56
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengantar
Dalam kajian pustaka ini diuraikan penelitian yang terkait dengan disertasi ini. Konsep dasar yang digunakan dalam menganalisis konvergensi dan
divergensi ini adalah konsep konvergensi dan divergensi, konsep variasi bahasa, konsep pemahahaman timbal balik mutual intelligibility, konsep ciri pembeda,
konsep korespondensi dan variasi, dan konsep inovasi dan retensi. Selanjutnya, kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori dialektologi
generatif, akomodasi, migrasi bahasa, dan linguistik historis komparatif.
2.2 Penelitian yang Terkait
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan teori akomodasi dan yang mengkaji masalah konvergensi dan
divergensi linguistik, antara lain Giles dkk, Masinambow, Thakerar, Platt dkk, Trudgill, dan peneliti lainnya yang mengkaji masalah yang mirip.
H. Giles, Donald M. Taylor dan Richard Bourhis 1973 dalam “Towards a Theory of Interpersonal Accommodation through Language: Some Canadian
Data” menyimpulkan bahwa terdapat empat belas kategori akomodasi tutur dalam penutur English-Canadian EC dalam bentuk pesan-pesan yang direkam.
Keempatbelas kategori ini terjadi dalam empat kondisi, yaitu Nonfluent English,
Universitas Sumatera Utara
57 Fluent English, Mix-mix, dan French. Kategori akomodasi yang penting
mencakup istilah orientasi penyesalan pendengar listener-oriented regrets”. Bentuk akomodasi ini terjadi ketika penutur EC mengekspresikan permintaan
maaf pada pendengar French-Canadian FC dalam bentuk sebuah rekaman. Dalam hal ini kemampuan berbahasa Prancis penutur EC tidak cukup baik untuk
mendeskripsikan pernyataan tersebut. Pada penelitian tersebut dibedakan empat jenis akomodasi yang digunakan oleh EC dalam menyampaikan pesan antara lain,
dua pesan EC yang alami dalam empat kondisi Nonfluent English, Fluent English, Mix-mix, dan French, yaitu akomodasi pesan accommodating
messages dan bukan akomodasi pesan nonaccomodating messages; dua akomodasi pesan EC yang alami dalam tiga kondisi Nonfluent English, Fluent
English, dan French, yaitu akomodasi pesan yang sempurna fully accommodated messages mis, berbicara dalam bahasa Prancis dan akomodasi
pesan yang parsial partially accommodated messages. Pada sisi lain Masinambow 1977 mengkaji masalah konvergensi dalam
disertasinya yang berjudul Konvergensi Etnolinguistis di Halmahera Tengah. Pembahasan yang dilakukannya berkenaan dengan konvergensi urutan konstituen
sintaksis dari bahasa Tobelo dan bahasa Melayu Halmahera. Istilah yang digunakan adalah “konvergensi ke arah, tidak ada konvergensi, dan konvergensi
dengan”. Istilah “konvergensi ke arah” hanya digunakan jika menyangkut dua bahasa yang berbeda jenis dan salah satu tidak mengikuti urutan konstituen yang
Universitas Sumatera Utara
58 sesuai dengan konstituen yang khas bagi jenis bahasa yang kedua. Istilah
“konvergensi dengan” digunakan menurut sudut pandang bahasa yang kedua itu, yaitu bersama-sama dengan kasus-kasus mengenai bahasa sejenis yang
memperlihatkan urutan konstituen yang sama dan sesuai dengan jenisnya itu. Istilah “tidak ada konvergensi” digunakan jika salah satu bahasa tidak sesuai
urutan konstituennya dibandingkan dengan urutan konstituen kedua bahasa yang lain.
Kajian akomodasi kembali diulas oleh J. Platt 1980 dalam “The Relation between Accommodation and Code Switching in a Multilingual Society:
Singapore”. Disimpulkan bahwa dalam ranah campuran antara keluarga dan teman terutama yang jelas berbeda verbal reportoar di antara para partisipannya
dibutuhkan strategi yang dapat memecahkan konflik yang muncul akibat berbedanya keperluan berakomodasi. Strategi ini selalu ditandai dengan alih
kode, baik yang spontan maupun yang diminta langsung atau tidak langsung. Tipe strategi ini bisa berbeda menurut situasi dan keberhasilannya dan selalu
bergantung pada pencapaiannya, paling tidak sementara, yaitu suatu sisi pendekatan sebuah kondisi yang seolah-olah mirip dalam verbal reportoar.
Pada tahun 1984 John Platt dan Heidi Weber kembali membahas akomodasi dalam “Speech Convergence Miscarried: an Investigation into
Inappropriate Accommodation Strategies” dan menyimpulkan bahwa adanya interferensi dari latar belakang bahasa dan dari strategi budaya dalam komunikasi
Universitas Sumatera Utara
59 antarkelompok etnik di Singapura yang berbeda menjadi alasan gagalnya
akomodasi dalam pertukaran tuturan terutama antara imigran dan penutur Inggris asli. Selain itu, tidak adanya pengetahuan yang cukup dalam strategi komunikatif
dan variasi gaya dalam variasi bertutur terutama bagi mereka yang telah menanggalkan kewarganegaraannya ekspatriatis dan berdomisili di Singapura.
Misalnya, seorang ekspariatis yang edukatif menggunakan bahasa percakapan Inggris Singapura yang rendah colloquial basilect dalam situasi informal atau
menggunakan bahasa percakapan itu dengan penutur yang berbahasa rendah basilektal. Kesalahan konvergensi adalah ketika orang-orang Singapura
menggunakan bahasa Inggris formal, bergaya sastra, atau arkais dalam percakapan kepada para turis atau ekspatriatis; dan pekerja imigran menggunakan
bahasa percakapan Australia yang arkais ketika berbicara dengan sesama pekerja Australia.
Teori akomodasi juga telah dipergunakan Trudgill 1986 dalam Dialect and Contact. Dia meneliti tentang kecenderungan penutur memodifikasi
tuturannya. Sebelumnya, Trudgill 1983 dalam “Language Contact in Greece” juga secara tersirat sebenarnya telah menggunakan teori akomodasi, hanya saja
ketika meneliti proses pembentukan bahasa pidgin dan kreol, dia menggunakan istilah reduction, simplification, stability, dan unintelligibility. Keempat istilah
tersebut sebenarnya muncul karena adanya kecenderungan seseorang untuk berakomodasi. Demikian juga halnya dengan Hamers dan Blanc 1989 dalam
Universitas Sumatera Utara
60 Bilinguality and Bilingualism dan Holnecht 1994 dalam artikelnya “The
Mechanism of Language Change in Labu”. Asmah 1996 juga menggunakan teori akomodasi dalam “Beberapa Persoalan Teoretis mengenai Bahasa Standard
dan Penstandardan Bahasa”. Dikatakannya bahwa akomodasi sebagai proses penyesuaian berlaku apabila penutur mencoba menyesuaikan bahasanya dengan
mitra tuturnya. Penyesuaian ini dapat terjadi pada aspek fonologi, tatabahasa, dan leksikal.
Dhanawaty 2002 dalam disertasinya yang berjudul “Variasi Dialektal Bahasa Bali di Daerah Transmigrasi Lampung Tengah” mencoba mengaitkan
teori akomodasi dalam penelitian dialektologi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa bahasa Bali di Lampung tengah secara fonologis berbeda dengan bahasa
Bali di daerah asalnya di Bali. Keberbedaan ini tercermin pada variasi distribusi dan realisasi fonem. Variasi-variasi itu sebagian besar muncul karena adanya
kecenderungan berakomodasi pada penutur bahasa Bali di Lampung Tengah. Kecenderungan berakomodasi tertinggi di daerah itu terdapat pada penutur lek
Nusa Penida, kelompok usia muda, di desa Rama Dewa. Perilaku akomodatif mereka menyebabkan terjadinya suatu perbedaan terbesar yang terdapat di antara
kelompok usia muda di desa Rama Dewa dan lek Nusa Penida di daerah asal. Arah akomodasi antarlek paling banyak tertuju ke lek Karangasem, sedangkan
arah akomodasi antarbahasa paling banyak tertuju kepada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pada saat akomodasi, pewicara memodifikasi tuturannya secara
Universitas Sumatera Utara
61 fonologis sehingga semakin mirip dengan lek mitra wicara. Terdapat tujuh faktor
penyebab terjadinya akomodasi, yaitu 1 meningkatkan efektivitas komunikasi, 2 mengurangi jarak sosial di antara peserta wicara, 3 menghapus stigma, 4
meningkatkan prestasi dan prestise, 5 mengurangi formalitas tutur, 6 meningkatkan formalitas tutur, dan 7 meningkatkan kesantunan tutur. Pada
tahun 2004 Dhanawaty juga menulis tentang “Teori Akomodasi dalam Penelitian Dialektologi” dalam Jurnal Linguistik Indonesia. Selain itu, teori akomodasi
komunikasi juga diterapkan oleh Dian Sulastri 2005 dalam makalahnya yang berjudul “Konvergensi Linguistis Penutur Asli Bahasa Jawa terhadap Pemakaian
Bahasa Melayu Palembang dalam Komunitas Pasar Tradisional di Palembang” makalah yang disajikan dalam Pertemuan Linguistik Asean, November 2005 di
Jakarta. Disimpulkan bahwa fenomena yang terjadi dalam kontak bahasa menunjukkan upaya penutur asli bahasa Jawa membuat sebuah modifikasi
terhadap bahasa Melayu Palembang agar sesuai dengan pola pemakaian bahasa Melayu Palembang atau agar konvergen. Akomodasi yang berlangsung secara
intensif dan dalam jangka waktu lama long term accommodation bukan tidak mungkin akan menghasilkan sebuah varian bahasa yang baru, meskipun varian
baru tersebut berawal dari kesalahan berbahasa yang mungkin berlangsung terus- menerus.
