Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Cincau perdu Hasil Identifikasi Tumbuhan Hasil Skrining Fitokimia

25 lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1 - 2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.

3.6.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu meunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1984.

3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Cincau perdu

Sebanyak 400 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 1500 ml etanol 96 dalam wadah kaca. Selanjutnya dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk, setelah 5 hari saring, tampung maserat pada botol gelap dan sisa dimaserasi kembali dengan 1500 ml etanol. Hasil maserat yang diperoleh di kumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga di peroleh ekstrak kental daun cincau Depkes RI, 1979.

3.8 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV- Visibel

3.8.1 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas Universitas Sumatera Utara 26 DPPH 1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl dalam larutan metanol sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning dengan nilai IC 50 konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50 digunakan sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel uji Molyneux, 2004.

3.8.2 Pembuatan larutan Larutan DPPH

Sebanyak 10 mg DPPH ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda, dipe roleh larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm. Larutan DPPH 0,5 mM dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda, diperoleh larutan blanko DPPH konsentrasi 40 ppm. Larutan sampel uji ekstrak etanol daun cincau perdu Sebanyak 25 mg ekstrak etanol cincau ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, diperoleh larutan induk baku sampel konsentrasi 1000 ppm. Konsentrasi ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 0,625 ml, 1,25 ml, 1,875 ml, 2,5 ml ke dalam masing- masing labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, kemudian ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis Universitas Sumatera Utara 27 tanda. Diamkan di tempat gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 517 nm. Larutan BHT Sebanyak 25 mg serbuk BHT ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, diperoleh larutan induk baku BHT konsentrasi 1000 ppm. Larutan induk dipipet sebanyak 0,625 ml, 1,25 ml, 1,875 ml, 2,5 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 µgml lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan di tempat gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 517 nm.

3.8.3 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Gambar seperangkat alat spektrofotometer uv-visibel Shimadzu dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 35 .

3.8.4 Waktu pengukuran

Lama pengukuran metode DPPH menurut beberapa literatur yang direkomendasikan adalah selama 60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 60 menit Molyneux, 2004; Rosidah, et al., 2008. Universitas Sumatera Utara 28

3.8.5 Analisis persen pemerangkapan radikal bebas

Menurut Rosidah, et al 2008, penentuan persen pemerangkapan radikal bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut: Aktivitas pemerangkapan radikal bebas = 100 x kontrol A sampel A - kontrol A Keterangan : A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel A sampel = Absorbansi sampel

3.8.6 Analisis nilai IC

50 Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas pemerangkapan radikal bebas adalah nilai IC 50 Inhibitory Concentration, nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat memerangkap radikal bebas sebesar 50 Molyneux, 2004. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi sampel µgml sebagai absis sumbu x dan nilai inhibisi antioksidan sebagai ordinatnya sumbu y. Universitas Sumatera Utara 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor adalah sampel daun cincau perdu yang digunakan sebagai bahan uji termasuk suku Verbenaceae, jenis Premna oblongifolia Merr. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 36. 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun cincau perdu yang diperoleh yaitu daun berwarna kecoklatan, ujung daun runcing, tepi daun tidak rata, pangkal daun tumpul. Gambar daun cincau segar dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 38.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan dilakukan terhadap serbuk simplisia daun cincau perdu. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada serbuk simplisia terlihat adanya, epidermis atas stomata anomositik, rambut penutup, mesofil, jaringan bunga karang. Gambar serbuk simplisia daun cincau perdu dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 42.

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam. Universitas Sumatera Utara 30 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun cincau perdu No. Karakteristik Hasil Pemeriksaan 1. Kadar air 7,22 2. Kadar sari larut dalam air 23,67 3. Kadar sari larut dalam etanol 13,64 4. Kadar abu total 8,48 5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,51 Dari Tabel 4.1 di atas diperoleh kadar air simplisia daun cincau sebesar 7,22 memenuhi persyaratan umum yaitu di bawah 10. Kadar air yang melebihi persyaratan memungkinkan pertumbuhan jamur. Syarat kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak sama. Pada pemeriksaan ini, karakterisasi simplisia belum tertera didalam Materia Medika Indonesia MMI. Penetapan kadar sari yang larut dalam air untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar dalam simplisia. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air adalah garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin, gula, gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pektin, zat warna, dan asam organik Depkes RI, 1986. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang bersifat polar dan non polar dalam simplisia. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, antrakinon, flavonoid, steroid, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut lemak, malam, tanin dan saponin Depkes RI, 1986. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Universitas Sumatera Utara 31 Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan dari luar yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun cincau dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 43.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia, diketahui bahwa daun cincau perdu mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia daun cincau perdu No. Pemeriksaan Hasil 1. Alkaloid - 2. Flavonoida + 3. Glikosida + 4. Tanin + 5. Saponin + 6. Steroida triterpenoida + Keterangan: + Positif : mengandung golongan senyawa  Negatif : tidak mengandung golongan senyawa Hasil yang diperoleh pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa serbuk simplisia daun cincau perdu mengandung golongan senyawa kimia yaitu flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Daun cincau memiliki potensi sebagai antioksidan, yaitu dengan adanya senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoida Kumalaningsih, 2006. Universitas Sumatera Utara 32 Senyawa flavonoid tersebut bertindak sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas. Senyawa tersebut mampu menetralisir radikal bebas dengan memberikan elektron kepadanya sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal Silalahi, 2006.

4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan