Pasar Modern Dan Gaya Hidup Remaja Di Kota Medan (Studi deskriptif di Sun Plaza Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIA DAN ILMU POLITIK

PASAR MODERN DAN GAYA HIDUP REMAJA DI KOTA MEDAN (Studi deskriptif di Sun Plaza Medan

SKRIPSI Diajukan oleh:

Nama : DEBORA H.F HUTAGALUNG NIM : 060901001

Guna Memenuhi salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Defenisi Operasional ... 5

1.6.Operasional Variabel ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.2. Pasar Modern ... 10

2.2. Remaja dan gaya hidup ... 11

2.3. Modernisasi ... 17

2.4. Perubahan Sosial ... 19

2.5. Kelas sosial pada masyarakat ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Peneitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26


(3)

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel. ... 27

3.4 Teknik pengumpulan data ... 29

3.5 Jadwal kegiatan ... 30

3.6 Keterbatasan peneliti... ... 30

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 31

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Sejarah singkat kota Medan ... 31

4.1.4. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan ... 33

4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan ... 36

4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza ... 38

4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan ... 40

4.1.7. Moto Sun Plaza ... 40

4.1.8. Kegiatan Sun Plaza ... 41

4.1.9. Tempat-tempat yang sering ... 43

4.2. Karakteristik Responden ... 43

4.2.1. Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 43

4.2.2. Pekerjaan Orang tua Responden ... 44

4.2.3. Pendapatan orang tua responden ... 45

4.3. Fungsi Pasar Modern... 46

4.3.1. Sebagai tujuan Belanja ... 46

4.3. 2. Sebagai tempat kumpul ... 48

4.3.3. Sebagai tempat pertemuan ... 49


(4)

4.4. Daya Tarik Pasar Modern ... 51

4.4.1. Bangunan fisik pasar modern indah dan nyaman ... 51

4.4.2 Fasilitas pendukung yang lengkap ... 52

4.4.2.1.Ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 52

4.4.2.2. Jaringan Wi-Fi ... 54

4.4.2.3. Letak strategis……….. ... 56

4.5. Sikap konsumesisme ... 58

4.5.1.Memperhatikan penampilan ... 58

4.5.2.Memperhatikan merk saat membeli barang ... 59

4.5.3. Bangga bila membeli barang dari pasar modern ... 60

4.6. Menunjukkan kelas sosial ... 61

4.7. Remaja dan perkembangan zaman... 63

BAB V PENUTUP ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nama-nama Store yang sering dikunjungi remaja ... 27

Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan sampel dari setiap ... 28

Tabel 4.1 Gambaran pendidikan responden dan jenis kelamin ... 44

Tabel 4.2 Gambaran pekerjaan orang tua responden ... 44

Tabel 4.3 Gambaran penghasilan orangtua responden ... 46

Tabel 4.4 Gambaran pasar modern identik sebagai ... 47

Tabel 4.5 Gambaran Pasar Modern tempat remaja ... 48

Tabel 4.6. Gambaran pasar modern sebagai tempat pertemua ... 49

Tabel 4.7. Gambaran pandangan responden tentang pasar modern ... 50

Tabel 4.8. Gambaran pandangan terbuka untuk umum ... 52

Tabel 4.9 Gambaran ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 53

Tabel 4.10 Memanfaatkan jaringan Wi-Fi ... 54

Tabel 4.11 Segenap karyawan atau SPG (Sales Promotion Girl) ... 56

Tabel 4.12 Letak Sun Plaza yang stategis ... 57

Tabel 4.13 Responden selalu memperhatikan penampilan ... 58

Tabel 4.14 Responden selalu memperhatikan merk... 59

Tabel 4.15 responden merasa bangga bila membeli ... 61

Tabel 4.16 Pandangan responden tentang berbelanja ... 62


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : DEBORA H.F HUTAGALUNG

NIM : 060901001

DEPARTEMEN : SOSIOLOGI

JUDUL : PASAR MODERN DAN GAYA HIDUP REMAJA DI KOTA MEDAN

(Studi deskriptif di Sun Plaza Medan)

DOSEN PEMBIMBING KETUA JURUSAN

Dra. RIA MANURUNG, M.Si

NIP: 196212031989032001 NIP:196805251992031002 PROF.DR. BADARUDDIN, M.Si

DEKAN

NIP:196805251992031002 PROF.DR. BADARUDDIN, M.Si


(7)

ABSTRAKSI

Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembangan sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat, khususnya bagi remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi. Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari segala aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa risih atau segan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing di pasar modern tersebut. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan, yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk mengambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, observasi, studi kepustakaan dan analisis data. melalui metode deskriptif dengan panduan teori pasar modern, teori gaya hidup, teori perubahan sosial, teori modernisasi dan teori stratifikasi sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap 200 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pasar modern mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pasar modern mampu menarik minat pengunjung khususnya remaja untuk mengunjungi pasar modern. Ini dipengaruhi oleh karena pasar modern biasanyamemiliki fasilitas pendukung, sehingga muncul keinginan belanja di pasar modern karena adanya gengsi atau bangga. Pada mulanya belanja hanya merupakan konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Pada saat ini konsep belanja itu sendiri telah berkembang sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.7.Latar Belakang ... 1

1.8.Perumusan Masalah ... 4

1.9.Tujuan penelitian ... 4

1.10. ... Manfa at Penelitian ... 4

1.11. ... Defeni si Operasional ... 5

1.12. ... Operas ional Variabel ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.2. Pasar Modern ... 10

2.2. Remaja dan gaya hidup ... 11

2.3. Modernisasi ... 17

2.4. Perubahan Sosial ... 19


(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Peneitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel. ... 27

3.4 Teknik pengumpulan data ... 29

3.5 Jadwal kegiatan ... 30

3.6 Keterbatasan peneliti... ... 30

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 31

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Sejarah singkat kota Medan ... 31

4.1.4. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan ... 33

4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan ... 36

4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza ... 38

4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan ... 40

4.1.7. Moto Sun Plaza ... 40

4.1.8. Kegiatan Sun Plaza ... 41

4.1.9. Tempat-tempat yang sering ... 43

4.2. Karakteristik Responden ... 43

4.2.1. Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 43

4.2.2. Pekerjaan Orang tua Responden ... 44


(10)

4.3. Fungsi Pasar Modern... 46

4.3.1. Sebagai tujuan Belanja ... 46

4.3. 2. Sebagai tempat kumpul ... 48

4.3.3. Sebagai tempat pertemuan ... 49

4.3.4. Sebagai ruang publik ... 50

4.4. Daya Tarik Pasar Modern ... 51

4.4.1. Bangunan fisik pasar modern indah dan nyaman ... 51

4.4.2 Fasilitas pendukung yang lengkap ... 52

4.4.2.1.Ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 52

4.4.2.2. Jaringan Wi-Fi ... 54

4.4.2.3. Letak strategis……….. ... 56

4.5. Sikap konsumesisme ... 58

4.5.1.Memperhatikan penampilan ... 58

4.5.2.Memperhatikan merk saat membeli barang ... 59

4.5.3. Bangga bila membeli barang dari pasar modern ... 60

4.6. Menunjukkan kelas sosial ... 61

4.7. Remaja dan perkembangan zaman... 63

BAB V PENUTUP ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nama-nama Store yang sering dikunjungi remaja ... 27

Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan sampel dari setiap ... 28

Tabel 4.1 Gambaran pendidikan responden dan jenis kelamin ... 44

Tabel 4.2 Gambaran pekerjaan orang tua responden ... 44

Tabel 4.3 Gambaran penghasilan orangtua responden ... 46

Tabel 4.4 Gambaran pasar modern identik sebagai ... 47

Tabel 4.5 Gambaran Pasar Modern tempat remaja ... 48

Tabel 4.6. Gambaran pasar modern sebagai tempat pertemua ... 49

Tabel 4.7. Gambaran pandangan responden tentang pasar modern ... 50

Tabel 4.8. Gambaran pandangan terbuka untuk umum ... 52

Tabel 4.9 Gambaran ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 53

Tabel 4.10 Memanfaatkan jaringan Wi-Fi ... 54

Tabel 4.11 Segenap karyawan atau SPG (Sales Promotion Girl) ... 56

Tabel 4.12 Letak Sun Plaza yang stategis ... 57

Tabel 4.13 Responden selalu memperhatikan penampilan ... 58

Tabel 4.14 Responden selalu memperhatikan merk... 59

Tabel 4.15 responden merasa bangga bila membeli ... 61

Tabel 4.16 Pandangan responden tentang berbelanja ... 62


(12)

ABSTRAKSI

Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembangan sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat, khususnya bagi remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi. Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari segala aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa risih atau segan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing di pasar modern tersebut. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan, yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk mengambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, observasi, studi kepustakaan dan analisis data. melalui metode deskriptif dengan panduan teori pasar modern, teori gaya hidup, teori perubahan sosial, teori modernisasi dan teori stratifikasi sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap 200 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pasar modern mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pasar modern mampu menarik minat pengunjung khususnya remaja untuk mengunjungi pasar modern. Ini dipengaruhi oleh karena pasar modern biasanyamemiliki fasilitas pendukung, sehingga muncul keinginan belanja di pasar modern karena adanya gengsi atau bangga. Pada mulanya belanja hanya merupakan konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Pada saat ini konsep belanja itu sendiri telah berkembang sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pada saat perkembangan zaman yang semakin modern ini, pasar modern tetap ramai dengan berbagai aktifitas. Ibu-ibu menjadikannya sebagai tempat belanja, bagi anak-anak dan remaja pasar modern adalah lahan bermain dan berpacaran. Pasar modern telah menjadi ruang publik dan telah mampu menggantikan sarana bermain anak-anak seperti lapangan dan taman. Nilai-nilai sakral telah dikalahkan oleh konsumerisme dan materialisme, pada khususnya para remaja sudah lebih senang mengunjungi pasar modern daripada tempat ibadah.

Zakiah Darajad (2004) mendefenisikan remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Hasan Bisri (2004) dalam bukunya “Remaja Berkualitas”, mengartikan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kank yang penuh demngan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggungjawab (bisri, 2004), sedangkan WHO (word healty organization) memberikan defenisi tentang remaja secara lebih konseptual, sebagai berikut (Sarwono, 2001):

1. Masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya samapi saat ia mencapai kematangan seksual. 2. Masa dimana individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi

kanak-kanak menjadi dewasa.

3. peralihan dan ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.


(14)

Tidak jarang, masa hidup remaja merupakan suatu masa yang krusial, karena merupakan masa pembentukan seseorang saat ia dewasa nanti. Remaja biasanya mudah terbujuk rajuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Di kalangan remaja rasa ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar sangatlah besar, padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan modenya (http//www.psikologi.com/remaja/.htm/30/10/09).

Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembang sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat, khususnya bagi remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Seperti yang dikemukan Weber bahwa persamaan status dinyatakan dengan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. (Damsar, 2002).

Gaya hidup juga dapat diidentikan dengan suatu ekspresi dan symbol untuk menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh niali-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial demi menunjukkan identitas diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi (Rasyid, 2005:1). Hal ini jugalah yang terjadi bagi remaja saat berpergian ke pasar modern.

Dimana pasar modern adalah pasar yang dikelola secara modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu pelayanan yang baik


(15)

kepada konsumen (umumnya masyarakat kelas menengah atas). Pasar modern antara lain

mall, supermarket, departemen store, shopping center, swalayan dan lain sebagainnya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Barang-barang yang dijual mempunyai kualitas relatif yang lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak (Jamaluddin, 2001:25).

Seperti yang kita ketahui pada umumnya pasar modern memiliki fungsi sebagai tempat pembeli dan penjual untuk saling berinteraksi antara masing-masing pelaku pasar dalam upaya memenuhi kebutuhannya, pasar sebagai tempat pertukaran budaya berkat pembauran orang-orang dari berbagai macam budaya, pasar berfungsi untuk memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen, memberikan kemudahan untuk memperoleh barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya, pasar merupakan tempat memperoleh bahan baku untuk proses prodiksi (http:www.pasar?ekonomi?Windu,30/11/2009).

Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa sirih atau segan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing di pasar tersebut. Perwujudan sikap yang mencolok ini


(16)

biasanya terjadi di masyarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dinamika.

Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang pasar modern dalam gaya hidup di kota Medan, Sun Plaza. Dimana Sun Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan teramai yang lebih sering dikunjungi remaja yang terdapat di Medan, Sumatera Utara selain Plaza Medan Fair, baik itu remaja yang asli penduduk Medan maupun remaja pendatang dari berbagai daerah yang lain.

1.2. Perumusan Masalah

Maka, berdasrkan uraian diatas adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana hubungan pasar modern terhadap gaya hidup remaja di kota Medan? 2. Apa yang melatarbelakangi pasar modern dijadikan remaja sebagai gaya hidup.

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan pasar modern terhadap gaya hidup remaja di kota Medan.

2. Untuk mengetahui latarbelakangi pasar modern dijadikan remaja sebagai gaya hidup.

1.4. Manfaat Penelitian


(17)

1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan dan informasi kepada studi-studi yang terkait dengan penelitian sebelumnya mengenai pasar modern dan gaya hidup remaja di kota Medan.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi dari dapa hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin menegtahui lebih dalam lagi.

3. Manfaat bagi penulis, penelitian ini diharapkanbermanfaat untuk meningkatkan penegetahuan dan kemampuan serta wawasan penulis mengenai fenomena yang terjadi bagi masyarakat, khususnya bagi remaja tentang pasar modern dan gaya hidup remaja di kota Medan.

1.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional yaitu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditemukan kebenarannya dalam penelitian ini adalah :

1. Gaya hidup

Gaya hidup adalah suatu titik pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak, yang tertuang dalam norma-norma kepantasan.

2. Pasar

Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam insitusi ekonomi dan penggerak dinamika kehidupan ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai


(18)

institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari aktifitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. (Damsar, 2003).

3. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat dikawasan perkotaan, sebagai penyedia barang atau jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).

4. Remaja

Secara umum, remaja dianggap sebagai usia transisi dari masa kanak-kanak menuju fase dewasa. Dalam fase ini seseorang anak mengalami perkembangan fisik dan emosional tertentu yang menyebabkan remaja tersebut berada pada fase anomoli. Secara fisik telah menyamai fisik orang dewasa, namun dalam tataran niali dan psikologis masih belum menunjukkan karakteristik kedewasaan.

Ada batasan umur yang sering digunakan untuk mengkategorikan seseorang menjadi remaja. WHO (word healty organization), misalnya memberikan batasan remaja sebagai kelompok manusia yang berada dalam rentang umur 10-19 tahun dan belum menikah. SEmentara PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) memberikan batasan yang lebih longgar, yakni mereka yang berada dalam rentang usia 15-24 Tahun dan belum menikah (Fauzi dan Lucianawati, 2001).

5. Perubahan Sosial

Perubahan social adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem social termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.


(19)

1.6. Operasional Variabel

Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah pasar modern, sedangkan variable terikatnya adalah gaya hidup remaja dan variabel antaranya adalah sikap.

Tabel 1.1 Variabel Operasional

Variabel bebas (X) Indikator

Pasar Modern 1. Tempat berbelanja manusia Modern

2. Tempat remaja dari kelas menengah atas

3. Ruang Publik 4. Terbuka bagi umum 5. Tempat pertemuan

6. Wahana kesenangan bagi remaja 7. Tempat bermain remaja

8. Remaja lebih senang berbelanja ke pasar modern daripada pasar tradisional

9. Bangunan indah dan nyaman 10. Fasilitas pendukung yang lengkap 11. Barang yang dijual tertera harganya


(20)

Variabel terikat (Y) Indikator

Gaya hidup remaja 1. Image

a. Remaja merasa bangga bila belanja ke pasar modern

b. Remaja lebih bangga membeli barang dipasar modern daripada pasar tradisional

c. Berbelanja di Pasar Modern menunjukkan status sosial

2. Konsumerisme

a. Memperhatikan penampilan b. Memperhatikan mode c. Pola hidup seseorang d. Minat dan pendapat e. kemewahan

Variabel antara (Z) Indikator

Sikap a. Tradisi

b. Kebiasaan

c. Kebudayaan dan lingkungan sosial


(21)

Variabel X Variabel Y

Variabel Z

Ket : X = Variabel bebas Y = Variabel Terikat Z = Variabel antara

PASAR MODERN

SIKAP

GAYA HIDUP REMAJA


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat dikawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas). Dalam PP No.112 Tahun 2007 pasar adalah adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang:

Penataan pusat perbelanjaan dan toko modern dalam PP No.112 Tahun 2007 adalah:

a) Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota, dan rencana detail tata ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.

b) Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:

• Minimarket, kurang dari 400 m2

• Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter per segi)

Departement store, diatas 400 m2

• Perkulakan diatas 5.000 m2


(23)

Minimarket, Supermarket dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;

Department Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen

• Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi. 2.2. Remaja danGaya Hidup

2.2.1. Pengertian remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari latin adolescene (kata bendanya

adolescenta yang berarti remaja) yang tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2001). Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 17-24 tahun dan belum menikah (Soetjiningsih, 2004). Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali remaja hadapkan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan disisi lain belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto, 2004). Pertumbuhan masa pubertas pada remaja putri adalah terjadinya menarche (menstruasi pertama kali). Hal ini menunjukkan bahwa organ reproduksi mulai matang. Apabila seks pranikah terjadi pada remaja putri dampak yang paling membahayakan yaitu kehamilan dan efek negatif dari kehamilan adalah aborsi.


(24)

2.1.2. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Masa remaja sebagai masa yang penting.

Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya (Al-Mighwar, 2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal remaja, yang semuanya perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru ( Hurlock, 2001).

2. Masa remaja sebagai masa peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang (Hurlock, 2001). Pada setiap periode peralihan, nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan terhadap peranannya dalam masyarakat (Al-Mighwar, 2006).

3. Masa remaja sebagai masa perubahan.

Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan sikap menurun juga (Hurlock, 2001).


(25)

Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja daripada individualitas dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-Mighwar, 2006). Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temannya dalam segala hal (Hurlock, 2001).

5. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 2001) dan banyak remaja menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Al-Mighwar, 2006).

2.1.3. Pengertian gaya hidup

Giddens ingin menunjukkan gaya hidup ini tidak lagi masuk pada wilayah kelompok tertentu saja, tetapi hampir semua bagian kehidupan. Paham ideologis gaya hidup telah menggantikan nilai-nilai kultural, yang tadinya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadi gaya, menjadi bagian keseharian yang menjadi tanda, bahwa pecinta gaya ini ada serta menandai identitas kelompok pecinta gaya yang muncul

sebagai akibat dukungan media (http://id.wikipedia.Giddes/wiki/gaya hidup, tgl 20-10-10, pkl 14.00.

Dalam pandangan Giddens yang menyatakan gaya hidup telah dikorupsi oleh konsumerisme, menunjukkan kebutuhan tentang gaya ini menjadi tidak wajar dan dibuat-buat. Pada opsi ini, konsumerisme termaknai sebagai gaya hidup yang boros dan bergaya hidup pada peningkatan pembelian barang-barang yang secara teori bukan hanya untuk kebutuhan pokok melainkan karena kesenagangan saja. Alasan membeli barang


(26)

sebagai kesenangan karena paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.

Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan

image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Berbagai upaya yang dilakukan pasar modern dalam menarik minat remaja untuk berkunjung ke pasar modern adalah dengan menyediakan berbagai macam fasilitas pendukung untuk membuat para remaja merasa nyaman berkunjung ke Pasar Modern. Adapun fasilitas pendukung yang disediakan oleh pihak manajemen Pasar Modern adalah pendigin udara yang sejuk, tersedianya tangga berjalan (escalator) dan lift di masing-masing lantai. Disamping itu, pihak manajemen Pasar Modern juga menyediakan berbagai fasilitas yang lain seperti adanya jaringan Free Wi-Fi di setiap restoran yang dapat digunakan para remaja dalam mengakses internet secara gratis.

(htt

Dunia periklanan merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh pihak Manajemen pasar modern didalam mempromosikan barang-barang yang terdapat di pasar modern. Dimana iklan tersebut biasanya menggunakan model selebritis dalam memperkenalkan produk ke Masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi pandangan masyarakat khususnya para remaja dalam hal produk. Remaja akan tertarik dan merasa bangga mengunakan produk yang dikenalkan oleh selebritis tersebut. Hal inilah yang membangun trend dan gaya hidup remaja dalam berbelanja di Pasar Modern


(27)

Weber (2004) mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan dengan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah.(Damsar,2002). Iklan gaya hidup merupakan salah satu bentuk gaya hidup, dimana dalam masyarakat berbagai perusahaan para individu semuanya terobsesi dengan citra.

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :

1. Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

2. Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.


(28)

3. Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4.

diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.

5. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

6. Persepsi.

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal (luar) dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut:

1. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. 2. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan

sikap dan perilaku individu.

3. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan


(29)

jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

4. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri polapikir, merasakan dan bertindak.

2.2. Modernisasi

Modernisasi adalah upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin menglobal pada saat kini dan mendatang (http//www.republican.co.id/suplemen/cetak detail/.asp, tgl 14-10-1-,jam 16.00). Lebih lanjut dijelaskan bahwa modernisasi mengubah gaya hidupmenjadi lebih maju seiring dengan perkembangan zaman. Terjadi pergeseran sosial dan perubahan sikap dan mental dalam rangka penyesuain dengan lingkungan baru.

Modernisasi sangat memerlukan hubungan yang selaras antara kepribadian dan sistem sosial budaya. Kemampuan berpikir secara rasional menjadi sangat penting dalam menjelaskan berbagai gejala sosial yang ada. Masyarakat modern tidak mengenal lagi penjelasan yang irasional seperti yang dikenal oleh masyarakat tradisional. Rasionalitas


(30)

menjadi dasar dan karakter pada hubungan antar individu dan pandangan masyarakat terhadap masa depan yang mereka idam-idamkan.

Terdapat ciri penting yang diungkapkan Schoorl yaitu konsep masyarakat plural yang diidentikkan dengan masyarakat modern. Masyarakat plural merupakan masyarakat yang telah mengalami perubahan struktur dan stratifikasi sosial. Lerner dalam Dube (2004) menyatakan bahwa kepribadian modern dicirikan oleh:

1. Empati: kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

2. Mobilitas: kemampuan untuk melakukan ”gerak sosial” atau dengan kata lain kemampuan”beradaptasi”. Pada masyarakat modern sangat memungkinkan terdapat perubahan status dan peran maupun peran ganda.

3. Partisipasi: Masyarakat modern sangat berbeda dengan masyarakat tradisional yang kurang memperhatikan partisipasi individunya. Pada masyarakat tradisional individu cenderung pasif pada keseluruhan proses sosial, sebaliknya pada masyarakat modern, keaktifan individu sangat diperlukan sehingga dapat memunculkan gagasan baru dalam pengambilan keputusan.

Modernisasi yang lahir di Barat akan cenderung ke arah Westernisasi, memiliki tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan asli negara ketiga dapat selalu eksis, namun setidaknya akan muncul ciri kebudayaan barat dalam kebudayaannya (Schoorl, 2004). Lebih lanjut Dube menjelaskan kelemahan modernisasi antara lain:

1. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada organisasi modern tidak dapat diikuti oleh semua negara.


(31)

2. Keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep persamaan hak dan keadilan sosial antara negara maju dan berkembang tidak menjadi suatu yang penting untuk dibicarakan.

3. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan IPTEK pada organisasi modern tidak dapat diikuti oleh semua negara.

4. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.

Teori Modernisasi adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan proses modernisasi dalam masyarakat. Teori ini melihat pada faktor internal suatu negara sementara asumsi bahwa dengan bantuan, ”tradisional’ negara bisa dibawa ke pembangunan dengan cara yang sama beberapa negara maju. Teori Modernisasi mencoba mengidentifikasikan variabel sosial yang berkontribusi terhadap kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat dan berusaha untuk menjelaskan proses evalusi sosial. Teori modernisasi tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan untuk mengubahnya.

2.4. Perubahan sosial

Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat, dapat kita lihat dan kita amati dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada masa lampau dengan masyarakat pada masa sekarang. Manusia merupakan makhluk sosial dimana hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, yaitu pergaulan atau interaksi antar manusia inilah yang nantinya menjadi salah satu penyebab timbulnya perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan sosial pastinya akan membawa dampak bagi kita, di antaranya disintegrasi yang merupakan gejala sosial yang menggambarkan adanya ketidaksesuaian


(32)

di antara unsur-unsur yang berbeda. Dan yang paling banyak di pengaruhi perubahan sosial ini adalah remaja.

Menurut tradisi, masa remaja adalah periode dari meningginya emosi, saat “badai dan tekanan”, namun hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa ini bersifat universal atau menonjol atau menetap seperti anggapan orang pada umumnya. Perubahan sosial dalam masa remaja meliputi:

1. Meningkatnya pengaruh kelompok sebaya 2. Pola perilaku sosial yang lebih matang

3. Pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin

4. Dukungan sosial.

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan didalam masyarakat dapat mengenal nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku orang, organisasi, susunan, lembaga masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

Perubahan sosial didefenisikan oleh para sarjana sosiologi dan antropologi. Adapun yang pertama mendefenisikan perubahan sosial itu adalah John Lewis Gillin dan John Philips Gillin (2007) menyatakan perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi serta karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat. Selanjutnya Selo Soemardjan (2007) menyatakan


(33)

perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat sejalan dengan itu Kingsley Davis (2007) menyatakan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.

2.3.1. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan

Perubahan sosial dan kebudayaan memiliki berbagai bentuk. Adapun bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat kita terdiri dari:

1. Perubahan yang berlangsung lambat atau cepat. Dimana Perubahan lambat disebut juga perubahan evolusi. Ciri-cirinya adalah perubahan itu seolah-olah tidak terjadi, berlangsung lambat, umumnya tidak menimbulkan disintegrasi kehidupan. Sedangkankan perubahan cepat disebut juga perubahan revolusi yaitu terjadi secara cepat, menyangkut hal-hal mendasar, menimbulkan disintegrasi sosial.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar. Dimana perubahan yang pengaruhnya kecil adalah yang tidak menyangkut berbagai aspek kehidupan dan tidak menimbulkan perubahan pada struktur sosial. Contoh : perubahan mode pakaian, sedangkan perubahan yang pengaruhnya besar adalah yang dapat membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan perubahan pada struktur sosial. Contoh : proses industrialisasi akan membawa pengaruh perubahan pada berbagai lembaga kemasyarakatan.


(34)

3. Perubahan yang dikehendaki (direncanakan) dan yang tidak dikehendaki (tidak direncanakan). Dimana perubahan yang dikehendaki adalah yang direncanakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan, sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang muncul di luar jangkauan pengawasan (kemunculannya tidak diinginkan), contoh: kesenjangan sosial dan angka pengangguran.

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sosial adalah:

Terjadinya perubahan sosial tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial itu adalah:

1. Faktor Geografis.

Temperatur yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi pengaruh pada manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan jenis kehidupan yang dialami. Misalnya, tanah pertanian sekarang banyak yang dijadikan perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik yang menimbulkan perubahan pola gaya hidup sekitar.

2. Faktor Teknologi

Penggunaan komunikasi yang canggih banyak memberi kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif. 3. Faktor Ideologi.

Ideologi dasar yaitu keyakinan dan nilai-nilai yang kompleks yang dijadikan alat untuk mempercepat perubahan.


(35)

Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial

5. Faktor Penduduk.

Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan sosial.

2.3.3. Dampak Perubahan Sosial Bagi Kehidupan Masyarakat

Setiap perubahan memiliki dampak bagi setiap orang baik dampak negatip maupun dampak positif. Adapun dampak perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat adalah:

1. Disintegrasi.

Disintegrasi adalah gejala sosial yang menggambarkan adanya ketidaksesuaian dan ketidakserasian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial.

2. Pergolakan daerah

Yaitu konflik yang terjadi untuk memperebutkan kepentingan tertentu yang tidak lagi memperhatikan tatanan hidup (nilai dan norma).


(36)

3. KenakalanRemaja

Yaitu perbuatan anak remaja yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma) yang dapat menimbulkan bahaya/kerugian pada pihak lain.

2.4. Staratifikasi Sosial pada Masyarakat

Tidak jarang kita melihat pada umumnya orang-orang yang mengunjungi pasar modern adalah remaja yang berasal dari kelas menengah atas dan biasanya yang berasal dari perkotaan. Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern, mereka mengangap bahwa mengunjungi pasar modern bukan hanya dengan hanya tujuan berbelanja, melainkan merupakan salah satu gaya hidup untuk menunjukkan statusnya di dalam mengikuti mode tertentu.

Teori stratifikasi fungsional seperti yang diungkapkan Kingsley Davis dan Wilbert Moore (dalam Ritzer, 2003:118) merupakan sebuah karya paling terkenal dalam teori fungsionalisme struktural. Davis dan Moore menjelaskan bahwa mereka menganggap statifikasi sosial sebagai fenomena universal. Davis dan Moore menyatakan bahwa tak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Dimana stratifikasi merupakan suatu keharusan fungsional semua masyarakat yang memerlukan sistem dan keperluan ini menyebabkan adanya sistem stratifikasi sebagai sebuah struktur, dan menunjukkan bahwa stratifikasi tidak mengacu kepada individu di dalam sistem sistem posisi (kedudukan). Mereka memusatkan perhatian pada persoalan bagaimana cara posisi tertentu mempengaruhi tingkat prestise yang berbeda dan tidak memusatkn perhatian pada masalah bagaimana cara individu dapat menduduki posisi tertentu (Goodman, 2004:118).


(37)

Menurut pandangan ini, masalah fungsional utama adalah bagaimana cara memotivasi dan menempatkan individu pada posisi mereka yang tepat. Dalam sistem startifikasi, hal ini dapat diturunkan menjadi dua masalah. Pertama, bagaimana cara masyarakat menanamkan kepada individu yang tepat itu keinginan untuk mengisi posisi tertentu. Kedua, segera setelah individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana cara masyarakat menanamkan keinginan kepada mereka untuk memenuhi pesyaratan posisi mereka. Davis Moore (dalam Goodman, 2004:119) tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa masyarakat secara sadar membangun sistem staratifikasi untuk meyakinkan bahwa posisi tingkat tinggi akan terisi dengan memadai. Mereka bermaksud menjelaskan bahwa statifikasi adalah perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar.

Satu kritik mendasar menyatakan bahwa teori staratifikasi stuktural fungsional hanya akan melanggengkan posisi istimewa orang-orang yang telah mempunyai kekuasaan, prestise dan uang. Teori ini menyatakan bahwa orang yang menempati posisi istimewa itu berhak mendapatkan hadiah mereka. Imbalan seperti itu perlu diberikan kepada mereka demi kebaikan masyarakat. Teori fungsional juga dapat dikritik karena anggapannya bahwa karena struktur sosial yang terstratifikasi itu sudah ada sejak masa lalu, maka ia tentu akan terus ada di masa datang. (Goodman, 2004:119).


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2007:68).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan JL. H. Zainal Arifin No.7. Alasan penelitia memilih lokasi ini adalah karena Sun Plaza Medan merupakan salah satu pasar modern yang terdapat di pusat kota Medan yang berdekatan dengan kantor Gubernur Sumatera Utara.

3.3. Populasi dan Teknik penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 2004:141). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh remaja pengunjung Sun Plaza, tetapi karena populasi itu sendiri belum jelas maka dibuat target populasi. Batas-batas criteria yang relevan untuk mendefenisikan target populasi sangat penting untuk


(39)

mengumpulkan orang yang sesuai target populasi dan mengeluarkan bagi yang tidak sesuai. Adapun criteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Remaja laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke Sun Plaza sekitar bulan April sampai bulan Juni 2010.

2. Remaja yang berusia 15-24 tahun (Fauzi dan Lucianawati, 2006). 3. Remaja yang masih belum menikah dan tanggungan orang tua.

Berdasarkan hasil data serta informan yang diperoleh dari pihak Sun Plaza, maka diperoleh jumlah populasi sebanyak 2000 orang. Adapun jumlah populasi pada setiap

store yang ada di Sun Plaza sebagai berikut: Tabel 3.1

Nama-nama Store yang sering dikunjungi Remaja di Sun Plaza Medan

No Nama-nama Store Sun Plaza Jumlah pengunjung remaja yang sesuai dengan kriteria

1 Sogo Departeman Store 650 orang 2 Bioskop 21 Twenty one 450 orang 3 Food dan Beverage (F&B) 221 orang

4 Toko Buku kinokuniya 215 orang

5 Ace Hardware 200 orang

6 Hypermarket 130 orang

7 Restoran 97 orang

8 Dll 37 orang

Total 2000 orang

Sumber data: PT. Panen Lestari Internusa Sun Plaza Medan (2010) 2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1995:144). Pengambilan sample dimaksud untuk mewakili seluruh populasi. Sampel mewakili semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi. Untuk mencapai pada generalisasi yang baik perlu diperhatikan cara penarikan sampelnya, agar sample betul-betul dapat mewakili populasi serta berbobot dan dapat


(40)

dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain peluang terdapatnya suatu ciri atau sifat khusus pada sampel sama dengan munculnya cirri yang sama dalam populasi. Dalam proses pengambilan sampel harus diperhatikan beberapa hal agar sampel betul-betul dapat diandalkan.

Adapun teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan metode acak sederhana, dimana setiap unsur mempunyai peluang yang sama dijadikan sampel ( Arikunto, 2002). Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari populasi yaitu:2000 x 10% = 200 orang dengan rasio sampel adalah 200/2000 = 0,1 (10%).

Untuk pertama kali peneliti perlu membuat kerangka sampel. Populasi remaja yang berkunjung ke Sun Plaza yang terbagi dalam 8 store dengan jumlah 2000 orang (Pt. Internusa Panen Lestari Internusa Sun Plaza Medan, 2010).

Tabel 3.2

Jumlah Populasi dan sampel dari setiap Store Sun Plaza No Nama-nama Store Sun

Plaza

Populasi Pecahan Sampel

Sampel

N % 0,1 N %

1 Sogo Departeman Store 650 32,5 0,1 65 32,5 2 Bioskop 21 Twenty one 450 22,5 0,1 45 22,5 3 Food dan Beverage (F&B) 221 11,05 0,1 22 11,5

4 Toko Buku kinokuniya 215 10,75 0,1 22 10,75

5 Ace Hardware 200 10 0,1 20 10 6 Hypermarket 130 6,5 0,1 13 6,5

7 Restoran 97 4,85 0,1 10 4,85

8 Dll 37 1,85 0,1 4 1,85

Total 2000 100 200 100


(41)

3.4. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen-elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. ( Iqbal Hasan, 2005 :83). Untuk menjawab masalah penelitian pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Angket (kuesioner)

Angket adalah pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

2. Kepustakaan

Kepustakaan adalah data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar diperoleh suatu landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literature seperti buku, Koran, majalah, internet serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dengan menumpulkan data dan mempelajari data-data yang bersifat dokumen.

4. Analisa data

Dalam analisis data peneliti akan mentabulasi data-data yang dihasilkan dari kuesioner ke dalam beberapa bentuk table distribusi frekuensi sehingga data-data yang terkumpul dapat dideskripsikan dan dianalisis.


(42)

3.5. Jadwal kegiatan

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Observasi √

3 Penyusunan Proposal penelitian √ √

4 Seminar proposal penelitian √

5 Revisi Proposal penelitian √

6 Penelitian ke lapangan √

7 Pengumpulan data dan analisis data

8 Bimmbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja hijau √

3.6 Keterbatasan Peneliti

Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengalami banyak kendala yang menjadi keterbatasab penelitian. Adapun yang menjadi keterbatasan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan dalam kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan peneliti.

2. Keterbatasan dalam menempatkan teori dalam pemahamam analisis data. 3. Keterbatasan dalam mendapatkan data di Sun Plaza

4. Keterbatasan peneliti karena jarak tempat peneliti dengan lokasi penelitian lumayan jauh.


(43)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah singkat kota Medan

Kota Medan merupakan kampung kecil yang berada disalah satu tanah datar. Letaknya tidak jauh dari jalan Putri Hijau. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan Deli). Setelah kemerdekan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga pada akhirnya kurang populer. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.(http://www.pemkoMedan.go.id/asal-usul.php, minggu 18-07-2010).

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1990 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempati yang bernama Bakaran batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkualitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Mengenai curah hujan di tanah deli digolongkan dua macam yakni: maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedangkan Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah


(44)

hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi permukiman-permukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya.

Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan Putri”. Perkembangan kampung “Medan Putri” tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian kampung “Medan Putri” yang merupakan cikal-bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencaharian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik. (http://www.pemkoMedan.go.id/asal-usul.php, minggu 18-07-2010)

Pada zamannya Guru Patimbus merupakan tergolong orang yang berpikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anakanya berguru (menuntut ilmu) membaca Al-Qur’an kepada datuk Kota bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya kampong Medan ini adalah


(45)

keterangan H. Muhammad said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld

ditulis oleh N.ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dingding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan Sungai Babura. Rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Berdasarkan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara nomor 66/III/PSU, terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat walikota Nomor 21 tanggal 29 September 1951 yang merupakan luas kota Medan menjadi 5.130 ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Medan 2. Kecamatan Medan Timur 3. Kecamatan Medan Barat 4. Kecamatan Medan Baru

Kemudian melalui peraturan pemerintah RI No.35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan termasuk dua kecamatan pemekaran di kota daerah Tingkat II Medan, sehingga sebelumnya terdiri dari 19 kecamatan di mekarkan menjadi 21 kecamatan (Kota Medan Dalam angka 2009, BPS kota Medan).

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan tingkat I propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk sekitar 2.083.156 jiwa. Secara geografis kota medan berbatasan dengan:


(46)

2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan sunggal Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Percut sei Tuan dan Tanjung

Morawa kebupaten Deli Serdang (Karakteristik Penduduk kota Medan Propinsi sumatera Utara, BPS Kota Medan 2009).

4.1.2. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan

Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari dimensi histories, ekonomi dan karakteristik kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar, serta sebagai salah satu dari 3 kota Metropolitan terbesar di Indonesia (Yin, 2003). Lebih lanjut dijelaskan Yin bahwa realitasnya, kota Medan kini memiliki fungsi yaitu:

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat Sumatera Utara

3. Sebagai pintu gerbang pusat regional/internasional/kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.

Berdasarkan hal tersebut maka sudah sewajarnya bila kota Medan menjadi salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami perkembangan cukup pesat. Wujud perkembangan ini antara lain ditandai dengan bertambahnya berbagai tempat hiburan yang meramaikan kota Medan. Seperti halnya kota-kota besar lain di Indonesia, perkembangan tempat-tempat hiburan di kota Medan sangat pesat. Hal ini sangat


(47)

dimungkinkan karena para pemilik modal melihat kota Medan sebagai wilayah yang memiliki potensi besar sebagai tempat membuka usaha hiburan. Saat ini, tempat-tempat hiburan tidak hanya berada dalam suatu tempat khusus seperti taman bermain yang dulu pernah ada di kota Medan yaitu taman Ria. Perkembangan tempat-tempat hiburan di kota Medan telah memberikan banyak pilihan bagi masyarakat kota Medan dalam hal memilih hiburan.

Salah satu yang sangat berkembang di kota Medan adalah tumbuh pesatnya berbagai tempat-tempat hiburan di pusat perbelanjaan modern yang ada di kota Medan umumnya telah dipadukan dengan konsep entertain. Saat ini, pengunjung mall bisa menemukan beragam wahana yang bisa memberikan hiburan di tengah runitas sehari-hari. Hal ini disebabkan mall-mall kini bukan sekedar tempat belanja, tetapi telah diaflikasikan dengan konsep entertain. Dari situlah kemudian hadir berbagai arena bermain bagi anak-anak, kafe-kafe yang menawarkan suasana nyaman hingga arena bermain billiard, karaoke dan diskotik.

Hadirnya berbagai tempat-tempat hiburan di kota Medan ikut memicu berkembangnya kehidupan malam kota Medan yang merupakan sebuah fenomena yang menarik. Hiburan dan kehidupan malam di kota Medan sebenarnya sudah ada sejak era tahun 1970-an. Hanya saja pada tahun itu hiburan malam hanya bisa dinikmati orangtua saja. Hal ini disebabkan pengawasan orangtua pada anak-anaknya pada masa itu sangat ketat. Pada tahun 1980-an, kehidupan malam di kota Medan semakin semarak. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai pesta yang sering diadakan di diskotik-diskotik pada saat itu. Indikasinya semakin kuat terasa dengan munculnya pusat hiburan malam


(48)

beraroma hedonis. Jenisnya pun beraneka ragam, mulai dari salon pijat, café, karaoke, clup/bar, hotel hingga diskotik.

4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan

Usul untuk mendirikan sebuah pasar besar yang dikelola pemerintah diterima dengan bulat dalam sebuah siding Gementeraad pada tanggal 29 april 1929 ( http//www. Pemkomedan/wiki/pembangunan/mall). Pembangunan pun mulai dilaksanakan pada 2 April 1931, namun sempat tersendat akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Pembangunan baru diselesaikan pada 21 Desember 1932.

Pusat pasar dibuka pertama kalinya pada 1 Maret 1993. kompleks pasar dibagi kepada empat gedung. Pada tahun-tahun ini awal kios-kios Pusat Pasar tidak banyak ditempati pedagang karena keadaan ekonomi yang kurang baikdan alasan bahwa memindahkan kios dari tempat asal ke Pusat Pasar akan merepotkan. Untuk mengatasi masalah ini, maka pada tahun 1942 ongkos penyewaan kios diturunkan hingga semurah-murahnya da jumlah pembayaran disesuaikan dengan kesanggupan sang penyewa.

Pada tahun 1971 dua dari empat bangunan yang tersisa juga terbakar. Lalu pada tahun 1978 dua bangunan yang tersisa juga terbakar. Akibatnya para pemilik kios terpaksa menggelar dagangan mereka dijalanan disekitar daerah tersebut untuk dapat tetap berjualan. Pemerintah kemudian membangun bangunan baru yang bertingkat sebagai pengganti bangunan lama yang terbakar. Pada saat yang sama, bangunan yang baru tersebut juga membuat keadaan pasar tertata dengan lebih rapi. Setelah Medan Mall


(49)

dibangun pada pertengahan 1990-an, kedua bangunan tersebut (Pusat Pasar dan Medan Mall) dihubungkan sehingga pengunjung dapat beroindah bangunan dengan mudah.

Perkembangan pasar modern dewasa ini semakin menekan pertumbuhan pasar Tradisional. Buktinya dapat dilihat dengan adanya swalayan-swalayan, hypermarket, Carefour, department store, dan Indomaret yang memiliki propaganda yang kuat untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli. Dengan pemberian diskon atau potongan harga yang bisa menarik perhatian atau menggugah konsumen, serta membuat bangunan-bangunan yang mewah, sehingga membuat masyarakat banyak meninggalkan pasar tradisional, dengan demikian bagaimana dengan pasar tradisional yang merupakan pasar yang sangat potensial untuk masyarakat luas. Tetapi kalau dilihat di kota Medan pasar tradisional semakin terancam dengan pasar modern sampai-sampai pasar tradisional banyak yang tidak terawatt, seperti pasar Sambu, pasar Sukaramai dan pasar Petisah, dan ain-lain. Pasar modern di Kota Medan (http://.www.pemkomedan.go.id/Pasar modern-Tradisional.html, minggu 30-08-10, jam13.00) adalah:

• Deli Plaza, Menara Plaza, digabung menjadi satu dengan nama Deli Grand City.

• Grand Palladium

• Plaza Medan Fair

• Medan Mall, terletak di Pusat Pasar.

• Medan Plaza, salah satu plaza tertua di Medan. Plaza ini berhasil bertahan karena tetap mempertahankan penyewa kios yang menyediakan beragam barang dan jasa yang ekonomis.


(50)

• Millenium Plaza, pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama Tata Plaza

namun akhirnya tutup karena sepi pengunjung. Tahun 1999 Tata Plaza berganti nama menjadi Millenium Plaza.

• Sun Plaza, terletak didekat Kantor Gubernur Sumatrera Utara.

• Cambridge City Square, diatasnya terdapat 4 bangunan yang berupa apartemen.

• Thamrin Plaza, terletak di Medan Area, Medan.

• Perisai Plaza, sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan.

Olympia Plaza, salah satu plaza tertua di Medan (yang masih dibuka), bersebelahan dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai pusat perbelanjaan modern. Olympia Plaza saat ini lebih sebagai tempat grosir pakaian, sepatu dan barang pecah belah).

Brastagi mall, awalnya bernama Price Mart. Selanjutnya berganti nama menjadi The Club Store. Setelah direnovasi, plaza ini berganti nama menjadi Mall The Club Store dan akhirnya berganti nama menjadi Brastagi Mall.

Hong kong Plaza-Novotel Soechi

Macan Group ( Macam Yaohan, Macan Syariah, Macan Mart, Macan Mart Syariah).

Yuki Pasar raya, Yuki Simpang raya, Yanglima Palaza

4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza

Sun Plaza merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang terdapat di Sembawang, Singapura. Sun Plaza merupakan pusat perbelanjan menengah ke atas di kawasan komersial strategis di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Sun Plaza didirikan pada


(51)

tahun 2003 dan resmi dibuka pada tahun 2004, pusat perbelanjaan ini berupa bangunan 6 lantai (termasuk Lower ground dan ground Floor) yang dirancang dengan konsep mall keluarga.

Letak Sun Plaza sangat stategis membuat pusat perbelanjan ini ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Sun Plaza juga berdekatan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, mesjid Agung Medan (mesjid terbesar di Sumatera), Negeri 1 Medan dan Apartement Cambridge. Di pusat perbelanjaan ini terdapat pujasera, Bioskop 21, ring ice skating (sekarang sedang direnovasi) dan department store Sogo. Hingga akhir 2008, hampir 97% dari total area Sun Plaza yang disewakan telah terisi dengan penyewa utam Sogo Departement store, Hypermarket, Ace Hardware, serta penyewa lain terdiri dari berbagai brand lokal maupun internasional diantaranya Gramedia, Disk tarra, KFC, Starbucks dan lain sebagainnya.

Sun Plaza dibangun di atas lahan seluas lebih dari 29.00 meter persegi. Total luas bangunan adalah lebih dari 87.000meter persegi dengan total area yang disewakan lebih dari 62.000 meter persegi. Arsitek dan desainer bangunan ini bermaksud mewujudkan tempat yang tidak sekedar berfungsinya sebagai lokasi perbelanjaan, melainkan wadah komunitas yang diwarnai keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Mereka ingin menciptakan suatu tempat yang di dalamnya orang dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan arsitektur bangunan menyatu dengan keberadaan pengunjungnya serta meningalkan kesan. Ide-ide yang dikembangkan dalam proses perangcangan ini bertujuan untuk membangun sikap positif siapa saja yang mengunjungi Sun Plaza. Selain lewat bentuk fisik bangunan dan elemen-elemen bangunan, semangat ini juga


(52)

diekspresikan lewat delapan buah patung figure manusia di jalan masuk utama, yang menyambut pengunjung.

4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan

Adapun Visi dari Sun Plaza Medan adalah “mampu bersaing dan tumbuh berklembang dengn sehat”. Sedangkan misi Sun Plaza Medan adalah:

1. Cita-cita untuk menegembangkan usaha yang seluas-luasnya 2. Mensejahterakan kehidupan Karyawan (kemakmuran tiada akhir) 3. Memberikan kepuasan kepada konsumen

4. Menjadikan yang terbaik di bidang retail

5. Memberikan laba yang pantas untuk mendukung pengembangan perusahaan serta memberikan deviden yang memuaskan bagi para pemegang saham

6. Menjalin kemitraan kerjasama dengan pemasok dan penyalur yang saling menguntungkan

7. Memberikan perhatian yang tulus kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, dukungan pembinaan sosial dan lingkungan

4.1.7. Moto Sun Plaza

Adapun moto dasar Sun Plaza Medan adalah:

1. Niko-niko : service with a smile yaitu melayani dengan senyuman 2. Haki-haki : Lively Service yaitu melayani dengan semangat 3. Kibi-kibi : Prompt service yaitu melayani dengan segera


(53)

4.1.8. Kegiatan Sun Plaza dalam menarik minat pengunjung

Sun Plaza menjadi lokasi favorit anak muda dan wisatawan luar negeri karena kenyamanan dan lengkapnya barang-barang yang tersedia (http://wikipedia.org/wiki/Sun Plaza). Sun Plaza sering menjadi tempat diadakannya berbagai acara penting dan konser piano. Selain itu, Sun Plaza biasanya menyediakan diskon secara besar-berasan minimal 3 bulan sekali dengan waktu satu minggu bahkan dua minggu (Sumber : Hasil penelitian 2010). Beberapa kunci utama yang diperhatikan para pengelola dan pengembang Sun Plaza yaitu:

1. Lokasi

Bila suatu shopping mall diletakkan pada lokasi yang tepat, maka akan mebantu keberlangsungan mall tersebut. Membangun mall pada lokasi yang tidak tepat akan membuat mall menjadi sepi dan dapat menimbulkan kerugian pada pengembang.

2. Luasan

Luas keseluruhan bangunan shooping center dapat menjadi salah satu daya tarik suatu shooping center.

3. Image (brand)

Image pengembang dan image dari shooping center itu sendiri dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu shooping center. Seperti Sogo department Store, Hypermarket, Ace hardware, gramedia, Disk tarra, KFC, Strabucks dan lain sebagainya.


(54)

Dengan menambah jenis usaha yang terdpat pada suatu shooping center, dapat menawarkan berbagai pilihan kepada pengunjung. Penambahan jenis usaha berkaitan etar dengan luasan dari suatu shooping center. Semakin luas suatu shooping center, semakin besar pula penambahan jenis usahanya.

