Generator Sinkron 1. Pengertian Generator Sinkron

Seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut : P T V S V Ekspansi Awal Injeksi Kompresi Masuk Keluar 1 5 2 3 4 1 2 3 4 5 2.3 4 5.1 a b c Gambar.2.2. a memperlihatkan diagram Tekanan-Volume P-V untuk keadaan teoritis, sedangkan gambar b memperlihatkan untuk suatu siklus yang sebenarnya bagi sebuah motor diesel. II.3. Generator Sinkron II.3.1. Pengertian Generator Sinkron Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron sering disebut alternator adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari kebutuhan. Untuk memutar rotor generator digunakan prime mover penggerak mula yang dapat berupa turbin ataupun mesin diesel. Universitas Sumatera Utara

II.3.2. Kontruksi Generator Sinkron

Konstruksi umum Generator AC adalah sebagai berikut : 1. Rangka Stator Merupakan rumah dari bagian – bagian generator lain yang terbuat dari besi tuang. 2. Stator Stator memiliki alur – alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai sebagai tempat GGL induksi. 3. Rotor Rotor adalah bagian yang berputar, pada bagian ini terdapat kutub–kutub yang memiliki inti dan kumparan medan yang lilitannya dialiri arus searah yang menjadi arus penguatan. 4. Cincin Geser Terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros dengan memakai isolasi. Cincin geser atau yang biasa disebut slip ring ini berputar bersama – sama dengan poros dan rotor. 5. Generator Penguat Generator penguat merupakan generator searah yang dipakai sebagai sumber arus pada generator utama. Pada umumnya generator AC ini dibuat sedemikan rupa, sehingga lilitan tempat terjadinya GGL induksi tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan menimbulkan medan magnet berputar. Universitas Sumatera Utara Gambar.2.3. Konstruksi generator sinkron Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient kutub sepatu dan dan non salient rotor silinder. Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini : Gambar.2.4. Rotor salient kutub sepatu pada generator sinkron Universitas Sumatera Utara Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini : a b Gambar.2.5. Gambaran bentuk a rotor Non-salient rotor silinder b penampang rotor pada generator sinkron Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara: 1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan sikat. Universitas Sumatera Utara 2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor generator sinkron.

II.3.3. Prinsip kerja generator sinkron

Generator serempak sinkron akan menghasilkan tenaga listrik berdasarkan hukum Faraday. Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator disebut generator kutub eksternal external pole generator yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor dan disalurkan melalui slip ring dan karbon sikat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal internal pole generator, yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar.2.6. Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan. Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal internal pole generator, suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan. Universitas Sumatera Utara

II.3.4. Pemilihan putaran

Putaran adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi besar tegangan voltage dan frekuensi yang timbul pada arus bolak-balik alternating current. Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah: 120 .p n f = dimana: f = frekuensi listrik Hz n = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet rpm p = jumlah kutub magnet Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500 rpm. Universitas Sumatera Utara

II.3.5. Sistem Eksitasi

Yang dimaksud dengan sistem eksitasi atau sistem penguatan adalah suatu perangkat yang memberikan arus penguat If ke kumparan magnet generator arus bolak-balik alternating current dijalankan dengan cara membangkitkan medan magnetnya dengan arus searah. Sedangkan sistem penguatan dapat digolongkan menurut cara penyediaan tenaganya. Sistem penguatan ini dibagi atas : 1. Sistem penguatan sendiri 2. Sistem penguatan terpisah II.3.5.a. Sistem penguatan sendiri Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat brushless alternator. Generator tanpa sikat ini mempunyai exciter yang kumparan jangkarnya pada rotor dan kumparan medan If pada stator. Arus penguatan didapat dari remanensi induksi magnet sisa pada stator generator utama yang diberikan pada stator generator penguat. Arus yang disuplai tersebut diatur terlebih dahulu oleh AVR automatic voltage regulator yang merupakan pengatur tegangan otomatis. Melalui AVR inilah dilakukan pengaturan tegangan. Arus yang dihasilkan pada rotor generator penguat disearahkan menjadi dengan menggunakan penyearah rotating diode yang turut berputar dengan rotor kedua generator. Sistem penguatan sendiri dipasang pada ujung poros generator utamanya. Universitas Sumatera Utara Gambar.2.7. Diagram generator dengan penguatan tanpa sikat II.3.5.b. Sistem penguatan terpisah Ada generator yang mempunyai kapasitas daya yang besar, kutub-kutublah yang berputar dan belitan arus putar arus jangkar yang dipasang pada stator bagian yang tidak bergerak. Dengan demikian maka daya penguatan yang berupa arus searah melalui sikat dan cincin geser, seperti terlihat pada gambar : Gambar.2.8. Diagram generator sistem penguatan terpisah Belitan jangkar R.S.T terletak pada stator dan belitan medan pada rotor dan mendapat arus searah dari sistem penguatan secara terpisah. Walaupun secara relatif, namun daya penguatan tidak besar, sehingga cincin geser senantiasa merupakan titik lemah dari generator. Universitas Sumatera Utara

