 2001 nilai perusahaan adalah nilai yang diberikan oleh pelaku pasar saham terhadap kinerja perusahaan. Nilai perusahaan merupakan
persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan
yang tinggi menjadi keinginan para pemilik saham, sebab nilai tinggi saham
Universitas Sumatera Utara
15 menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang
saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan
financing,
dan manajemen aset.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefenisikan sebagai nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimun apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham, untuk mencapai nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manjer ataupun komisaris
Nurlela dan Islahuddin, 2008. Menurut Sukamulja 2004 dalam purwaningtyas 2011 salah satu rasio
yang dinilai bisa memberikan informasi paling baik adalah Tobin’s Q, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti
misalnya terjadinya perbedaan
cross-sectional
dalam pengambilan keputusan investasi serta hubungan antara kepemilikan saham manajemen dan nilai
perusahaan. Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya unsur saham biasa. Perusahaan dengan Tobin’s Q yang tinggi biasanya mememiliki
brand image
perusahaan yang sangat kuat. Faktor penentu dari penghitungan nilai perusahaan dengan Tobin’s Q adalah variabel
nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utang dan nilai buku dari total ekuitas
Universitas Sumatera Utara
16 dimana variabel-variabel tersebut dianggap cukup signifikan dalam menghitung
nilai perusahaan Sukamulja dalam Purwaningtyas, 2011.
2.1.4.
Good Corporate Governance
GCG
Istilah
Good Corporate Governance
pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai
Cadbury Report
. Laporan ini dipandang sebagai titik balik
turning point
yang sangat menentukan bagi praktik
Good Corporate Governance
di seluruh dunia. Komite
Cadbury
mendefinisikan
Good Corporate Governance
GCG sebagai prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para
shareholder
khususnya, dan
stakeholder
pada umumnya. Dari Indonesia, Soekrisno Agoes 2006 mendefinisikan
Good Corporate Governance
sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, Dewan Direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Good Corporate Governance juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, dan penilaian kinerjanya.
Sedangkan menurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 117M-MBU2002,
corporate governance
adalah: ”Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
17 panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai etika.”
Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD
Organization for Economic Cooperation and Development
, yang dikutip oleh FCGI dalam terbitannya, ada empat unsur penting dalam
Corporate Governance,
yaitu:
Fairness
Keadilan Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam
insider trading.
.
Transparency
Transparansi Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan
benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan mendasar atas
perusahaan dan turut serta memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat , tepat waktu dan transparan mengenai semua hal
sangat penting adanya bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan
stakeholders
.
Accountability
Akuntabilitas Merupakan bentuk tanggung jawab manajemen dalam bentuk
pengawasan yang efektif berdasarkan
balance of power
antara manajer, pemegang saham, Dewan Komisaris, dan auditor .
Responsibility
Pertanggungjawaban
Universitas Sumatera Utara
18 Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam mencipatakan kesejahteraan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat
dari aspek keuangan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sekitarnya. CG timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada
pihak penyandang dana principalinvestor bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG, perusahaan memberikan
kepastian bahwa manajemen agent bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan Setyapurnama dan Nor Pratiwi, 2004.
Penerapan good corporate governance diyakini mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional
perusahaan yang baik, efisien dan menguntungkan. Coombes dan Watson 2000 dalam Fachrurozi 2007 menyatakan bahwa pemegang saham saat ini sangat aktif
dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap bahwa CG yang lebih baik akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Tujuh
puluh lima persen dari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak sama pentingnya dengan kinerja keuangan ketika mereka mengevaluasi perusahaan
untuk tujuan investasi. Bahkan 80 dari investor mengatakan bahwa mereka akan membayar lebih mahal untuk saham perusahaan yang memiliki CG yang lebih
baik wellgoverned company atau WGC dibandingkan perusahaan lain dengan kinerja keuangan relatif sama.
Universitas Sumatera Utara
19 Penelitian mengenai
corporate governance
menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras
dengan kepentingan pemegang saham. Mekanisme
corporate governance
dibagi menjadi dua kelompok: 1 berupa mekanisme internal seperti komposisi dewan
direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. 2 mekanisme eksternal seperti pengendalian oleh pasar dan level
debt financing
Barnhart Rosentein, 1998 Mekanisme CG yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajerial, karena keterbatasan data mekanisme yang lain. Dalam penelitian ini semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan
berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila
perusahaan memperoleh laba.
2.1.5. Kepemilikan Manajerial