5. Suasana

Suasana merupakan suatu kunci yang dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu shooping center. Suasana dapat tercipta dengan sendirinya melalui penataan took-toko maupun kios di shooping center. Selain tempat berbelanja, shooping center dapat juga menawarkan hiburan, berupa panggung hidup, serta latar yang menarik. Suasana yang baik serta atraktif dapat mendukung kesuksesan suatu shooping center

6. Fasilitas

Fasilitas yang disediakan pada suatu shopping berperan dalam menarik pengunjung. Fasilitas tambahan seperti jaringan Wi-Fi gratis, parker yang aman disetiap lantai, ATM dan lain-lain dapat membantu dalam menarik pengunjung.

7. Pusat perbelanjaan menggunakan konsep “ One Stpped Shopping”

Dari konsep ini diharapkan semua kebutuhan pengunjung dapat terpenuhi di tempat itu, mulai dari kebtuhan sehari-hari, kebutuhan rumah tangga untuk orang dewasa dan anak-anak serta fasilitas makanan, minuman sambil menikmati sarana hiburan dan rekreasi.


(55)

Dengan konsep ini semua penyewa mendapt kesempatan yang sama untuk dikunjungi selain itu hubungan dari took yang satu dengan yang lain mudah untuk dicapai.

4.1.8. Tempat-tempat yang sering dikunjungi remaja di Sun Plaza

Adapun tempat-tempat yang paling disenangi remaja saat berkunjung ke Sun Plaza adalah tempat hiburan. Saat ini pusat-pusat perbelanjaan di Medan umumnya dipadukan dengan nuansa entertaint. Remaja bisa menemukan ragam wahana kesenangan yang bisa memberikan hiburan di tengah runitassehari-hari. Hal ini karena remaja telah menganggap Sun Plaza bukan hanya sebagai tempat berbelanja tetapi telah diaflikasikan sebagai tempat hiburan. Selain itu tempat yang sering dikunjungi remaja di Sun Plaza adalah kafe-kafe yang menawarkan suasana nyaman, arena bermain billiard yang terdapat di lantai 4 Sun Plaza, karaoke dan bioskop twenty one ( sumber:hasil penelitian 2010).

4.2. Karakteristik Responden

Untuk mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan, dilakukan penelitian kepada 200 orang responden yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Nugraheni, 2003). Dari 200 orang responden sebanyak 82 orang (41%) yang


(56)

berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 118 orang (59%) yang berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini:

Tabel 4.1

Gambaran pendidikan responden dan jenis kelamin

Jenis Kelamin Tingkat pendidikan Total

SLTA PT

n f n f N F

Laki-laki 29 14,5 53 26,5 82 41

Perempuan 36 18 82 41 118 59

Total 65 32,5 135 67,5 200 100

Sumber data : Hasil kuesioner 2010

Data di atas menunjukkan bahwa dari 59% (118 orang) perempuan, responden berpendidikan SLTA sebanyak 18% (36 orang) dan berpendidikan PT sebanyak 41% (82 orang). Dari 41% (82 orang) laki-laki memiliki pendidikan tingkat SLTA sebanyak 14,5% (29 orang), yang berpendidikan PT sebanyak 26,5% (53 orang).

4.2.2. Pekerjaan Orang tua Responden

Pekerjaan orang tua mempengaruhi gaya hidup responden melalui seseorang (Sastrosupeno,2002). Dari 200 orang responden sebanyak 34,5% (69 orang) yang orangtuanya bekerja sebagai PNS, sebanyak 31,5% (63 orang) yang orangtuanya sebagai pegawai swasta/BUMN, sebanyak 21,5% (43 orang) responden yang orangtuanya sebagai TNI, sebanyak 12,5% (25 orang) responden yang orangtuanya bekerja diluar PNS, Swasta/BUMN, TNI. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2

Gambaran pekerjaan orang tua responden dan jenis kelamin Jenis

kelamin

Pekerjaan orangtua responden Total

PNS Swasta/BUMN TNI Dll

n f n f n f n f N F

Laki-laki 22 11 32 16 18 9 10 5 82 41

Perempuan 47 23,5 31 15,5 25 12,5 15 7,5 118 59 Total 69 34,5 63 31,5 43 21,5 25 12,5 200 100


(57)

Data di atas menunjukkan dari 59% (118 orang) perempuan, sebanyak 23,5% (47 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai PNS, sebanyak 15,5% (31 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN, sebanyak 12,5% (25 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai TNI dan sebanyak 7,5% (15 orang) orangtua responden yang bekerja diluar dari PNS, pegawai swasta/BUMN, TNI. Sementara itu dari 41% (82 orang) responden laki-laki sebanyak 11% (22 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai PNS, sebanyak 16% (32 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN, sebanyak 9% (18 orang) orangtua responden yang bekerja sebagai TNI dan sebanyak 5% (10 orang) orangtua responden yang bekerja diluar dari PNS, pegawai swasta/BUMN, TNI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak orangtua responden bekerja sebagai PNS dengan jumlah 34,5% (69 orang).

4.2.3. Pendapatan orang tua responden pengunjung Sun Plaza dalam hitung bulanan

Pendapatan/penghasilan menunjukkan keadaan status social atau keadaan ekonomi seseorang. Dari 200 orang responden sebanyak 19% (38 orang) yang penghasilan orangtuanya 2 juta, sebanyak 32% (64 orang) responden yang penghasilan orangtuanya 3 juta, sebanyak 37% (74 orang) responden yang penghasilan orangtuanya 4 juta, sebanyak 12% (24 orang) responden yang penghasilan orangtuanya diatas 4 juta. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:


(58)

Tabel 4.3

Gambaran penghasilan orangtua responden dan jenis kelamin Jenis

kelamin

Pekerjaan orangtua responden Total 2 juta 3 juta 4 juta Diatas 4 juta

n f n f n F n f N F

Laki-laki 15 7,5 24 12 29 14,5 14 7 82 41

Perempuan 23 11,5 40 20 45 22,5 10 5 118 59

Total 38 19 64 32 74 37 24 12 200 100

Sumber data: Hasil kuesioner 2010

Data di atas menunjukkan dari 59% (118 orang) responden perempuan, sebanyak 11,5% (23 orang) yang penghasilan orangtuanya 2 Juta, sebanyak 20% (40 orang) yang penghasilan orangtuanya 3 Juta, sebanyak 22,5% (45 orang) yang penghasilan orangtuanya 4 juta dan sebanyak 5% (10 orang) yang penghasilan orangtuanya diatas 4 juta. Sementara dari 41% (82 orang) responden laki-laki, sebanyak 7,5% (15 orang) yang penghasilan orangtuanya 2 juta, sebanyak 12% (24 orang) yang penghasilan orangtuanya 3 Juta, sebanyak 14,5% (29 orang) yang pengahsilan orangtuanya 4 juta dan sebanyak 7% (14 orang) yang penghasilan orangtuanya diatas 4 juta. Dengan demikian dapat disimpulkan lebih banyak responden penghasilan orangtuanya 4 juta sebanyak 37% (74 orang) dan jumlah responden yang penghasilan orangtuanya 2 juta sebanyak 19% (38 orang).

4.3. Fungsi Pasar Modern Menurut Remaja

4.3.1.Pasar modern adalah tempat berbelanja bagi manusia yang identik dengan memiliki pemikiran maju atau modern

Ada penilaian bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional tabel 4.4 menunjukkan pendapat responden yang menyatakan pasar modern adalah tempat berbelanja bagi manusia yang identik dengan memiliki pemikiran maju atau modern. Dari 200 orang


(59)

responden sebanyak 2,5% (5 orang) yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 10,5% (21 orang) yang menyatakan kurang setuju, sebanyak 61,5% (123 orang) yang menyatakan setuju dan sebanyak 25,5% (51 orang) yang menyatakan sangat setuju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4

Gambaran pasar modern identik sebagai tempat berbelanja manusia modern dan jenis kelamin

Jenis kelamin

Gambaran pasar modern identik sebagai tempat berbelanja manusia modern dan jenis kelamin

Total TS (Tidak

Setuju)

KS (Kurang setuju)

S (Setuju) SS (Sangat Setuju)

n f n f n F n f N F

Laki-laki 2 1 10 5 50 25 20 10 82 41

Perempuan 3 1,5 11 5,5 73 36,5 31 15,5 118 59 Total 5 2,5 21 10,5 123 61,5 51 25,5 200 100