II.3.6. Alternator tanpa beban

Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan I f , maka tegangan Ea akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut. Ea = c.n. φ dimana: c = konstanta mesin n = putaran sinkron φ = fluks yang dihasilkan oleh IF Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan I f . Apabila arus medan I f diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea yang berubah-ubah juga seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut: Gambar.2.9. Karakteristik tanpa beban generator sinkron Universitas Sumatera Utara

II.3.7. Alternator Berbeban

Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi Xm . Reaktansi pemagnet Xm ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor Xa dikenal sebagai reaktansi sinkron Xs . Persamaan tegangan pada generator adalah : Ea = V + I.Ra + j I.Xs Xs = Xm + Xa dimana: Ea = tegangan induksi pada jangkar V = tegangan terminal output Ra = resistansi jangkar Xs = reaktansi sinkron I = arus jangkar Gambar.2.10. Rangkaian ekivalen alternator berbeban Universitas Sumatera Utara

II.3.8. Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron

Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin atau generator dalam keadaan tidak berbeban. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah: 1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator, disebut reaksi jangkar. 2. Induktansi sendiri kumparan jangkar. 3. Resistansi kumparan jangkar. 4. Efek permukaan rotor kutub sepatu. Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar.2.11. Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa Universitas Sumatera Utara

II.3.9. Menentukan Parameter Generator Sinkron

Harga Xs diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa beban dan percobaan hubungan singkat. Pada pengujian tanpa beban, generator diputar pada kecepatan ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke beban. Arus eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur pada tiap tahapan. Dari percobaan tanpa beban arus jangkar adalah nol Ia = 0 sehingga V sama dengan Ea. Sehingga dari pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan I f . Dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya unsaturated. Pemakaian harga linier yang merupakan garis lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar. Gambar.2.12. Karakteristik tanpa beban Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung Universitas Sumatera Utara singkat melalui ampere meter. Kemudian arus jangkar Ia = arus saluran diukur dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar Ia sebagai fungsi arus medan IF, dan ini merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat alternator diberikan di bawah ini : Gambar2.13. Karakteristik hubung singkat alternator Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan terminal adalah nol. Impedansi internal mesin adalah: Ia Ea Xs Ra Zs = + = 2 2 Oleh karena Xs Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi: Ia V Ia Ea Xs OC = = Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang Y, kemudian arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut : DC DC I V Ra . 2 = Universitas Sumatera Utara Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol pada saat pengukuran.

II.3.10. Regulasi tegangan generator

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara keadaan beban nol V NL dengan beban penuh V FL . Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator. Regulasi tegangan generator dapat kita hitung dengan menggunakan rumus dibawah ini : 100 x V V V VR FL FL NL − =

II.3.11. Sinkronisasi generator sinkron

Sinkronisasi generator adalah memparallelkan kerja dua buah generator atau lebih untuk mendapatkan daya sebesar jumlah generator tersebut dengan syarat syarat yang telah ditentukan. Syarat syarat dasar dari parallel generator adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Mempunyai tegangan kerja yang sama 2. Mempunyai urutan fasa yang sama 3. Mempunyai frekuensi kerja yang sama 4. Mempunyai sudut fasa yang sama Dalam kerja parallel generator tidak cukup hanya berdasar pada syarat syarat diatas ada hal lain yang perlu diketahui sebagai penjabaran syarat syarat diatas. Adapun penjabarannya sebagai berikut : 1. Mempunyai tegangan kerja yang sama Dengan adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada saat diparallel dengan beban kosong power faktornya 1. Dengan faktor daya 1 berarti tegangan antara 2 generator persis sama. Jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua sumber yang sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak akan ada arus antara kedunya. Namun karena dua sumber merupakan sumber tegangan yang dinamis diesel generator, maka faktor dayanya akan terjadi deviasi naik dan turun secara periodik bergantian dan berlawanan. Hal ini terjadi karena adanya sedikit perbedaan sudut fasa yang sesekali bergeser karena faktor gerak dinamis dari diesel penggerak. Itu bisa dibuktikan dengan membaca secara bersamaan putaran dari kedua generator dalam keadaan sinkron. Misalnya Generator leader mempunyai kecepatan putar 1500 dan generator follower mempunyai kecepatan putar 1501, maka terdapat selisih 1 putaran menit. Dengan perhitungan seperti dibawah ini : 360 × − = ∆ Follower Follower Leader N N N ϕ Universitas Sumatera Utara Maka didapat beda fasa antar generator Leader dan Follower : 24 , 360 1500 1500 1501 = ∆ × − = ∆ ϕ ϕ Dan dapat dihitung selisih tegangan sebesar : Follower Leaader V V Cos V − × ∆ = ∆ ϕ V V V Cos V Cos V 2 999 , 1 382 384 24 , 382 384 = = ∆ − × = ∆ − × ∆ = ∆ ϕ Dimana : ϕ ∆ : Beda fasa N 1 ;N 2 : Kecepatan putar generator leader; follower V 1 ;V 2 : Tegangan terminal leader; follower Selisih tegangan yang kecil cukup mengakibatkan timbulnya arus sirkulasi antara 2 buah generator tersebut dan sifatnya tarik menarik namun tidak membahayakan. Dan pada saat dibebani bersama-sama maka power faktornya akan relatif sama sesuai dengan faktor daya beban. Memang sebaiknya dan idealnya masing masing generator menunjukkan faktor daya yang sama. Jika terjadi perbedaan faktor daya dengan selisih tidak terlalu besar, generator tersebut masih dapat diparallelkan. Namun akibat dari hal tersebut salah satu generator yang mempunyai nilai faktor daya rendah akan mempunyai nilai arus yang sedikit Universitas Sumatera Utara lebih tinggi. Yang penting diperhatikan adalah tidak melebihi arus nominal dan daya nominal dari generator. Sebagai contoh : Jika masing-masing generator memikul beban 100 kW, dimana generator 1 dengan faktor daya 0,85 dan yang generator 2 mempunyai faktor daya 0,75. Maka dengan menggunakan rumus daya aktif didapat selisih arus : ϕ Cos I V P . . . 3 = 2 2 1 1 . . 3 ϕ ϕ Cos I Cos I V P − = 2 2 1 1 . 3 ϕ ϕ Cos I Cos I V P − = Dimana : P : Daya aktif V : Tegangan terminal generator I : Arus beban I 1 ;I 2 : Arus generator 1;2 Cosφ : Faktor daya Dengan adanya selisih arus tersebut, bisa saja dianggap bahwa generator bekerja independent dengan arus tersebut. Pada saat generator bekerja parallel perubahan arus eksitasi akan merubah faktor daya, jika arus eksitasi diperkuat maka nilai faktor daya mengecil menjauhi satu, sebaliknya jika eksitasi dikurangi maka nilai faktor daya akan membesar mendekati 1. Pada panel-panel kontrol modern sudah diperlengkapi dengan modul yang mana sudah terdapat pengaturan VAR generator dengan output yang Universitas Sumatera Utara disambungkan ke AVR generator. Sehingga secara otomatis masing masing generator dengan berapapun beban kW, faktor daya akan menjadi sama dan seimbang. Hal ini diperuntukkan pada sistem yang mana sistem tersebut parallel sesaat atau transfer beban baik antara generator maupun dengan PLN. Pada saat transfer beban secara soft transfer terjadi pemindahan beban, perubahan faktor daya yang kecenderungan terjadi diatur secara otomatic oleh modul tersebut, sehingga pada saat transfer beban tidak terjadi perubahan faktor daya yang berarti. Pada saat ini banyak PLTD seluruh Indonesia, dimana pihak swasta menyuplai daya generatornya untuk menambah kapasitas daya terpasang PLN. Pada kondisi ini sedikit berbeda dengan yang diuraikan diatas yaitu masalah pembagian dan pengaturan faktor daya. Pada generator PLTD sudah ditentukan berapa kW beban yang akan disuplai dan berapa kWH energi yang akan dikirim. Pada saat mulai memparallelkan tegangan tidak harus sama, karena pengaturan kenaikan beban secara bertahap maka pengaturan penambahan eksitasi juga bertahap sampai didapatkan faktor daya yang dikehendaki. Kita bisa mengatur sendiri faktor daya yang akan dioperasikan. Bisa 0,8 0,85 0,9 atau 0,95 namun pada umumnya yang lebih sering digunakan pada faktor daya 0,9. Hal ini dikarenakan kapasitas generator PLN jauh lebih besar dibandingkan generator PLTD, sehingga perubahan faktor daya di generator PLTD tidak begitu mempengaruhi banyak meskipun ada. Hal tersebut diatas dapat dilihat dengan menggunakan rumus daya aktif : sistem Beban sistem G G G G G Beban Total Cos I V P P P P P P P P ϕ . 5 4 3 2 1 . . 3 = + + + + = = 1 1 . . . 3 ϕ Cos I V P Beban P G = Universitas Sumatera Utara 2 2 . . . 3 ϕ Cos I V P Beban P G = 3 3 . . . 3 ϕ Cos I V P Beban P G = 4 4 . . . 3 ϕ Cos I V P Beban P G = 5 5 . . . 3 ϕ Cos I V P Beban P G = Dimana : P Total : Beban total P GN : Daya yang dihasilkan generator. V P : Tegangan parallel I Beban : Arus beban Jika arus eksitasi pada salah satu generator dinaikkan, maka tegangan generator yang dinaikkan eksitasi tersebut misal V 1 akan naik. Pada persamaan diatas, apabila pada beban arus dan daya yang dilayani tetap maka akan terjadi penurunan faktor daya, dan demikian sebaliknya. Pada saat hendak memparallelkan secara manual generator dengan Catu daya PLN yang sudah berbeban atau generator lain yang sudah berbeban, kita menyamakan persis dengan tegangan line jala jala. Maka pada saat breaker close, faktor daya generator akan menunjuk 1 dan beban kW akan menunjuk pada posisi 0, jika kita menambah daya output mesin perlahan lahan, maka faktor daya akan cenderung menuju ke kapasitif leading dan memungkinkan terjadinya reverse power. Untuk menghindari tersebut maka setelah sinkron penguatan eksitasi dulu yang dinaikkan sampai cos φ mencapai nilai yang diinginkan. Seiring dengan itu maka kita dapat menaikkan daya mesin dengan menaikkan speed Universitas Sumatera Utara adjuster. Pada saat beban n aik, cosφ akan naik membesar mendekati satu. Pada saat bersamaan eksitasi diatur mencapai nilai yang diinginkan demikian seterusnya sampai mencapai nilai yang diinginkan. 