Hasil penelitian tentang BMA yang pernah diteliti dan yang mendukung penelitian ini adalah Manurung 1978 “Morfologi Bahasa Melayu Asahan”. Dia
Universitas Sumatera Utara
62 mendeskripsikan morfologi BMA berdasarkan teori struktural. Lubis, dkk. 1985
telah menyusun kamus Bahasa Melayu Asahan. Kamus ini telah diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jakarta. Mulyadi dan Dwi Widayati
1993 telah membahas fonologi BMA berdasarkan teori struktural, yaitu ”Fonologi Bahasa Melayu Asahan” yang diterbitkan Lembaga Penelitian USU.
Mulyadi 1997 telah menulis dalam jurnal Komunikasi Penelitian USU tentang sistem konsonan bahasa Melayu Asahan dengan menggunakan teori generatif.
Widayati 1997 dalam rangka penulisan tesis di UGM juga membahas BMA dari sudut pandang dialektologi. Peneliti ini mengambil fokus bahasa Melayu Asahan
yang terdapat di sebelah timur Asahan, dengan mengambil delapan daerah pengamatan. Daerah timur Asahan dijadikan titik pengamatan karena mayoritas
penutur Melayu berada di daerah tersebut. Titik berat kajian penelitian ini adalah upaya pengidentifikasian status dialek Melayu yang terdapat di timur Asahan.
Selain itu, pada tahun yang berbeda 2001 peneliti yang sama mencoba menguraikan pengaruh migrasi etnik Minangkabau dan etnik Batak ke Timur
Asahan terhadap keberadaan bahasa Melayu di Asahan. Penelitian ini melanjuti penelitian terdahulu dengan menambahkan sejumlah informasi terhadap
keberadaan bahasa Melayu di Asahan. Pada tahun selanjutnya 2004 bersama rekannya dia mendeskripsikan kekerabatan dialek-dialek tersebut dengan
membandingkannya dengan bahasa Melayu Purba.
Universitas Sumatera Utara
63 Beberapa kajian dialektologi yang juga memberi sumbangan penting
dalam kajian ini, terutama dalam upaya pemaparan hasil analisis kajian ini adalah Ayatrohaedi 1978 dalam penelitiannya yang berjudul Bahasa Sunda di Daerah
Cirebon. Penelitian disertasi ini telah diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1985; Danie 1991 dalam disertasi yang telah diterbitkan berjudul Kajian Geografi
Dialek di Minahasa Timur Laut; Lauder 1993 dalam disertasinya yang juga telah diterbitkan berjudul Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang;
Mahsun 1994 dalam disertasinya yang berjudul “Dialek Geografis Bahasa Sumbawa”; Putra 2007 dalam disertasinya yang berjudul “Segmentasi Dialektal
Bahasa Sumba di Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Penerapan teori dialektologi generatif yang dilakukan Putra 2007 dalam penelitiannya
memberikan sumbangan dalam penelitian ini terutama dalam analisis ciri pembeda. Demikian juga halnya dengan Fautngil 2007 dalam disertasinya yang
berjudul “Varietas-Varietas Bahasa di Lembah Grime Jayapura: Kajian Dialektologi Regional”. Cara kerja mereka dalam mendeskripsikan variasi dialek
memberi sumbangan pemikiran yang sangat berharga dan dijadikan sebagai perbandingan dalam menganalisis penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
64
2.3 Kerangka Konsep dan Kerangka Teori 2.3.1 Kerangka Konsep