Sumber data: Hasil kuesioner 2010

Data di atas menunjukkan sebanyak 61,5% (123 orang) yang menyatakan setuju pasar modern identik sebagai tempat berbelanja manusia modern, dengan jumlah laki-laki sebanyak 25% (50 orang) dan perempuan sebanyak 36,5% (73 orang). Sebanyak 2,5% (5 orang) responden yang menyatakan tidak setuju dengan jumlah responden laki-laki 1% (2 orang), sedangkan responden perempuan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1,5% (3 orang). Sebanyak 10,5% (21 orang) yang menyatakan kurang setuju dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 5% (10 orang), sedangkan responden perempuan sebanyak 5,5% (11 orang) dan jumlah responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 25,5% (51 orang) dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 10% (20 orang), sedangkan perempuan sebanyak 15,5% (31 orang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden menyatakan setuju pasar modern modern identik sebagai tempat berbelanja manusia modern


(1)

yang menyatakan berbelanja ke Sun Plaza menunjukkan status sosial. Sebanyak 2% (4 orang) yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 7,5% (15 orang) yang menyatakan kurang setuju, sebanyak 77,5% (155 orang) yang menyatakan setuju dan sebanyak 13% (26 orang) yang menyatakan sangat setuju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 4.15 dibawah ini:

Tabel 4.15

Pandangan responden tentang berbelanja ke Sun Plaza menunjukkan kelas sosial dan jenis kelamin

Jenis kelamin

Gambaran pendapat responden tentang berbelanja ke Sun Plaza menunjukkan status sosial dan jenis kelamin

Total TS (Tidak

Setuju)

KS (Kurang setuju)

S (Setuju) SS (Sangat Setuju)

n f n f n f n f N F

Laki-laki 1 0,5 5 2,5 60 30 16 8 82 41

Perempuan 3 1,5 10 5 95 47,5 10 5 118 59

Total 4 2 15 7,5 155 77,5 26 13 200 100 Sumber data: Hasil kuesioner 2010

Data di atas menunjukkan sebanyak 77,5% (155 orang) responden menyatakan setuju berberlanja ke Sun Plaza menunjukkan status sosial dengan jumlah laki-laki sebanyak 30% (60 orang) dan perempuan 47% (95 orang). Sebanyak 13% (26 orang) responden yang menyatakan sangat setuju dengan jumlah laki-laki 8% (16 orang) dan perempuan 5% (10 orang). Sebanyak 7,5% (15 orang) responden yang menyatakan kurang setuju dengan jumlah laki-laki 2,5% (5 orang) dan perempuan sebanyak 5% (10 orang). Sebanyak 2% (4 orang) responden yang menyatakan tidak setuju dengan jumlah laki-laki sebanyak 0,5% (1 orang) dan perempuan 1,5% (3 orang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden menyatakan setuju berbelanja ke Sun Plaza menunjukkan status sosial.


(2)

4.7. Remaja dan perkembangan zaman

Seiring perkembangan arus urbanisasi, mengunjungi pasar modern merupakan salah satu kebiasaan remaja yang identik dengan zaman sekarang. Mengunjungi pasar modern atau berbelanja di pasar-pasar modern merupakan suatu trend yang dianggap mengikuti perkembangan zaman. Hal ini tidak lain karena banyaknya pengaruh dunia periklanan dan sinetron Indonesia. Dimana tidak jarang kita melihat shooting sinetron berlokasi di pusat-pusat perbelanjaan modern. Tabel 4.16 menunjukkan pendapat responden yang menyatakan mengunjungi pasar modern merupakan salah satu kebiasaan responden yang identik dengan zaman sekarang. Sebanyak 5% (10 orang) yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 11% (22 orang) responden menyatakan kurang setuju sebanyak 67,5% (135 orang) yang menyatakan setuju dan sebanyak 16,5% (33 orang) yang menyatakan sangat setuju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini:

Tabel 4.16

Gambaran pendapat responden tentang mengunjungi pasar modern merupakan salah satu kebiasaan remaja yang identik dengan zaman sekarang dan jenis kelamin

Jenis kelamin

Gambaran pendapat responden tentang mengunjungi pasar modern merupakan salah satu kebiasaan remaja yang

identik dengan zaman sekarang dan jenis kelamin

Total

TS (Tidak Setuju)

KS (Kurang setuju)

S (Setuju) SS (Sangat Setuju)

n f n f n f n f N F

Laki-laki 4 2 8 4 60 30 10 5 82 41

Perempuan 6 3 14 7 75 37,5 23 11,5 118 59 Total 10 5 22 11 135 67,5 33 16,5 200 100 Sumber data: Hasil kuesioner 2010


(3)

identik dengan zaman sekarang dengan jumlah laki-laki sebanyak 30% (60 orang) dan perempuan 37,5% (75 orang). Sebanyak 16,5% (33 orang) responden yang menyatakan sangat setuju dengan jumlah laki-laki 5% (10 orang) dan perempuan 11,5% (23 orang). Sebanyak 11% (22 orang) responden yang menyatakan kurang setuju dengan jumlah laki-laki 4% (8 orang) dan perempuan sebanyak 7% (14 orang). Sebanyak 5% (10 orang) responden yang menyatakan tidak setuju dengan jumlah laki-laki sebanyak 2% (4 orang) dan perempuan 6% (3 orang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden setuju menyatakan mengunjungi pasar modern merupakan salah satu kebiasaan responden yang identik dengan perkembangan zaman.


(4)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

5.1.1. Hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota medan

• Keberadaan pasar modern yang jauh lebih indah, nyaman dibanding pasar tradisional menjadikan remaja beranggapan bahwa pasar modern merupakan tempat-tempat masyarakat kelas menengah ke atas.

• Remaja merasa bangga membeli barang-barang dari pasar modern daripada pasar tradisional karena biasanya orang-orang yang perekonomian kelas menengah ke atas yang biasanya belanja ke pasar modern

• Mengunjungi pasar modern membentuk pemikiran yang menyatakan suatu gaya hidup yang menunjukkan trend anak muda, karena pasar modern umumnya terdapat diperkotaan dan biasanya dikunjungi remaja-remaja yang tinggal di kota. • Remaja sering meniru dunia sinetron Indonesia yang shooting di pusat

perbelanjaan modern, sehingga mendorong remaja merasa trend berbelanja di pasar modern tersebut.

5.1.2. Latar belakang remaja menjadikan pasar modern sebagai suatu bentuk gaya hidup • Pasar modern memiliki fasilitas yang lengkap

• Pasar modern merupakan suatu bangunan yang megah

• Barang-barang yang dijual di pasar modern lebih terjamin dibandingkan di pasar tradisional


(5)

5.2. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

• Sun Plaza merupakan salah satu pasar moder di kota Medan yang ramai dikunjungi pelajar, mahasiswa serta wisatawan luar negeri maupun dalam negeri, selain itu Sun Plaza terletak di pusat kota Medan tepatnya dekat kantor gubernur Sumatera Utara, untuk itu diharapkan para karyawan Sun Plaza selalu memberikan pelayanan yang baik kepada para pengunjung.

• Bagi Remaja yang sering berkunjung ke Sun Plaza Medan alangkah baiknya apabila remaja-remaja yang berkunjung ke Sun Plaza bias tetap menjaga keamanan dan ketertipan serta menjaga penampilan pakaian yang sopan dengan tujuan tidak menggangu keindahan bagi pengunjung lain.

• Bagi pihak perusahaan juga tetap menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat serta institusi-institusi tertentu seperti halnya institusi pendidikan yaitu tanpa mempersulit para peneliti untuk memperoleh data tentang keberadaan Sun Plaza Medan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Migran, M.2006.Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suhartini.2002. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Damsar.200. Sosiologi Ekonomi.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada Fauzi dan Lucianawati, 2001.Remaja dan Media Massa.Jakarta: Grasindo

Haryanto, Rayid.2002. Perila komsumtif pada remaja putri, Yokyakarta:UGM Press Hurlock, E.2001.Psikologi perkembangan.edisi 5.Jakarta:Erlangga.

Jamaluddin,2001.Pengantar Ekonomi, Yogyakarta:UGM Press

Moleong, J. Lexi.2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Reinaga Eosdakarya.

Purwanto.2006. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.

Prasetyo, Bambang.2005.Metode penelitian kuantitatif Teori dan aplikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George.2008. Teori Sosiologi Modern. Jakrta: Kencana Prenada Group. Cetakan ke enam

Salim, Agus.2002. Perubahan sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta:Pt Wacana.