2. Mempunyai urutan fasa yang sama Yang dimaksud urutan fasa adalah arah putaran dari ketiga fasa. Arah urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW clock wise yang artinya searah jarum jam dan CCW counter clock wise yang artinya berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur dengan alat fasa sequence type jarum. Dimana jika pada saat mengukur, jarum bergerak berputar kekanan dinamakan CW dan jika berputar kekiri dinamakan CCW. Disamping itu dikenal juga urutan fasa ABC dan CBA. ABC identik dengan CW sedangkan CBA identik dengan CCW. Perlu diketahui bahwa banyak generator mencantumkan symbol R,S,T,N ataupun L1,L2,L3,N namun tidak selalu berarti bahwa urutan CW ABC itu berarti RST atau L1L2L3. Jika diukur urutan STR, TRS ,L2L3L1 itu juga termasuk CWABC. Sebagai contoh : Pada kabel penghantar yang keluar dari generator di Sun Plaza, kabel diseragamkan semua berwarna hitam dan tidak ada kode sama sekali. Kita tidak bisa membedakan secara visual atau parameter listrik bahwa penghantar itu fasanya R, S, atau T. Kita hanya bisa membedakan arah urutannya saja CW atau CCW. Apapun generatornya jika mempunyai arah urutan yang sama maka dapat dikatakan mempunyai salah satu syarat dari parallel generator. Sehingga bisa jadi pada dua generator yang sama urutan RST pada generator 1 dapat dihubungkan Universitas Sumatera Utara dengan fasa STR pada generator 2 dan itu tidak ada masalah asal keduanya mempunyai arah urutan yang sama. 3. Mempunyai frekuensi kerja yang sama Didalam dunia industri dikenal 2 buah sistem frekuensi yaitu 50 Hz dan 60 Hz . Dalam operasionalnya sebuah generator bisa saja mempunyai frekuensi yang fluktuatif berubah ubah karena faktor faktor tertentu. Pada jaringan distribusi dipasang alat pembatas frekuensi yang membatasi frekuensi pada minimal 48,5 Hz dan maksimal 51,5 Hz. Namun pada generator generator pabrik over frekuensi dibatasi sampai 55 Hz sebagai overspeed. Pada saat hendak parallel, dua buah generator tentu tidak mempunyai frekuensi yang sama persis. Jika mempunyai frekuensi yang sama persis maka generator tidak akan bisa parallel karena sudut phasanya belum match, salah satu harus dikurang sedikit atau dilebihi sedikit untuk mendapatkan sudut fasa yang tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil sinkron baru kelima generator mempunyai frekuensi yang sama persis. 4. Mempunyai sudut fasa yang sama Mempunyai sudut fasa yang sama bisa diartikan, fasa-fasa dari kelima generator mempunyai sudut fasa yang berhimpit sama atau 0 . Dalam kenyataannya tidak memungkinkan mempunyai sudut yang berhimpit karena generator yang berputar meskipun dilihat dari parameternya mempunyai frekuensi yang sama namun jika dilihat menggunakan synchronoscope pasti bergerak labil kekiri dan kekanan, dengan kecepatan sudut radian yang ada sangat sulit untuk mendapatkan sudut berhimpit dalam jangka waktu 0,5 detik. Breaker Universitas Sumatera Utara membutuhkan waktu tidak kurang dari 0,3 detik untuk close pada saat ada perintah close. Universitas Sumatera Utara

BAB III GENERATOR PARALELLING CONTROL GPC

III.1. Prinsip kerja Gambar.3.1. Piranti GPC generator paralleling control GPC merupakan alat pengontrol yang dikemas dalam satu unit yang dirancang khusus menggunakan PLC programmable logic control dalam aplikasi kerjanya. GPC merupakan suatu unit kendali yang berdasarkan mikroprosesor. GPC memiliki banyak fungsi penting dalam hal proteksi dan pengontrolan generator sinkron maupun asinkron. GPC akan mengeluarkan semua kebutuhan serta tugas untuk mengontrol dan memproteksi terhadap sebuah generator, tanpa memperhatikan pada penggunaan generator tersebut. Hal ini berarti bahwa GPC dapat digunakan untuk berbagai tipe aplikasi seperti : 1. Satu generator generator tunggal 2. Kontrol beragam beban generator Universitas Sumatera Utara