Perencanaan Partisipatif Pemberdayaan Masyarakat

4. Pelaksanaan kegiatan lebih objektif dan fleksibel sesuai dengan kondisi nyata yang dihadapi berdasarkan sudut pandang yang berbeda. 5. Timbulnya transparansi karena adanya kebutuhan distribusi informasi dan kewenangan dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan cepat. 6. Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus dan berorientasi kepada permasalahan masyarakat. Kemungkinan muncul masyarakat yang tidak mau mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu program, hal itu disebabkan oleh beberapa hal: 1. Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyusunan rancangan. 2. Masyarakat kurang diberikan kesempatan, peluang dan penghargaan terhadap partisipasi yang layak diberikannya. 3. Pemeran atau pelaku partisipasi dicurigai akan mengambil keuntungan pada proses kegiatan pembangunan. 4. Tingkat kehidupan dan penghidupan masyarakat yang terbatas, sehingga tidak mampu memberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan. 5. Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi. Herbowo, 2001: 79

1.5.3 Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif adalah suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait dalam suatu bidang dan pihak-pihak merencanakan secara bersama-sama dan terbuka. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan partisipatif, antara lain: 1. Perencanaan partisipatif harus didasarkan dengan kebutuhan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2. Sebagian besar masyarakat atau kelompok terlibat dalam pengambilan keputusan dan prosesnya. Termasuk yang terabaikan kalau berminat dan akan dipengaruhi oleh hasil perencanaan. 3. Tujuan dari perencanaan tersebut harus lebih cenderung kepada kemandirian masyarakat dan pada ketergantungan pada pihak lain. 4. Manfaat dari hasil perencanaan berkelanjutan dan bukan hanya sesaat. 5. Menggunakan bahansumber daya lokal sejauh mungkin. 6. Tidak merugikan orang lain yang tidak terlibat dalam prosesnya. Perencanaan partisipatif dapat dimulai dari penjajagan kebutuhanpermasalahan dan potensi sampai dengan penentuan dan perumusan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu proses perencanaan partisipatif terdiri dari beberapa langkah, yaitu: 1. Identifikasi masalah, potensi dan peluang. 2. Prioritaskan masalah, potensi dan peluang. 3. Menganalisa masalah, potensi dan peluang. 4. Menentukan pemecahan terhadap masalah tersebut. 5. Membuat suatu perencanaan untuk melaksanakan kegiatan pemecahan untuk menghindari masalahnya. Adapun ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain, yaitu: 1. Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-menerus. 2. Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga. 3. Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri. 4. Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan. Universitas Sumatera Utara 5. Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan. Herbowo, 2001: 78

1.5.4 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan suatu proses yang pada hakikatnya bertujuan untuk terwujudnya perubahan. Oleh karena itu, mulai dari titik mana kita melihat bahwa individu tegerak ingin melakukan suatu sikap dan perilaku kemandirian, termotivasi, dan memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam rambu-rambu nilainorma yang memberikannya rasa keadilan dan kedamaian dalam mencapai tujuan bersama untuk kesejahteraan. Pemberdayaan pada awalnya digerakkan oleh kebutuhan organisasi atau komunitas yang berbeda. Harapan dari suatu organisasi pada prinsipnya cenderung diarahkan pada produktivitas, karena pemberdayaan akan meningkatkan produktivitas individu, maka perhatian utama adalah fleksibilitas, daya tanggap pelanggan dan kualitas yang merupakan tujuan dari kebanyakan organisasi modern yang mengadopsi pemberdayaan sebagai suatu kebijakan. Dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat yang dinamis, pemberdayaan lebih merupakan suatu upaya untuk memberikan kemampuan sekaligus kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam proses pembangunan. Untuk melaksanakan proses pemberdayaan, hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah: 1. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai konsep pemberdayaan. 2. Konsep pemberdayaan mengasumsikan adanya perubahan dalam budaya, termasuk di dalamnya budaya organisasi dan perusahaan, Universitas Sumatera Utara 3. Pemimpin, kaum birokrat, manajer, harus memiliki kesadaran dalam dirinya, bahwa dalam implementasi dari konsep-konsep pemberdayaan, pada akhirnya akan terjadi perubahan peran, yang berimbas pada peran mereka mungkin berkurang. 4. Individu, kelompok, dan masyarakat luas, harus siap merubah dirinya dan menghilangkan pengkondisian mental, hambatan mental, dan kenyamanan yang ada dalam diri mereka. 5. Proses pemberdayaan bukan suatu pendekatan yang seketika, namun membutuhkan waktu dan energi dalam pendekatannya, karena pemberdayaan bertujuan menangkap pikiran dan hati orang, sehingga hal itu sangat sulit ketika dalam proses pemberdayaan menghadapi kondisi keprihatinan, kecemasan dan adanya perasaan takut dari orang-orang akan kehilangan pekerjaannya. Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi dan informasi, masalah persaingan dan kerjasama menjadi isu kompetisi yang penting. Gerakan ini cenderung memperjuangkan ruang gerak yang lebih terbuka untuk menciptakan legitimasi pemerintah terhadap arti pentingnya inisiasi lokal. Perubahan paradigma pembangunan kearah semakin dominan danatau eksisnya peran serta masyarakat yang menuntut adanya kesiapan masyarakat. Dari kesiapan masyarakat tersebut, memungkinkan terciptanya keterlibatan mereka dalam proses perencanaan dengan mengedepankan pendekatan bottom-up dengan harapan; a. Data dapat dikumpulkan, dikaji, dan diuji coba-kan secara langsung kepada masyarakat di lapangan, Universitas Sumatera Utara b. Pemecahan masalah sudah langsung dapat diterapkan selama berlangsungnya proses pemberdayaan, c. Munculnya penilaian danatau penghargaan atas hal-hal yang dirasakan oleh pihak yang berkepentingan, konteks kebudayaan, serta perubahan kondisi, d. Kelemahan dan kekuatan akan cepat langsung dipahami oleh masyarakat yang ikut dalam proses pemberdayaan, dan e. Semakin meningkatnya motivasi masyarakat untuk berpartisipasi, terutama dalam sikap pengambilan keputusan, hal ini karena mereka memahami masalah yang dirasakannya.

1.5.5 Imeum Mukim